Taksonomi Bloom
Dimensi Proses Kognitif dalam Pembelajaran
Berdasarkan Taksonomi Benjamin S. Bloom (1913-1999) yang Sudah Direvisi
Create
Evaluate
Analyze
Apply
Understand
Remember
Model taksonomi Bloom yang sudah direvisi memetakan proses kognitif dalam pembelajaran ke dalam 6 level dari yang paling rendah (menghafal) ke yang paling tinggi (mencipta) (Anderson, 2001: 66-88).
1. Remember
yaitu memunculkan kembali pengetahuan yang relevan yang berasal dari ingatan. Tujuan pembelajaran di sini adalah menghafal, yaitu agar pembelajar mengingat materi ajar sebanyak yang sudah diajarkan.
a. Mengenali (mengidentifikasi)
yaitu menemukan pengetahuan yang sudah ada di ingatan yang sesuai dengan materi yang sedang dihadapi. Ketika dihadapkan pada informasi baru, pembelajar menentukan apakah informasi tersebut berkaitan dengan pengetahuan yang sebelumnya sudah dipelajari. Misalnya mengenali tanggal-tanggal penting dari Perang Diponegoro dari pilihan jawaban yang tersedia. Tes dengan pilihan berganda merupakan alat ukur yang biasa digunakan.
b. Mengingat
yaitu mendapatkan kembali pengetahuan yang relevan dari ingatan. Misalnya mengingat barang-barang ekspor utama dari negara Bolivia. Bentuk tesnya misalnya “Apa saja barang-barang ekspor utama dari negara Bolivia?”
2. Understand
yaitu mengartikan pesan-pesan dari komunikasi lisan, tertulis, atau grafik. Tujuan pembelajaran di sini adalah untuk transfer pengetahuan. Pembelajar sudah mengerti sesuatu kalau dapat menghubungkan pengetahuan baru yang dipelajari dengan pengetahuan lama yang sudah didapat, sehingga dapat mengintegrasikan pengetahuan yang baru itu dalam skema kognitif yang sudah dimiliki sebelumnya.
a. Menginterpretasikan (menjelaskan, mengatakan dengan ungkapan berbeda, menggambarkan, menerjemahkan)
yaitu mengubah suatu ungkapan (misalnya angka) ke ungkapan lain (misalnya verbal) atau sebaliknya. Misalnya menuliskan soal Matematika yang berbentuk kalimat-kalimat dalam persamaan angka-angka aljabar. Untuk menghindari hafalan, permasalahan yang harus dikerjakan mesti mengandung unsur-unsur baru yang tidak dijelaskan sebelumnya.
b. Menjelaskan dengan contoh-contoh (memberi ilustrasi, perumpamaan)
yaitu memberikan contoh-contoh tertentu untuk menjelaskan suatu konsep atau prinsip. Misalnya pembelajar dapat memilih dengan benar dari jawaban-jawaban yang tersedia contoh konkret tentang penerapan prinsip toleransi terhadap kelompok yang berbeda keyakinan.
c. Membuat klasifikasi (membuat kategori, membuat penggolongan)
yaitu menentukan bahwa sesuatu termasuk dalam kategori tertentu. Pembelajar dapat mendeteksi ciri-ciri yang relevan dan cocok dengan konsep tertentu. Misalnya klasifikasi tentang tumbuh-tumbuhan berdasarkan jenis akarnya. Pembelajar, misalnya, mesti dapat melingkari jawaban-jawaban yang sesuai.
d. Membuat ringkasan (membuat abstraksi, membuat generalisasi)
yaitu membuat abstraksi tentang suatu tema umum. Misalnya pembelajar dapat menentukan tema utama dari suatu novel atau dapat meringkas peran penting perjuangan RA Kartini dalam satu paragraf.
e. Menyimpulkan (menarik konklusi, memprediksi sesuatu atas dasar data-data yang tersedia, menimba suatu pelajaran dari suatu permasalahan)
yaitu menarik suatu kesimpulan logis dari informasi yang tersedia atau menemukan adanya satu pola yang sama dari contoh-contoh yang tersedia. Misalnya menarik suatu prinsip tata bahasa dari contoh-contoh kalimat dalam pelajaran bahasa asing. Tugas yang diberikan bisa:
(1) tugas melengkapi
“Tentukan satu angka sesudah deretan angka ini: 1, 2, 3, 5, 8, 13, 21, …!” Jawabannya 34 karena deret angka itu memiliki satu pola yang sama, yaitu angka berikut merupakan penjumlahan dari 2 angka sebelumnya.
(2) tugas analogi
“Jika negara untuk presiden, provinsi untuk ….?” Gubernur.
(3) tugas menemukan yang ganjil
“Mana yang berbeda: harimau, serigala, singa, dan kambing?” Kambing, karena herbivora dan bukan carnivora seperti 3 pilihan yang lain.
f. Membandingkan (atau membuat kontras, memetakan, mencocokkan)
yaitu menemukan hubungan atau persamaan dan perbedaan antara dua ide, objek, dan semacamnya. Misalnya membandingkan persamaan dan perbedaan latar belakang terjadinya Perang Paderi dan Perang Aceh dalam perjuangan melawan penjajahan Belanda.
g. Menjelaskan (menyusun model)
yaitu menemukan hubungan sebab-akibat dari sesuatu. Misalnya menjelaskan sebab dan akibat dari munculnya Revolusi Perancis. Beberapa model pertanyaan bisa dilontarkan kepada pembelajar, misalnya
(1) menjelaskan alasan terjadinya sesuatu.
“Mengapa udara dapat masuk ke ban sepeda ketika pompa sepeda ditekan?” Karena tekanan udara di pompa lebih besar dari di ban sepeda.
(2) menyelidiki permasalahan.
“Ketika kamu menekan pompa sepeda ternyata tidak ada udara yang masuk ke ban sepeda. Problemnya ada di mana?” Pentilnya tersumbat atau silinder pompanya berlubang.
(3) mendesain ulang.
“Apa yang harus dilakukan supaya pompa sepeda berfungsi lebih efisien?” Mengoleskan oli antara silinder pompa dan pistonnya.
(4) membuat prediksi
“Apa yang terjadi kalau silinder pompa diperbesar?” Udara yang dipompakan akan lebih banyak sebanding dengan makin besarnya silinder pompa.
3. Apply
yaitu menggunakan prosedur tertentu untuk berlatih atau memecahkan masalah.
a. Melaksanakan (menjalankan)
yaitu menerapkan prosedur tertentu sebagai latihan untuk mengerjakan suatu tugas yang sudah dikenali sebelumnya. Misalnya membagi sederet bilangan genap dengan angka-angka tertentu sampai menghasilkan 4 angka di belakang koma.
b. Menerapkan (menggunakan)
yaitu menerapkan prosedur tertentu untuk memecahkan masalah yang belum diketahui sebelumnya. Misalnya menggunakan Hukum Newton II untuk permasalahan-permasalahan yang sesuai saja.
4. Analize
yaitu membagi-bagi materi dalam bagian-bagian tertentu dan menentukan bagaimana bagian-bagian itu berhubungan satu dengan yang lain dan berhubungan dengan struktur keseluruhan. Kecakapan analisis bisa dikembangkan melalui:
a. Membedakan (memilah-milah, memilih, menentukan fokus)
yaitu membedakan bagian yang relevan dengan yang tidak relevan atau bagian yang penting dengan yang tidak penting. Misalnya membedakan jeruk dan apel sebagai buah. Perbedaan biji jauh lebih penting dibanding perbedaan warna dan bentuk fisiknya keduanya.
b. Menyusun (menemukan koherensi, mengintegrasikan, melihat garis besar, menguraikan, membuat struktur).
yaitu menentukan bagaimana unsur-unsur sesuai atau berfungsi dalam keseluruhan struktur. Misalnya menyusun bukti-bukti yang berlawanan atau mendukung suatu penjelasan tentang penyebab runtuhnya Kerajaan Majapahit.
c. Menghubungkan (mendekonstruksi)
yaitu menemukan adanya sudut pandang tertentu, bias tertentu, stereotip tertentu, nilai tertentu, maksud tertentu di balik suatu permasalahan. Menghubungkan di sini mencakup proses dekonstruksi di mana pembelajar mencoba menemukan maksud pengarang di balik materi yang dipelajari. Misalnya menemukan sudut pandang yang digunakan pengarang dari suatu artikel mengenai terjadinya Perang Dingin sesudah Perang Dunia II (misalnya pengarang ternyata pendukung fanatik dari gerakan komunisme internasional). Contoh lain misalnya pembelajar diminta untuk menentukan apakah pengarang sebetulnya ada di posisi melawan atau mendukung pembabatan hutan lindung dari suatu artikel tentang pengembangan bisnis kelapa sawit yang sangat prospektif di Sumatera.
5. Evaluate
yaitu membuat penilaian atas dasar kriteria atau standar tertentu. Kriteria yang biasa digunakan misalnya kualitas, efektivitas, efisiensi, dan konsistensi. Tidak semua bentuk penilaian bersifat evaluatif. Penilaian baru bersifat evaluatif kalau didasarkan pada kriteria yang didefinisikan dengan jelas.
a. Memeriksa dengan teliti (menyerasikan, menyelaraskan, mendeteksi, memonitor, menguji)
yaitu menilai ada tidaknya konsistensi internal (mendeteksi adanya inkonsistensi atau kekeliruan dalam suatu proses atau produk, menentukan apakah proses atau produk tersebut memiliki konsistensi internal, mendeteksi efektivitas suatu prosedur saat diterapkan). Misalnya menentukan apakah kesimpulan yang diambil oleh penulis sesuai dengan premis-premis sebelumnya atau apakah data-data yang tersedia mendukung atau melemahkan hipotesis yang dibuat.
b. Mengupas (menilai secara kritis bobot dari suatu pilihan)
yaitu menilai atas dasar kriteria eksternal (mendeteksi adanya inkonsistensi antara suatu produk dan kriteria eksternal, menentukan apakah suatu produk memiliki konsistensi eksternal, mendeteksi kesesuaian dari suatu prosedur untuk memecahkan masalah tertentu). Di sini pembelajar mencatat segi positif dan negatif dan membuat penilaiannya. Cara menilai ini sangat erat berkaitan dengan kecakapan berpikir kritis. Misalnya menentukan mana cara terbaik di antara dua cara yang tersedia untuk memecahkan masalah tertentu atau menentukan konsekuensi positif dan negatif kalau Ujian Nasional yang seragam diterapkan pemerintah tanpa pandang bulu dan membuat penilaian tentang mana solusi yang terbaik.
6. Create
yaitu menyatukan unsur-unsur tertentu untuk membentuk suatu keseluruhan yang koheren atau keseluruhan yang fungsional; menyusun kembali unsur-unsur tertentu untuk membentuk suatu pola atau struktur yang baru. Misalnya pembelajar diminta untuk membuat produk baru dengan menata ulang gagasan-gagasan sebelumnya. Pembelajar diminta menemukan sintesis yang baru dari materi yang tersedia sehingga menghasilkan keseluruhan yang baru entah dalam mengarang, menggambar, membuat patung, dsb. Di sini penilaian terhadap hasil kinerja pembelajar tidak mesti harus berdasarkan keunikan atau orisinalitas tetapi yang penting pembelajar bisa membuat sintesis yang baru dari berbagai sumber materi. Sering terjadi dalam menyusun karangan Create terjadi. Meskipun demikian kalau karangan hanya bersifat mengulang gagasan atau interpretasi terhadap materi tertentu, Create tidak terjadi.
Proses kreatif dapat dibagi dalam 3 fase, yaitu menemukan permasalahan, merencanakan langkah-langkah untuk menemukan solusi, dan menjalankan rencana tersebut sampai berhasil.
a. Menghasilkan (membuat hipotesis)
yaitu menemukan permasalahan dan merumuskan hipotesis pemecahannya berdasarkan kriteria tertentu. Tujuan level ini lebih bersifat divergen, yaitu mencari berbagai kemungkinan (bandingkan dengan tujuan dari level Understand yang lebih bersifat konvergen, yaitu untuk sampai pada satu pengertian yang sama). Misalnya merumuskan alternatif-alternatif hipotesis untuk memecahkan suatu permasalahan. “Buatlah beberapa kemungkinan hipotesis untuk memecahkan masalah banjir di Jakarta!”. Guru/dosen harus menetapkan kriteria-kriteria yang diberikan juga kepada para pembelajar untuk menilai jawaban-jawaban yang diberikan. Misalnya apakah alternatif pemecahan masalahnya cukup komprehensif dan menggunakan berbagai pendekatan, apakah setiap alternatif masuk akal, apakah setiap alternatif bisa diterapkan secara konkret, dsm.
b. Membuat rencana (membuat desain)
yaitu menemukan cara untuk memecahkan masalah atau menjalankan tugas dan membuat rencana langkah-langkahnya. Di sini pembelajar bisa menentukan sasaran-sasaran sekunder, membagi pelaksanaan tugas dalam langkah-langkah kecilnya dsm. Misalnya menyusun proposal untuk suatu penelitian, menyusun kerangka suatu karangan, menentukan suatu cara untuk meneliti permasalahan tertentu.
c. Memproduksi (mengonstruksi)
yaitu melaksanakan rencana pemecahan suatu masalah sesuai kriteria-kriteria yang sudah ditentukan. Misalnya mengonstruksi habitat yang sesuai untuk hidupnya spesies tertentu dengan kriteria tertentu atau membuat karangan drama tentang mitos Gunung Tangkuban Perahu dengan kriteria tertentu.
Referensi
Anderson, L. W., & Krathwohl, D. R. (Eds.). (2001) A taxonomy of learning, teaching, and assessment: A revision of Bloom’s taxonomy of educational objectives. New York: Longman.
Berdasarkan Taksonomi Benjamin S. Bloom (1913-1999) yang Sudah Direvisi
Create
Evaluate
Analyze
Apply
Understand
Remember
Model taksonomi Bloom yang sudah direvisi memetakan proses kognitif dalam pembelajaran ke dalam 6 level dari yang paling rendah (menghafal) ke yang paling tinggi (mencipta) (Anderson, 2001: 66-88).
1. Remember
yaitu memunculkan kembali pengetahuan yang relevan yang berasal dari ingatan. Tujuan pembelajaran di sini adalah menghafal, yaitu agar pembelajar mengingat materi ajar sebanyak yang sudah diajarkan.
a. Mengenali (mengidentifikasi)
yaitu menemukan pengetahuan yang sudah ada di ingatan yang sesuai dengan materi yang sedang dihadapi. Ketika dihadapkan pada informasi baru, pembelajar menentukan apakah informasi tersebut berkaitan dengan pengetahuan yang sebelumnya sudah dipelajari. Misalnya mengenali tanggal-tanggal penting dari Perang Diponegoro dari pilihan jawaban yang tersedia. Tes dengan pilihan berganda merupakan alat ukur yang biasa digunakan.
b. Mengingat
yaitu mendapatkan kembali pengetahuan yang relevan dari ingatan. Misalnya mengingat barang-barang ekspor utama dari negara Bolivia. Bentuk tesnya misalnya “Apa saja barang-barang ekspor utama dari negara Bolivia?”
2. Understand
yaitu mengartikan pesan-pesan dari komunikasi lisan, tertulis, atau grafik. Tujuan pembelajaran di sini adalah untuk transfer pengetahuan. Pembelajar sudah mengerti sesuatu kalau dapat menghubungkan pengetahuan baru yang dipelajari dengan pengetahuan lama yang sudah didapat, sehingga dapat mengintegrasikan pengetahuan yang baru itu dalam skema kognitif yang sudah dimiliki sebelumnya.
a. Menginterpretasikan (menjelaskan, mengatakan dengan ungkapan berbeda, menggambarkan, menerjemahkan)
yaitu mengubah suatu ungkapan (misalnya angka) ke ungkapan lain (misalnya verbal) atau sebaliknya. Misalnya menuliskan soal Matematika yang berbentuk kalimat-kalimat dalam persamaan angka-angka aljabar. Untuk menghindari hafalan, permasalahan yang harus dikerjakan mesti mengandung unsur-unsur baru yang tidak dijelaskan sebelumnya.
b. Menjelaskan dengan contoh-contoh (memberi ilustrasi, perumpamaan)
yaitu memberikan contoh-contoh tertentu untuk menjelaskan suatu konsep atau prinsip. Misalnya pembelajar dapat memilih dengan benar dari jawaban-jawaban yang tersedia contoh konkret tentang penerapan prinsip toleransi terhadap kelompok yang berbeda keyakinan.
c. Membuat klasifikasi (membuat kategori, membuat penggolongan)
yaitu menentukan bahwa sesuatu termasuk dalam kategori tertentu. Pembelajar dapat mendeteksi ciri-ciri yang relevan dan cocok dengan konsep tertentu. Misalnya klasifikasi tentang tumbuh-tumbuhan berdasarkan jenis akarnya. Pembelajar, misalnya, mesti dapat melingkari jawaban-jawaban yang sesuai.
d. Membuat ringkasan (membuat abstraksi, membuat generalisasi)
yaitu membuat abstraksi tentang suatu tema umum. Misalnya pembelajar dapat menentukan tema utama dari suatu novel atau dapat meringkas peran penting perjuangan RA Kartini dalam satu paragraf.
e. Menyimpulkan (menarik konklusi, memprediksi sesuatu atas dasar data-data yang tersedia, menimba suatu pelajaran dari suatu permasalahan)
yaitu menarik suatu kesimpulan logis dari informasi yang tersedia atau menemukan adanya satu pola yang sama dari contoh-contoh yang tersedia. Misalnya menarik suatu prinsip tata bahasa dari contoh-contoh kalimat dalam pelajaran bahasa asing. Tugas yang diberikan bisa:
(1) tugas melengkapi
“Tentukan satu angka sesudah deretan angka ini: 1, 2, 3, 5, 8, 13, 21, …!” Jawabannya 34 karena deret angka itu memiliki satu pola yang sama, yaitu angka berikut merupakan penjumlahan dari 2 angka sebelumnya.
(2) tugas analogi
“Jika negara untuk presiden, provinsi untuk ….?” Gubernur.
(3) tugas menemukan yang ganjil
“Mana yang berbeda: harimau, serigala, singa, dan kambing?” Kambing, karena herbivora dan bukan carnivora seperti 3 pilihan yang lain.
f. Membandingkan (atau membuat kontras, memetakan, mencocokkan)
yaitu menemukan hubungan atau persamaan dan perbedaan antara dua ide, objek, dan semacamnya. Misalnya membandingkan persamaan dan perbedaan latar belakang terjadinya Perang Paderi dan Perang Aceh dalam perjuangan melawan penjajahan Belanda.
g. Menjelaskan (menyusun model)
yaitu menemukan hubungan sebab-akibat dari sesuatu. Misalnya menjelaskan sebab dan akibat dari munculnya Revolusi Perancis. Beberapa model pertanyaan bisa dilontarkan kepada pembelajar, misalnya
(1) menjelaskan alasan terjadinya sesuatu.
“Mengapa udara dapat masuk ke ban sepeda ketika pompa sepeda ditekan?” Karena tekanan udara di pompa lebih besar dari di ban sepeda.
(2) menyelidiki permasalahan.
“Ketika kamu menekan pompa sepeda ternyata tidak ada udara yang masuk ke ban sepeda. Problemnya ada di mana?” Pentilnya tersumbat atau silinder pompanya berlubang.
(3) mendesain ulang.
“Apa yang harus dilakukan supaya pompa sepeda berfungsi lebih efisien?” Mengoleskan oli antara silinder pompa dan pistonnya.
(4) membuat prediksi
“Apa yang terjadi kalau silinder pompa diperbesar?” Udara yang dipompakan akan lebih banyak sebanding dengan makin besarnya silinder pompa.
3. Apply
yaitu menggunakan prosedur tertentu untuk berlatih atau memecahkan masalah.
a. Melaksanakan (menjalankan)
yaitu menerapkan prosedur tertentu sebagai latihan untuk mengerjakan suatu tugas yang sudah dikenali sebelumnya. Misalnya membagi sederet bilangan genap dengan angka-angka tertentu sampai menghasilkan 4 angka di belakang koma.
b. Menerapkan (menggunakan)
yaitu menerapkan prosedur tertentu untuk memecahkan masalah yang belum diketahui sebelumnya. Misalnya menggunakan Hukum Newton II untuk permasalahan-permasalahan yang sesuai saja.
4. Analize
yaitu membagi-bagi materi dalam bagian-bagian tertentu dan menentukan bagaimana bagian-bagian itu berhubungan satu dengan yang lain dan berhubungan dengan struktur keseluruhan. Kecakapan analisis bisa dikembangkan melalui:
a. Membedakan (memilah-milah, memilih, menentukan fokus)
yaitu membedakan bagian yang relevan dengan yang tidak relevan atau bagian yang penting dengan yang tidak penting. Misalnya membedakan jeruk dan apel sebagai buah. Perbedaan biji jauh lebih penting dibanding perbedaan warna dan bentuk fisiknya keduanya.
b. Menyusun (menemukan koherensi, mengintegrasikan, melihat garis besar, menguraikan, membuat struktur).
yaitu menentukan bagaimana unsur-unsur sesuai atau berfungsi dalam keseluruhan struktur. Misalnya menyusun bukti-bukti yang berlawanan atau mendukung suatu penjelasan tentang penyebab runtuhnya Kerajaan Majapahit.
c. Menghubungkan (mendekonstruksi)
yaitu menemukan adanya sudut pandang tertentu, bias tertentu, stereotip tertentu, nilai tertentu, maksud tertentu di balik suatu permasalahan. Menghubungkan di sini mencakup proses dekonstruksi di mana pembelajar mencoba menemukan maksud pengarang di balik materi yang dipelajari. Misalnya menemukan sudut pandang yang digunakan pengarang dari suatu artikel mengenai terjadinya Perang Dingin sesudah Perang Dunia II (misalnya pengarang ternyata pendukung fanatik dari gerakan komunisme internasional). Contoh lain misalnya pembelajar diminta untuk menentukan apakah pengarang sebetulnya ada di posisi melawan atau mendukung pembabatan hutan lindung dari suatu artikel tentang pengembangan bisnis kelapa sawit yang sangat prospektif di Sumatera.
5. Evaluate
yaitu membuat penilaian atas dasar kriteria atau standar tertentu. Kriteria yang biasa digunakan misalnya kualitas, efektivitas, efisiensi, dan konsistensi. Tidak semua bentuk penilaian bersifat evaluatif. Penilaian baru bersifat evaluatif kalau didasarkan pada kriteria yang didefinisikan dengan jelas.
a. Memeriksa dengan teliti (menyerasikan, menyelaraskan, mendeteksi, memonitor, menguji)
yaitu menilai ada tidaknya konsistensi internal (mendeteksi adanya inkonsistensi atau kekeliruan dalam suatu proses atau produk, menentukan apakah proses atau produk tersebut memiliki konsistensi internal, mendeteksi efektivitas suatu prosedur saat diterapkan). Misalnya menentukan apakah kesimpulan yang diambil oleh penulis sesuai dengan premis-premis sebelumnya atau apakah data-data yang tersedia mendukung atau melemahkan hipotesis yang dibuat.
b. Mengupas (menilai secara kritis bobot dari suatu pilihan)
yaitu menilai atas dasar kriteria eksternal (mendeteksi adanya inkonsistensi antara suatu produk dan kriteria eksternal, menentukan apakah suatu produk memiliki konsistensi eksternal, mendeteksi kesesuaian dari suatu prosedur untuk memecahkan masalah tertentu). Di sini pembelajar mencatat segi positif dan negatif dan membuat penilaiannya. Cara menilai ini sangat erat berkaitan dengan kecakapan berpikir kritis. Misalnya menentukan mana cara terbaik di antara dua cara yang tersedia untuk memecahkan masalah tertentu atau menentukan konsekuensi positif dan negatif kalau Ujian Nasional yang seragam diterapkan pemerintah tanpa pandang bulu dan membuat penilaian tentang mana solusi yang terbaik.
6. Create
yaitu menyatukan unsur-unsur tertentu untuk membentuk suatu keseluruhan yang koheren atau keseluruhan yang fungsional; menyusun kembali unsur-unsur tertentu untuk membentuk suatu pola atau struktur yang baru. Misalnya pembelajar diminta untuk membuat produk baru dengan menata ulang gagasan-gagasan sebelumnya. Pembelajar diminta menemukan sintesis yang baru dari materi yang tersedia sehingga menghasilkan keseluruhan yang baru entah dalam mengarang, menggambar, membuat patung, dsb. Di sini penilaian terhadap hasil kinerja pembelajar tidak mesti harus berdasarkan keunikan atau orisinalitas tetapi yang penting pembelajar bisa membuat sintesis yang baru dari berbagai sumber materi. Sering terjadi dalam menyusun karangan Create terjadi. Meskipun demikian kalau karangan hanya bersifat mengulang gagasan atau interpretasi terhadap materi tertentu, Create tidak terjadi.
Proses kreatif dapat dibagi dalam 3 fase, yaitu menemukan permasalahan, merencanakan langkah-langkah untuk menemukan solusi, dan menjalankan rencana tersebut sampai berhasil.
a. Menghasilkan (membuat hipotesis)
yaitu menemukan permasalahan dan merumuskan hipotesis pemecahannya berdasarkan kriteria tertentu. Tujuan level ini lebih bersifat divergen, yaitu mencari berbagai kemungkinan (bandingkan dengan tujuan dari level Understand yang lebih bersifat konvergen, yaitu untuk sampai pada satu pengertian yang sama). Misalnya merumuskan alternatif-alternatif hipotesis untuk memecahkan suatu permasalahan. “Buatlah beberapa kemungkinan hipotesis untuk memecahkan masalah banjir di Jakarta!”. Guru/dosen harus menetapkan kriteria-kriteria yang diberikan juga kepada para pembelajar untuk menilai jawaban-jawaban yang diberikan. Misalnya apakah alternatif pemecahan masalahnya cukup komprehensif dan menggunakan berbagai pendekatan, apakah setiap alternatif masuk akal, apakah setiap alternatif bisa diterapkan secara konkret, dsm.
b. Membuat rencana (membuat desain)
yaitu menemukan cara untuk memecahkan masalah atau menjalankan tugas dan membuat rencana langkah-langkahnya. Di sini pembelajar bisa menentukan sasaran-sasaran sekunder, membagi pelaksanaan tugas dalam langkah-langkah kecilnya dsm. Misalnya menyusun proposal untuk suatu penelitian, menyusun kerangka suatu karangan, menentukan suatu cara untuk meneliti permasalahan tertentu.
c. Memproduksi (mengonstruksi)
yaitu melaksanakan rencana pemecahan suatu masalah sesuai kriteria-kriteria yang sudah ditentukan. Misalnya mengonstruksi habitat yang sesuai untuk hidupnya spesies tertentu dengan kriteria tertentu atau membuat karangan drama tentang mitos Gunung Tangkuban Perahu dengan kriteria tertentu.
Referensi
Anderson, L. W., & Krathwohl, D. R. (Eds.). (2001) A taxonomy of learning, teaching, and assessment: A revision of Bloom’s taxonomy of educational objectives. New York: Longman.
Komentar