Postingan

Menampilkan postingan dari September, 2010

PROBLEMATIKA RENDAHNYA KUALITAS PENDIDIKAN INDONESIA

Realitas telah membuktikan bahwa carut marut pendidikan Indonesia kian menurun dan semakin terpuruk. Hal ini sungguh merupakan suatu kenyataan yang terjadi di Indonesia setiap tahunnya, yang membawa harapan dan berujung pada kekecewaan. Banyak fakta yang muncul dalam dunia pendidikan justru membuat kita semakin bingung mulai dari soal kebijakan, isi, proses maupun penyelenggaraan pendidikan. Sebagai contoh soal kebijakan ujian nasional. Pemerintah telah mengeluarkan biaya yang tidak sedikit hanya untuk ”merampas” kewenangan pedagogis guru dalam menentukan kelulusan murid. Sayang, walau banyak menuai kritik dari berbagai kalangan, termasuk dari para pakar pendidikan, pemerintah tetap bersikukuh pada pendiriannya. Dan hasilnya, mengecewakan. Fenomena itu terungkap dalam persentase kelulusan tahun 2010 yang sangat tidak memuaskan dan sungguh menyedihkan. Setiap media masa dan elektronik pasti memberitakan tentang keterpurukan yang terjadi. Siapa yang salah? Contoh lain, mengenai Undang-Un

MANFAAT DAN KEKUATAN DONGENG PADA PSIKOLOGI ANAK

Pada zaman serba canggih seperti sekarang, kegiatan mendongeng di mata anak-anak tidak populer lagi. Sejak bangun hingga menjelang tidur, mereka dihadapkan pada televisi yang menyajikan beragam acara, mulai dari film kartun, kuis, hingga sinetron yang acapkali bukan tontonan yang pas untuk anak. Kalaupun mereka bosan dengan acara yang disajikan, mereka dapat pindah pada permainan lain seperti videogame. KENDATI demikian, kegiatan mendongeng sebetulnya bisa memikat dan mendatangkan banyak manfaat, bukan hanya untuk anak-anak tetapi juga orang tua yang mendongeng untuk anaknya. Kegiatan ini dapat mempererat ikatan dan komunikasi yang terjalin antara orang tua dan anak. Para pakar menyatakan ada beberapa manfaat lain yang dapat digali dari kegiatan mendongeng ini. Pertama, anak dapat mengasah daya pikir dan imajinasinya. Hal yang belum tentu dapat terpenuhi bila anak hanya menonton dari televisi. Anak dapat membentuk visualisasinya sendiri dari cerita yang didengarkan. Ia dapat membayan

artikel membaca

ARTIKEL 1 Judul artikel : Analisis Episode Kesalahan Membaca Nyaring di Sekolah Dasar. Pengarang : Darmiyati Zuchdi Sumber : Jurnal Ilmu Pendidikan, November 1997, jilid 4, nomor 4 (hal 231-239) Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh The International Association for the Educational Achievement pada 1992, kemampuan membaca anak-anak sekolah dasar di Indonesia masih sangat rendah. Dari 30 negara yang diteliti, Indonesia berada pada peringkat ke 2 dari bawah. Temuan itu menunjukan bahwa kemampuan membaca anak-anak sekolah dasar di Indonesia harus ditingkatkan. Kesalahan membaca nyaring terbesar adalah berupa keragu-raguan. Timbulnya keragu-raguan karena disebabkan oleh kurangnya rasa percaya diri. Rasa percaya diri sebagai salah satu dimensi kesadaran akan harga diri bersumber pada dikotomi antara perlakuan orang lain terhadap diri seseorang. (penerimaan, penghargaan, persahabatan, penghormatan, cinta kasih) dan hal-hal yang berasal dari diri sendiri. (intelegensi, kekua

Teknik dan Komunikasi Penyiar Televisi – Radio – MC

Identitas Buku Nama pengarang : Habib Bari Judul buku : Teknik dan Komunikasi Penyiar Televisi – Radio – MC : Sebuah Pengetahuan Praktis Tahun terbit : 1995 Penerbit : Gramedia Pustaka Utama BAB I Pengertian Umum Penyiar Penyiar adalah seseorang yang bertugas menyebarluaskan (syiar) suatu atau lebih informasi yang terjamin akurasinya dengan menggunakan radio dan televisi atau lainnya dengan tujuan untuk diketahui oleh pendengarnya, dilaksanakan, dituruti, dan dipahami. Pemahaman ini diperlukan, untuk membedakan dengan mereka yang bergerak di bidang komunikasi yang juga menggunakan media elektronik seperti radio amatir, telepon, dan lain-lain. BAB II Syarat Seorang Penyiar Karena tugasnya yang harus memiliki kemampuan untuk secara langsung menumbuhkan kepercayaan penonton atau pendengarnya terhadap segala informasi yang disampaikannya, maka syarat untuk menjadi seorang penyiar, antara lain : • Sehat jasmani/tidak cacat tubuh (terutama untuk penyiar televisi d

PIDATO INFORMATIF

1. Pembagian Pidato (Monologika) Berbicara di depan publik akan dapat meningkatkan kualitas eksistensi (keberadaan) di tengah-tengah orang lain, bukanlah sekadar berbicara, tetapi berbicara yang menarik (atraktif), bernilai informasi (informatif), menghibur (rekreatif), mempengaruhi (persuasif) dan meyakinkan (argumentative). Dengan kata lain, manusia mesti berbicara berdasarkan seni berbicara yang dikenal dengan istilah retorika. Retorika adalah seni berkomunikasi atau berbicara secara lisan yang dilakukan oleh seseorang di depan publik secara langsung atau bertatap muka. Istilah retorika sekarang ini sering dikenal dengan istilah Pidato. Secara umum pidato dapat dibagi sesuai dengan tujuannya menjadi: a. Pidato informatif Pidato informatif adalah pidato yang tujuan utamanya untuk menyampaikan informasi agar orang menjadi tahu tentang sesuatu. b. Pidato argumentatif Pidato argumentatif adalah pidato yang bertujuan untuk meyakinkan pendengar akan suatu pokok dengan membuktikan keb

pendidikan

Pendidikan Selasa, 10 Agustus 2010 08:48:00 WIB Thingking Skills By : Ahmad Baedowi Seorang teman guru di Kupang mengeluh tentang kemampuan teman-temannya dalam membuat lesson design. Dari 16 orang guru, hanya 3 orang yang memiliki kemampuan standar membuat lesson design, sedangkan 13 lainnya tak pernah membuat. Teman guru lainnya di Calang, Aceh Jaya, juga mengeluhkan hal yang sama, yaitu betapa sulitnya guru dalam merancang lesson design, hingga beberapa kepala sekolah di sana hanya meng-copy paste lesson design sejak jaman orde baru hingga sekarang hanya dengan mengubah nama guru dan sekolahnya saja. Di awal berdirinya sekolah sukma bangsa, kesulitan yang sama juga dirasakan oleh hampir semua guru baru. Namun secara perlahan dan pasti, kemampuan guru dalam membuat lesson design yang efektif dan mengenai target sasaran pembelajaran mulai terlihat. Dari format lesson design yang sederhana hingga yang rumit sekalipun para guru sudah terbiasa untuk melakoninya. Keterampilan dan k