artikel membaca
ARTIKEL 1
Judul artikel : Analisis Episode Kesalahan Membaca Nyaring di Sekolah Dasar.
Pengarang : Darmiyati Zuchdi
Sumber : Jurnal Ilmu Pendidikan, November 1997, jilid 4, nomor 4 (hal 231-239)
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh The International Association for the Educational Achievement pada 1992, kemampuan membaca anak-anak sekolah dasar di Indonesia masih sangat rendah. Dari 30 negara yang diteliti, Indonesia berada pada peringkat ke 2 dari bawah. Temuan itu menunjukan bahwa kemampuan membaca anak-anak sekolah dasar di Indonesia harus ditingkatkan. Kesalahan membaca nyaring terbesar adalah berupa keragu-raguan. Timbulnya keragu-raguan karena disebabkan oleh kurangnya rasa percaya diri. Rasa percaya diri sebagai salah satu dimensi kesadaran akan harga diri bersumber pada dikotomi antara perlakuan orang lain terhadap diri seseorang. (penerimaan, penghargaan, persahabatan, penghormatan, cinta kasih) dan hal-hal yang berasal dari diri sendiri. (intelegensi, kekuatan, bakat, keturunan, kekakyaan, kode etik pribadi) (Campell dalam Zuchdi).untuk membantu mengatasi keragu-raguan dapat diciptakan lingkungan pendidikan, baik di rumah maupun di sekolah, yang memiliki suasana penerimaan, penghargaan, persahabatan, penghormatan, cinta kasih, dan yang serupa dengan ini.
Yang menarik untuk dibahas dari hasil penelitian mengenai reaksi pembaca terhadap kesalahannya dalam membaca nyaring adalah adanya kesalahan dalam membaca nyaring ialah adanya kesalahan berhenti sejenak. Hal ini menunjukan bahwa anak-anak banyak berhenti setelah melakuakan kesalahan dan juga berhenti (keragu-raguan) sebelum membaca suatu kata atau kelompok kata. Jika kebiasaan ini dilakukan dalam membaca dalam hati ketika mereka berada di kelas-kelas lebih tinggi, sudah tentu kebiasaan ini akan mempengaruhi efisiensi membaca atau menghambat kecepatan membaca. Oleh karena itu perlu dilakukan upaya untuk mengatsinya.
Dalam hal ini, Brown (1980) menyatakan bahwa koreksi diri menyebakan anak bersifat internal dan eksternal terhadap tindak bahasanya sendiri. Secara internal dia menjadi kritis terhadap kesalahan sendiri dan dia berusaha tidak akan mengulangi pada kesalahan yang sama. Secara eksternal dia bersikap terbuka dan mau menerima kritik dari orang lain. Selanjutnya, dia pun akan mampu mengkritik kesalahan orang lain sebagai refleksi bahan. Dia mempunyai kemauan dan kemampuan untuk menghindari kesalahan yang sama.
Balikan guru yang berupa pembetulan jauh lebih besar daripada peringatan. Kenyataan ini guru lebih cenderung memberi contoh daripada memberi peringatan agar anak dapat membetulkan kesalahannya. Temuan ini tidak berbeda dengan hasil penelitian Schommer dan Wilkinson (1993), yakni bahwa guru lebih banyak memberikan balikan jenis terminal feedback (mengatakan/ menunjukan kata yang benar) daripada balikan jenis sustaining feedback (memberikan peringatan untuk memcoba lagi).
Komentar:
Pada artikel ini, penulis sebenarnya ingin menyadarkan para guru Sekolah Dasar dalam mendidik muridnya agar bisa membaca dengan nyaring. Dengan melihat kondisi dalam urutan dalam membaca nyaring bahwa, Indonesia berada pada posisi yang kedua dari belakang. Ini merupakan PR besar para Guru untuk merubah fenomena ini. Menurut saya, artikel ini sangat baik untuk digunakan sebagai bahan refleksi dalam pembenahan kualitas pendidikan Indonesia.
Hendaknya diciptakan lingkungan pendidikan yang dapat mengembangkan rasa percaya diri sehingga dapat mengurangi keragu-raguan dalam bertindak termasuk dalam membaca. Anak-anak hendaknya dilatih dan dibiasakan melakukan koreksi diri, sehingga bersikap kritis terhadap segala kesalahan diri dan kesalahan orang lain, serta mampu menghindari kesalahan. Guru hendaknya lebih banyak memberikan balikan membaca nyaring berupa peringatan sehingga memacing anak untuk membetulkan sendiri kesalahan yang dilakukan.
Artikel 2
Oleh : Muktamarudin Fahmi, A.Md
Sumber: Perpustakaan FPPB
dikirim melalui Email.
MENINGKATKAN BUDAYA MEMBACA DALAM KEHIDUPAN MASYARAKAT KAMPUS
Membaca
Apa yang terlintas dalam benak kita ketika mendengar kata itu? Sebagian ada yang berfikir membaca adalah kegiatan yang membosankan. Ada juga yang mengatakan bahwa membaca hanya menyita waktu, tenaga dan pikiran. Bahkan ada yang berasumsi bahwa membaca bukanlah kegiatan yang bermanfaat karena tidak menghasilkan materi. Padahal, kalau kita mau berpikir kritis, kita akan menemukan begitu banyak manfaat dari kegiatan membaca. Dengan membaca suatu bacaan, seseorang dapat menerima informasi, memperdalam pengetahuan, dan meningkatkan kecerdasan. Pemahaman terhadap kehidupan pun akan semakin tajam karena membaca dapat membuka cakrawala untuk berpikir kritis dan sistematis. Hanya dengan melihat dan memahami isi yang tertulis di dalam buku pengetahuan maupun pelajaran, membaca bisa menjadi kegiatan sederhana yang membutuhkan modal sedikit, tapi menuai begitu banyak keuntungan.
Kebiasaan membaca adalah ketrampilan yang diperoleh setelah seseorang dilahirkan, bukan ketrampilan bawaan. Oleh karena itu kebiasaan membaca dapat dipupuk, dibina dan dikembangkan. Bagi Negara-negara berkembang aktivitas membaca pada umumnya adalah untuk memperoleh manfaat langsung. Untuk tujuan akademik membaca adalah untuk memenuhi tuntutan kurikulum sekolah atau Perguruan Tinggi. Buku sebagai media transformasi dan penyebarluasan ilmu dapat menembus batas-batas geografis suatu negara, sehingga ilmu pengetahuan dapat dikomunikasikan dan digunakan dengan cepat di berbagai belahan dunia. Semakin banyak membaca buku, semakin bertambah wawasan kita terhadap permasalahan di dunia. Karena itulah buku disebut sebagai jendela dunia.
Manfaat Perpustakaan
Salah satu unsur penunjang yang paling penting dalam dunia pendidikan tinggi adalah keberadaan sebuah perpustakaan. Adanya sebuah perpustakaan sebagai penyedia fasilitas yang dibutuhkan terutama untuk memenuhi kebutuhan civitas akademika ( Dosen, Staf dan Mahasiswa ) akan sangat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat kampus itu sendiri. Didalam penulisan artikel ini, penulis ingin mengkhususkan pembahasan kepada salah satu bagian dari masyarakat kampus yaitu mahasiswa.
Seperti kita ketahui bersama, salah satu tujuan utama penyelenggaraan kegiatan belajar di Perguruan Tinggi adalah untuk menciptakan Sumber Daya Manusia yang berkualitas, bukan sekedar memenuhi jumlah minimal SKS yang dibebankan lantas mendapatkan ijazah dan gelar akademik atau profesi. Seseorang akan dikatakan berkualitas apabila ia mempunyai wawasan luas dan mendalam serta tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan khususnya pada bidang yang digelutinya.
Seorang mahasiswa yang ingin mencapai sukses dalam studinya harus mempunyai strategi khusus dalam memanfaatkan waktu untuk belajar semaksimal mungkin dan senantiasa memprediksi lima atau enam tahun ke depan, pada saat mana ia meninggalkan Perguruan Tinggi dan mengaplikasikan ilmunya dilapangan. Perlu diingat bahwa, belajar mandiri (self education) adalah ciri khas belajar di Perguruan Tinggi, ini berarti bahwa inisiatif untuk belajar aktif dituntut lebih banyak pada mahasiswa, salah satunya dengan memanfaatkan waktu yang tersisa di perpustakaan.
Manfaat perpustakaan sangat penting untuk mengasah kemampuan analisis dan pendalam materi perkuliahan. Perpustakaan memiliki bahan pustaka yang beraneka ragam jenisnya. Buku-buku sebanyak mungkin harus dibaca, baik buku yang dianjurkan dosen maupun buku lain yang tidak dianjurkan. Disarankan agar mahasiswa tidak membatasi diri hanya membaca buku yang dianjurkan dosen tetapi bacalah buku mengenai fenomena yang sama sebanyak mungkin, karena pandangan dari banyak pakar dengan membaca berarti memperluas wawasan kita mengenai objek studi yang kita pelajari.
Kurangi Tradisi Lisan, Tingkatkan Tradisi Membaca
Di era globalisasi dengan kemajuan teknologi, kebanyakan orang cenderung mendengar dan berbicara ketimbang melihat diikuti membaca. Di lembaga-lembaga pendidikan pun tradisi lisan mendominasi proses belajar mengajar sehingga minat baca dan ingin memiliki buku-buku ilmu pengetahuan bukanlah prioritas utama atau sama sekali tidak difungsikan secara efisien. Kenyataan menunjukkan adanya dua alternatif pilihan yakni ketika orang dihadapkan dengan buku-buku ilmu pengetahuan dan tayangan film menarik, orang akan cenderung melelahkan indra penglihatan (mata) untuk menonton film berjam-jam daripada membaca buku-buku ilmu pengetahuan.
Membaca buku-buku ilmu pengetahuan disertai dengan menulis sangat berarti karena mengurangi beban memori ingatan kita. Ilmu pengetahuan hanya dapat diciptakan oleh mereka yang sama sekali terserap dengan aspirasi menuju kebenaran dan pemahaman. Dalam masyarakat pembaca, selalu terkandung pemikiran bahwa dikala orang telah membaca dan menguasai isi ilmu pengetahuan, orang sering sudah menganggap telah menjadi ilmuwan atau peneliti yang hebat. Salah satu etika moral seorang ilmuwan adalah memiliki kesadaran bahwa dia baru mengetahui sebagian dari ilmu itu. Menjadi ilmuwan bukanlah menjadi orang serba tahu, tetapi menjadi orang yang dituntut untuk belajar secara terus-menerus dengan jalan banyak membaca buku-buku ilmu pengetahuan. Svami Vivekanda, seorang tokoh ilmuwan terkenal mengatakan ilmu pengetahuan dan agama akan bertemu dan berjabat tangan, puisi dan filsafat akan menjadi kawan. Apabila kita dapat mewujudkanya, kita dapat yakin bahwa ia akan terjadi selama-lamanya dan bagi semua orang.
Kurangilah tradisi lisan, mendengar dengan membaca dan menulis, tukarkan pembelian barang-barang yang tak memberi input bermakna dengan membeli buku-buku ilmu pengetahuan, luangkanlah waktu sejenak dengan membaca di perpustakaan karena masa depan kita ditentukan masa hari ini dan masa hari ini ditentukan masa yang lampau. Kesemuanya diharapkan dapat mengaktualisasikan makna saraswati dengan arif dan bijaksana sehingga dapat mendatangkan dampak positif ke arah kemajuan. Oleh karena itu, jadikanlah budaya membaca bagian dari kehidupan kita yang tak akan terpisahkan.*
Komentar:
Artikel ini merupakan salah satu bentuk opini yang bersifat argumentatif sekaligus persuasif. Penulis memaparkan berbagai pernyataan yang telah menjadi realitas yang terjadi dalam dunia pendidikan. Budaya membaca dalam lingkungan kampus, hingga saat ini masih berada di bawah standar. Membca sudah seharusnya menjadi kebutuhan pokok bagi kita.
Namun pada bagian terakhir artikel ini, saya agak kurang setuju dengan pernyataan penulis untuk meninggalkan budaya lisan. Saya merasa kurang setuju karena kemampuan setiap orang itu berbeda-beda. Ada yang mampu menangkap informasi dengan menyimak dan ada pula yang dengan membaca. Seharusnya penulis memberikan motivasi baru dengan tidak membatasi daya tangkap setiap orang.
Walaupun demikian, artikel ini sudah memberi masukan yang berharga dalam membudayakan membaca di lingkungan kampus yaitu dengan memanfaatkan perpustakaan sebagai gudang ilmu. Dorongan penulis dapat membuka cakrawala berpikir serta kemauan pembaca dalam meningkatkan budaya membaca.
ARTIKEL 3
Judul artikel : Skimming dan Scanning : Jurus Membaca Cepat
Pengarang : Soedarso
Sumber : Basis, April 1988 (hal. 141-149)
Sesungguhnya, tidak setiap kata yang tercetak dalam buku itu harus dibaca, dan tidak semua detail buku harus dipelajari. Apa yang tercetak itu belum tentu berharga dan benar untuk dibaca. Memang ada kalanya sebuah buku harus dibaca secara keseluruhan, misalnya buku pegangan utama yang harus dipelajari secara mendalam dan kita sendiri belum banyak mengetahui mengenai perihal yang dibahas di buku itu. Sehingga pada suatu buku ada kalanya kita baca bagian yang penting dan perlu pendalaman yang lebih, itu sesuai dengan kebutuhan kita. Dengan kata lain kita memerlukan metode untuk mengatur kecepatan kita dalam membaca dan memberikan hasil yang efektif dan efisien. Metode itu ada dua yaitu : skimming dan scanning.
Bagian yang dapat dilompati.
Surat kabar, buku, maupun majalah harus kita baca sesuai dengan tujuan kita. Kita harus berani menjadi tuan dan bacaan itu yang menjadi budak kita, atau dengan kata lain, bahan bacaan itu harus kita perlakukan seturut dengan maksud kita. Jika kita tidak membutuhkan fakta-fakta dan detailnya maka lompati fakta dan detail itu dan pusatkan perhatian untuk cepat menguasai ide pokoknya. Cara membaca yang hanya untuk mendapatkan ide pokoknya disebut dengan skimming.
Sebaliknya, jika kita hanya membutuhkan suatu fakta tertentu saja atau informasi tertentu saja, atau data stastitik tertentu saja. Teknik yang digunakan adalah scanning untuk langsung ke sasaran yang kita cari atau penting. Cara ini sangat bermanfaat jika kita dalam situasi ketergesaan. Berikut merupakan bagian yang dapat dilompati :
Anda dapat melompati definisi, batasan tertentu atau keterangan dan detail yang telah anda ketahui dari buku lain. Akan tetapi, jangan melompati keseluruhan bab itu, barangkali ada yang mengandung gagasan baru yang berharga.
Anda dapat melompati bagian-bagian yang berisi informasi yang tidak memiliki tujuan anda membaca.
Adakalanya penulis membuat analisis permasalahan mengawalinya dengan beberapa contoh.
Ada juga penulis dalam mengawali bab baru menyajikan ringkasan bab sebelumnya.
Skimming dan scanning berguna untuk mempelajari maupun mengetahui suatu topic dengan mengunakan banyak buku. Dengan banyak sumber, pengetahuan tentang topic itu menjadi luas. Akan tetapi tidak dapat dipungkiri bahwa adakalnya kita mendalami suatu buku itu perlu, misalnya sebagai dasar membangun suatu pengertian yang kemudian akan kita kembangkan dengan sumber lain.
Skimming cara membaca efisien.
Yang dimaksud dengan skimming adalah tindakan untuk mengambil inti sari atau sari pati dari suatu hal. Karena itu skimming bacaan berati mencari hal-hal yang penting dari suatu hal, yaitu ide pokok dan detailnya yang penting sehingga kadang hal itu tidak selalu muncul pada permukaan (awal) tetapi terkadang di tengah atau di bagian dasar (akhir).
Tetapi masih banyak yang mengartikan skimming sebagai sekedar menyapu halaman, sedangkan pengertian sebenarnya dari skimming adalah, suatu ketrampilan membaca yang diatur secara sistematis untuk mendapatkan hasil yang efisien, untuk berbagai tujuan, seperti hal berikut.
• Untuk mengenali topic bacaan. Dalam hal ini skimming hanya untuk melihat bahan yang akan dibaca, sekedar untuk mengetahui hal tersebut.
• Untuk mengetahui pendapat orang (opini). Disini anda sudah mengetahui topic yang dibahas, yang anda butuhkan adalah pendapat penulis mengenai masalah tersebut.
• Untuk mendapat bagian pentingyang kita perlukan tanpa membaca seluruhnya. Anda perlu melihat semua bahan untuk memilih ide yang bagus, tetapi tidak membaca secara lengkap.
• Untuk mengetahui organisasi penulisan, urutan ide pokok dan cara semua itu disusun dalam satu kesatuan pikiran dan mencari hubungan antar bagian bacaan itu. Mungkin secara kronologis, membandingkan dengan bentuk yang lain.
• Untuk penyegaran apa yang pernah dibaca, misalnya dalam mempersiapkan ujian atau sebelum menyampaikan ceramah. Skimming disebut juga sebagai review (tinjau balik).
Scanning cara menemukan informasi.
Scanning adalah suatu teknik membaca untuk mendapatkan suatu informasi tanpa membaca yang lain-lain, jadi langsung ke masalah yang dicari, misalnya fakta khusus dan informasi tertentu.
Scanning prosa.
Maksudnya adalah mencari informasi topik tertentu dalam suatu bacaan, yaitu dengan mencari letak bagian mana dari tulisan itu yang memuat informasi yang dibutuhkan. Caranya sebagai berikut :
Anda mesti mengetahui kata-kata kunci yang menjadi petunjuk (clue words).
Kenali organisasi tulisan, struktur tulisan, untuk memperkirakan letak jawaban.
Gerakan mata secara sistematik.
Setelah menemukan tempat, lambat kecepatan membaca untuk meyakin kebenaran apa yang anda cari.
Scanning informasi topic tertentu.
Sekalipun hanya bagian kecil dari buku, seorang penulis yang baikakan mempelajari topic yang akan dibahas itu dari berbagai sumber. Seorang penulis tidak perlu membaca seluruh bagian buku untuk menemukannya melalui daftar isi dan indeks, serta grafik maupun alat visual. Metode dapat menemukan gagasan dan informasi secara cepat dan efektif.
Membuat catatan.
Kita mempunyai beberapa alasan dalam membuat catatan itu sebagai berikut :
Karena informasi atau ide yang terkandung dalam bacaan itu kita perlukan.
Karena kita tidak dapat mencorat-coret buku.
Untuk memudahakan mencari kembali bila kita memiliki pokokl yang kita perlukan itu.
Guna catatan.
Untuk membantu melihat struktur apa yang dibaca.
Untuk mengambil pokok yang menarik, berguna, atau sesuatu yang diperluakan.
Untuk mengingat-ingat yang perlu diingat.
Untuk mengacu kembali beberapa waktu kemudian
Untuk membantu konsentrasi kita dan memudahkan apa yang kita baca.
Pokok-pokok yang dicatat.
Catatan haruslah cukup karena dapat memudahkan membantu pemahaman kita terhadap suatu hal. Secukupnya dalam arti mencatat hal-hal yang meliputi:
Elemen-elemen kunci merupakan termasuk ide sentral, soal-soal besar, atau informasi penting.
Tujuan dan asumsi penulis tentang segi-segi tertentu.
Detail dan fakta yang diperlukan, misalnya statistic atau hal lain yang dapat menunjang kebutuhan kita.
Pokok-pokok yang menarik atau yang perlu diikuti.
Dalam hal ini suatu catatan haruslah akurat dalam arti ringkasan harus merupakan refleksi teks dan kutipan harus kita kutip secara tepat. Selain itu jangan lupa menuliskan sumbernya.
Menghadapi kata-kata sulit.
Kita baru berusaha mengenali atau menemukan arti kata sebenarnya. Sehingga untuk melafalkan secara tepat, kita mengucapkan kata demi kata secara nyaring dan lengkap. Jika kita mendapat kata baru, usahakan unuk mengetahui artinya dalam konteks. Bila tidak, kata itu akan lenyap dengan sendirinya karena tiadak ada sesuatu yang berarti.
Menambah pembendaharaan kata.
Untuk mendapatkannya kita perlu lakukan dengan 2 hal yang dapat dipraktekan
Membaca dan membaca. Dengan banyak membaca dan semakin bervariasi jenis bacaan dan dengan membaca lebih cepatbanyak kata yang akan dibaca dan lebih banya kata yang dimengerti, yang akan selalu bertemu akrab.
Dengan memakai system tertentu yang berhubungan denagan pembentukan suku kata (vocabulary building).
Komentar:
Artikel ini berbeda dengan kedua artikel sbelumnya. Artikel ini menjelaskan tentang bagian atau metode membaca yaitu Skimming dan Scanning. Namun ini merupakan salah satu darijenis membaca. Dalam artikel ini, penulis telah memberikan banyak sumbangan kepada pembaca, selain untuk menjelaskan tentang skimming dan Scanning tetapi juga menjelaskan tentang metode yang baik dalam membaca Skimming dan Scanning.
Artikel ini sangat bermanfaat dalam melatih daya simak kita terhadap suatu bacaan. Dalam membaca cepat, kemampuan kita dapat diuji. Namun dalam membaca cepat harus efisien dan ada sesuatu yang didapatkan. Metode yang dipaparkan penulis sangat praktis dan masuk akal sehingga dapat digunakan sebagai pedoman kita dalam menemukan informasi dengan membaca cepat.
Judul artikel : Analisis Episode Kesalahan Membaca Nyaring di Sekolah Dasar.
Pengarang : Darmiyati Zuchdi
Sumber : Jurnal Ilmu Pendidikan, November 1997, jilid 4, nomor 4 (hal 231-239)
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh The International Association for the Educational Achievement pada 1992, kemampuan membaca anak-anak sekolah dasar di Indonesia masih sangat rendah. Dari 30 negara yang diteliti, Indonesia berada pada peringkat ke 2 dari bawah. Temuan itu menunjukan bahwa kemampuan membaca anak-anak sekolah dasar di Indonesia harus ditingkatkan. Kesalahan membaca nyaring terbesar adalah berupa keragu-raguan. Timbulnya keragu-raguan karena disebabkan oleh kurangnya rasa percaya diri. Rasa percaya diri sebagai salah satu dimensi kesadaran akan harga diri bersumber pada dikotomi antara perlakuan orang lain terhadap diri seseorang. (penerimaan, penghargaan, persahabatan, penghormatan, cinta kasih) dan hal-hal yang berasal dari diri sendiri. (intelegensi, kekuatan, bakat, keturunan, kekakyaan, kode etik pribadi) (Campell dalam Zuchdi).untuk membantu mengatasi keragu-raguan dapat diciptakan lingkungan pendidikan, baik di rumah maupun di sekolah, yang memiliki suasana penerimaan, penghargaan, persahabatan, penghormatan, cinta kasih, dan yang serupa dengan ini.
Yang menarik untuk dibahas dari hasil penelitian mengenai reaksi pembaca terhadap kesalahannya dalam membaca nyaring adalah adanya kesalahan dalam membaca nyaring ialah adanya kesalahan berhenti sejenak. Hal ini menunjukan bahwa anak-anak banyak berhenti setelah melakuakan kesalahan dan juga berhenti (keragu-raguan) sebelum membaca suatu kata atau kelompok kata. Jika kebiasaan ini dilakukan dalam membaca dalam hati ketika mereka berada di kelas-kelas lebih tinggi, sudah tentu kebiasaan ini akan mempengaruhi efisiensi membaca atau menghambat kecepatan membaca. Oleh karena itu perlu dilakukan upaya untuk mengatsinya.
Dalam hal ini, Brown (1980) menyatakan bahwa koreksi diri menyebakan anak bersifat internal dan eksternal terhadap tindak bahasanya sendiri. Secara internal dia menjadi kritis terhadap kesalahan sendiri dan dia berusaha tidak akan mengulangi pada kesalahan yang sama. Secara eksternal dia bersikap terbuka dan mau menerima kritik dari orang lain. Selanjutnya, dia pun akan mampu mengkritik kesalahan orang lain sebagai refleksi bahan. Dia mempunyai kemauan dan kemampuan untuk menghindari kesalahan yang sama.
Balikan guru yang berupa pembetulan jauh lebih besar daripada peringatan. Kenyataan ini guru lebih cenderung memberi contoh daripada memberi peringatan agar anak dapat membetulkan kesalahannya. Temuan ini tidak berbeda dengan hasil penelitian Schommer dan Wilkinson (1993), yakni bahwa guru lebih banyak memberikan balikan jenis terminal feedback (mengatakan/ menunjukan kata yang benar) daripada balikan jenis sustaining feedback (memberikan peringatan untuk memcoba lagi).
Komentar:
Pada artikel ini, penulis sebenarnya ingin menyadarkan para guru Sekolah Dasar dalam mendidik muridnya agar bisa membaca dengan nyaring. Dengan melihat kondisi dalam urutan dalam membaca nyaring bahwa, Indonesia berada pada posisi yang kedua dari belakang. Ini merupakan PR besar para Guru untuk merubah fenomena ini. Menurut saya, artikel ini sangat baik untuk digunakan sebagai bahan refleksi dalam pembenahan kualitas pendidikan Indonesia.
Hendaknya diciptakan lingkungan pendidikan yang dapat mengembangkan rasa percaya diri sehingga dapat mengurangi keragu-raguan dalam bertindak termasuk dalam membaca. Anak-anak hendaknya dilatih dan dibiasakan melakukan koreksi diri, sehingga bersikap kritis terhadap segala kesalahan diri dan kesalahan orang lain, serta mampu menghindari kesalahan. Guru hendaknya lebih banyak memberikan balikan membaca nyaring berupa peringatan sehingga memacing anak untuk membetulkan sendiri kesalahan yang dilakukan.
Artikel 2
Oleh : Muktamarudin Fahmi, A.Md
Sumber: Perpustakaan FPPB
dikirim melalui Email.
MENINGKATKAN BUDAYA MEMBACA DALAM KEHIDUPAN MASYARAKAT KAMPUS
Membaca
Apa yang terlintas dalam benak kita ketika mendengar kata itu? Sebagian ada yang berfikir membaca adalah kegiatan yang membosankan. Ada juga yang mengatakan bahwa membaca hanya menyita waktu, tenaga dan pikiran. Bahkan ada yang berasumsi bahwa membaca bukanlah kegiatan yang bermanfaat karena tidak menghasilkan materi. Padahal, kalau kita mau berpikir kritis, kita akan menemukan begitu banyak manfaat dari kegiatan membaca. Dengan membaca suatu bacaan, seseorang dapat menerima informasi, memperdalam pengetahuan, dan meningkatkan kecerdasan. Pemahaman terhadap kehidupan pun akan semakin tajam karena membaca dapat membuka cakrawala untuk berpikir kritis dan sistematis. Hanya dengan melihat dan memahami isi yang tertulis di dalam buku pengetahuan maupun pelajaran, membaca bisa menjadi kegiatan sederhana yang membutuhkan modal sedikit, tapi menuai begitu banyak keuntungan.
Kebiasaan membaca adalah ketrampilan yang diperoleh setelah seseorang dilahirkan, bukan ketrampilan bawaan. Oleh karena itu kebiasaan membaca dapat dipupuk, dibina dan dikembangkan. Bagi Negara-negara berkembang aktivitas membaca pada umumnya adalah untuk memperoleh manfaat langsung. Untuk tujuan akademik membaca adalah untuk memenuhi tuntutan kurikulum sekolah atau Perguruan Tinggi. Buku sebagai media transformasi dan penyebarluasan ilmu dapat menembus batas-batas geografis suatu negara, sehingga ilmu pengetahuan dapat dikomunikasikan dan digunakan dengan cepat di berbagai belahan dunia. Semakin banyak membaca buku, semakin bertambah wawasan kita terhadap permasalahan di dunia. Karena itulah buku disebut sebagai jendela dunia.
Manfaat Perpustakaan
Salah satu unsur penunjang yang paling penting dalam dunia pendidikan tinggi adalah keberadaan sebuah perpustakaan. Adanya sebuah perpustakaan sebagai penyedia fasilitas yang dibutuhkan terutama untuk memenuhi kebutuhan civitas akademika ( Dosen, Staf dan Mahasiswa ) akan sangat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat kampus itu sendiri. Didalam penulisan artikel ini, penulis ingin mengkhususkan pembahasan kepada salah satu bagian dari masyarakat kampus yaitu mahasiswa.
Seperti kita ketahui bersama, salah satu tujuan utama penyelenggaraan kegiatan belajar di Perguruan Tinggi adalah untuk menciptakan Sumber Daya Manusia yang berkualitas, bukan sekedar memenuhi jumlah minimal SKS yang dibebankan lantas mendapatkan ijazah dan gelar akademik atau profesi. Seseorang akan dikatakan berkualitas apabila ia mempunyai wawasan luas dan mendalam serta tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan khususnya pada bidang yang digelutinya.
Seorang mahasiswa yang ingin mencapai sukses dalam studinya harus mempunyai strategi khusus dalam memanfaatkan waktu untuk belajar semaksimal mungkin dan senantiasa memprediksi lima atau enam tahun ke depan, pada saat mana ia meninggalkan Perguruan Tinggi dan mengaplikasikan ilmunya dilapangan. Perlu diingat bahwa, belajar mandiri (self education) adalah ciri khas belajar di Perguruan Tinggi, ini berarti bahwa inisiatif untuk belajar aktif dituntut lebih banyak pada mahasiswa, salah satunya dengan memanfaatkan waktu yang tersisa di perpustakaan.
Manfaat perpustakaan sangat penting untuk mengasah kemampuan analisis dan pendalam materi perkuliahan. Perpustakaan memiliki bahan pustaka yang beraneka ragam jenisnya. Buku-buku sebanyak mungkin harus dibaca, baik buku yang dianjurkan dosen maupun buku lain yang tidak dianjurkan. Disarankan agar mahasiswa tidak membatasi diri hanya membaca buku yang dianjurkan dosen tetapi bacalah buku mengenai fenomena yang sama sebanyak mungkin, karena pandangan dari banyak pakar dengan membaca berarti memperluas wawasan kita mengenai objek studi yang kita pelajari.
Kurangi Tradisi Lisan, Tingkatkan Tradisi Membaca
Di era globalisasi dengan kemajuan teknologi, kebanyakan orang cenderung mendengar dan berbicara ketimbang melihat diikuti membaca. Di lembaga-lembaga pendidikan pun tradisi lisan mendominasi proses belajar mengajar sehingga minat baca dan ingin memiliki buku-buku ilmu pengetahuan bukanlah prioritas utama atau sama sekali tidak difungsikan secara efisien. Kenyataan menunjukkan adanya dua alternatif pilihan yakni ketika orang dihadapkan dengan buku-buku ilmu pengetahuan dan tayangan film menarik, orang akan cenderung melelahkan indra penglihatan (mata) untuk menonton film berjam-jam daripada membaca buku-buku ilmu pengetahuan.
Membaca buku-buku ilmu pengetahuan disertai dengan menulis sangat berarti karena mengurangi beban memori ingatan kita. Ilmu pengetahuan hanya dapat diciptakan oleh mereka yang sama sekali terserap dengan aspirasi menuju kebenaran dan pemahaman. Dalam masyarakat pembaca, selalu terkandung pemikiran bahwa dikala orang telah membaca dan menguasai isi ilmu pengetahuan, orang sering sudah menganggap telah menjadi ilmuwan atau peneliti yang hebat. Salah satu etika moral seorang ilmuwan adalah memiliki kesadaran bahwa dia baru mengetahui sebagian dari ilmu itu. Menjadi ilmuwan bukanlah menjadi orang serba tahu, tetapi menjadi orang yang dituntut untuk belajar secara terus-menerus dengan jalan banyak membaca buku-buku ilmu pengetahuan. Svami Vivekanda, seorang tokoh ilmuwan terkenal mengatakan ilmu pengetahuan dan agama akan bertemu dan berjabat tangan, puisi dan filsafat akan menjadi kawan. Apabila kita dapat mewujudkanya, kita dapat yakin bahwa ia akan terjadi selama-lamanya dan bagi semua orang.
Kurangilah tradisi lisan, mendengar dengan membaca dan menulis, tukarkan pembelian barang-barang yang tak memberi input bermakna dengan membeli buku-buku ilmu pengetahuan, luangkanlah waktu sejenak dengan membaca di perpustakaan karena masa depan kita ditentukan masa hari ini dan masa hari ini ditentukan masa yang lampau. Kesemuanya diharapkan dapat mengaktualisasikan makna saraswati dengan arif dan bijaksana sehingga dapat mendatangkan dampak positif ke arah kemajuan. Oleh karena itu, jadikanlah budaya membaca bagian dari kehidupan kita yang tak akan terpisahkan.*
Komentar:
Artikel ini merupakan salah satu bentuk opini yang bersifat argumentatif sekaligus persuasif. Penulis memaparkan berbagai pernyataan yang telah menjadi realitas yang terjadi dalam dunia pendidikan. Budaya membaca dalam lingkungan kampus, hingga saat ini masih berada di bawah standar. Membca sudah seharusnya menjadi kebutuhan pokok bagi kita.
Namun pada bagian terakhir artikel ini, saya agak kurang setuju dengan pernyataan penulis untuk meninggalkan budaya lisan. Saya merasa kurang setuju karena kemampuan setiap orang itu berbeda-beda. Ada yang mampu menangkap informasi dengan menyimak dan ada pula yang dengan membaca. Seharusnya penulis memberikan motivasi baru dengan tidak membatasi daya tangkap setiap orang.
Walaupun demikian, artikel ini sudah memberi masukan yang berharga dalam membudayakan membaca di lingkungan kampus yaitu dengan memanfaatkan perpustakaan sebagai gudang ilmu. Dorongan penulis dapat membuka cakrawala berpikir serta kemauan pembaca dalam meningkatkan budaya membaca.
ARTIKEL 3
Judul artikel : Skimming dan Scanning : Jurus Membaca Cepat
Pengarang : Soedarso
Sumber : Basis, April 1988 (hal. 141-149)
Sesungguhnya, tidak setiap kata yang tercetak dalam buku itu harus dibaca, dan tidak semua detail buku harus dipelajari. Apa yang tercetak itu belum tentu berharga dan benar untuk dibaca. Memang ada kalanya sebuah buku harus dibaca secara keseluruhan, misalnya buku pegangan utama yang harus dipelajari secara mendalam dan kita sendiri belum banyak mengetahui mengenai perihal yang dibahas di buku itu. Sehingga pada suatu buku ada kalanya kita baca bagian yang penting dan perlu pendalaman yang lebih, itu sesuai dengan kebutuhan kita. Dengan kata lain kita memerlukan metode untuk mengatur kecepatan kita dalam membaca dan memberikan hasil yang efektif dan efisien. Metode itu ada dua yaitu : skimming dan scanning.
Bagian yang dapat dilompati.
Surat kabar, buku, maupun majalah harus kita baca sesuai dengan tujuan kita. Kita harus berani menjadi tuan dan bacaan itu yang menjadi budak kita, atau dengan kata lain, bahan bacaan itu harus kita perlakukan seturut dengan maksud kita. Jika kita tidak membutuhkan fakta-fakta dan detailnya maka lompati fakta dan detail itu dan pusatkan perhatian untuk cepat menguasai ide pokoknya. Cara membaca yang hanya untuk mendapatkan ide pokoknya disebut dengan skimming.
Sebaliknya, jika kita hanya membutuhkan suatu fakta tertentu saja atau informasi tertentu saja, atau data stastitik tertentu saja. Teknik yang digunakan adalah scanning untuk langsung ke sasaran yang kita cari atau penting. Cara ini sangat bermanfaat jika kita dalam situasi ketergesaan. Berikut merupakan bagian yang dapat dilompati :
Anda dapat melompati definisi, batasan tertentu atau keterangan dan detail yang telah anda ketahui dari buku lain. Akan tetapi, jangan melompati keseluruhan bab itu, barangkali ada yang mengandung gagasan baru yang berharga.
Anda dapat melompati bagian-bagian yang berisi informasi yang tidak memiliki tujuan anda membaca.
Adakalanya penulis membuat analisis permasalahan mengawalinya dengan beberapa contoh.
Ada juga penulis dalam mengawali bab baru menyajikan ringkasan bab sebelumnya.
Skimming dan scanning berguna untuk mempelajari maupun mengetahui suatu topic dengan mengunakan banyak buku. Dengan banyak sumber, pengetahuan tentang topic itu menjadi luas. Akan tetapi tidak dapat dipungkiri bahwa adakalnya kita mendalami suatu buku itu perlu, misalnya sebagai dasar membangun suatu pengertian yang kemudian akan kita kembangkan dengan sumber lain.
Skimming cara membaca efisien.
Yang dimaksud dengan skimming adalah tindakan untuk mengambil inti sari atau sari pati dari suatu hal. Karena itu skimming bacaan berati mencari hal-hal yang penting dari suatu hal, yaitu ide pokok dan detailnya yang penting sehingga kadang hal itu tidak selalu muncul pada permukaan (awal) tetapi terkadang di tengah atau di bagian dasar (akhir).
Tetapi masih banyak yang mengartikan skimming sebagai sekedar menyapu halaman, sedangkan pengertian sebenarnya dari skimming adalah, suatu ketrampilan membaca yang diatur secara sistematis untuk mendapatkan hasil yang efisien, untuk berbagai tujuan, seperti hal berikut.
• Untuk mengenali topic bacaan. Dalam hal ini skimming hanya untuk melihat bahan yang akan dibaca, sekedar untuk mengetahui hal tersebut.
• Untuk mengetahui pendapat orang (opini). Disini anda sudah mengetahui topic yang dibahas, yang anda butuhkan adalah pendapat penulis mengenai masalah tersebut.
• Untuk mendapat bagian pentingyang kita perlukan tanpa membaca seluruhnya. Anda perlu melihat semua bahan untuk memilih ide yang bagus, tetapi tidak membaca secara lengkap.
• Untuk mengetahui organisasi penulisan, urutan ide pokok dan cara semua itu disusun dalam satu kesatuan pikiran dan mencari hubungan antar bagian bacaan itu. Mungkin secara kronologis, membandingkan dengan bentuk yang lain.
• Untuk penyegaran apa yang pernah dibaca, misalnya dalam mempersiapkan ujian atau sebelum menyampaikan ceramah. Skimming disebut juga sebagai review (tinjau balik).
Scanning cara menemukan informasi.
Scanning adalah suatu teknik membaca untuk mendapatkan suatu informasi tanpa membaca yang lain-lain, jadi langsung ke masalah yang dicari, misalnya fakta khusus dan informasi tertentu.
Scanning prosa.
Maksudnya adalah mencari informasi topik tertentu dalam suatu bacaan, yaitu dengan mencari letak bagian mana dari tulisan itu yang memuat informasi yang dibutuhkan. Caranya sebagai berikut :
Anda mesti mengetahui kata-kata kunci yang menjadi petunjuk (clue words).
Kenali organisasi tulisan, struktur tulisan, untuk memperkirakan letak jawaban.
Gerakan mata secara sistematik.
Setelah menemukan tempat, lambat kecepatan membaca untuk meyakin kebenaran apa yang anda cari.
Scanning informasi topic tertentu.
Sekalipun hanya bagian kecil dari buku, seorang penulis yang baikakan mempelajari topic yang akan dibahas itu dari berbagai sumber. Seorang penulis tidak perlu membaca seluruh bagian buku untuk menemukannya melalui daftar isi dan indeks, serta grafik maupun alat visual. Metode dapat menemukan gagasan dan informasi secara cepat dan efektif.
Membuat catatan.
Kita mempunyai beberapa alasan dalam membuat catatan itu sebagai berikut :
Karena informasi atau ide yang terkandung dalam bacaan itu kita perlukan.
Karena kita tidak dapat mencorat-coret buku.
Untuk memudahakan mencari kembali bila kita memiliki pokokl yang kita perlukan itu.
Guna catatan.
Untuk membantu melihat struktur apa yang dibaca.
Untuk mengambil pokok yang menarik, berguna, atau sesuatu yang diperluakan.
Untuk mengingat-ingat yang perlu diingat.
Untuk mengacu kembali beberapa waktu kemudian
Untuk membantu konsentrasi kita dan memudahkan apa yang kita baca.
Pokok-pokok yang dicatat.
Catatan haruslah cukup karena dapat memudahkan membantu pemahaman kita terhadap suatu hal. Secukupnya dalam arti mencatat hal-hal yang meliputi:
Elemen-elemen kunci merupakan termasuk ide sentral, soal-soal besar, atau informasi penting.
Tujuan dan asumsi penulis tentang segi-segi tertentu.
Detail dan fakta yang diperlukan, misalnya statistic atau hal lain yang dapat menunjang kebutuhan kita.
Pokok-pokok yang menarik atau yang perlu diikuti.
Dalam hal ini suatu catatan haruslah akurat dalam arti ringkasan harus merupakan refleksi teks dan kutipan harus kita kutip secara tepat. Selain itu jangan lupa menuliskan sumbernya.
Menghadapi kata-kata sulit.
Kita baru berusaha mengenali atau menemukan arti kata sebenarnya. Sehingga untuk melafalkan secara tepat, kita mengucapkan kata demi kata secara nyaring dan lengkap. Jika kita mendapat kata baru, usahakan unuk mengetahui artinya dalam konteks. Bila tidak, kata itu akan lenyap dengan sendirinya karena tiadak ada sesuatu yang berarti.
Menambah pembendaharaan kata.
Untuk mendapatkannya kita perlu lakukan dengan 2 hal yang dapat dipraktekan
Membaca dan membaca. Dengan banyak membaca dan semakin bervariasi jenis bacaan dan dengan membaca lebih cepatbanyak kata yang akan dibaca dan lebih banya kata yang dimengerti, yang akan selalu bertemu akrab.
Dengan memakai system tertentu yang berhubungan denagan pembentukan suku kata (vocabulary building).
Komentar:
Artikel ini berbeda dengan kedua artikel sbelumnya. Artikel ini menjelaskan tentang bagian atau metode membaca yaitu Skimming dan Scanning. Namun ini merupakan salah satu darijenis membaca. Dalam artikel ini, penulis telah memberikan banyak sumbangan kepada pembaca, selain untuk menjelaskan tentang skimming dan Scanning tetapi juga menjelaskan tentang metode yang baik dalam membaca Skimming dan Scanning.
Artikel ini sangat bermanfaat dalam melatih daya simak kita terhadap suatu bacaan. Dalam membaca cepat, kemampuan kita dapat diuji. Namun dalam membaca cepat harus efisien dan ada sesuatu yang didapatkan. Metode yang dipaparkan penulis sangat praktis dan masuk akal sehingga dapat digunakan sebagai pedoman kita dalam menemukan informasi dengan membaca cepat.
Komentar