Model-Model Pembelajaran (PPSI, Kemp, Banathy, Dick and Carey)
1. Model Pembelajaran PPSI ( Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional)
PPSI merupakan proses dalam mengembangkan pengajaran sebagai suatu sistem, yaitu sebagai kesatuan yang terorganisir, yang memuat sejumlah unsur antara lain tujuan, materi, metode, alat bantu dan evaluasi pembelajaran. PPSI adalah langkah-langkah pengembangan sistem instruksional yang mendasari efektivitas praktek pengajaran. Fungsi PPSI adalah untuk mengefektifkan perencanaan dan pelaksanaan program pengajaran secara sistemik dan sistematis, untuk dijadikan sebagai pedoman bagi pendidik dalam melaksanakan proses belajar-mengajar.
PPSI digunakan sebagai pendekatan penyampaian pada kurikulum 1975 untuk tingkat SD, SMP, dan SMA, dan kurikulum 1976 untuk sekolah lanjutan. PPSI menggunakan pendekatan sistem yang mengutamakan adanya tujuan yang jelas, sehingga dapat dikatakan bahwa PPSI merujuk pada pengertian sebagai suatu sistem, yaitu sebagai kesatuan terorganisasi yang terdiri atas sejumlah komponen yang saling berhubungan satu dengan yang lainnya dalam rangka mencapai tujuan yang diinginkan. PPSI merupakan model pembelajaran yang menerapkan suatu sistem untuk mencaai tujuan secara efektf dan efesien.
Langkah-langkah pokok model pembelajaran PPSI:
1. Merumuskan Tujuan Pembelajaran
Dalam merumuskan tujuan instruksional yang dimaksud adalah tujuan pembelajaran khusus, yaitu rumusan yang jelas dan operasional tentang kemampuan atau kompetensi yang diharapkan dimiliki siswa setelah mengikuti proses pembelajaran. Kemampuan-kemampuan tersebut harus dirumuskan secara spesifik dan teratur sehingga dapat diamati dan dievaluasi.
2. Mengembangkan Alat Evaluasi
Setelah tujuan pembelajaran dirumuskan, langkah selanjutnya adalaha mengembangkan alat evaluasi, yaitu tes tang berfungsi untuk menilai sejauh mana siswa telah mengasai kemampuan atau kompetensi yang telah dirumuskan dalam tujuan pembelajaran khusus tersebut. Pengembangan alat evaluasi tidak dilakukan pada akhir dari kegiatan pembelajaran, tetapi setelah tujuan pembelajaran khusus ditetapkan. Hal ini didasarkan atas prinsip yang berorientasi pada hasil, yaitu penilaian terhadap suatu sistem pembelajaran didasarkan atas hasil yang dicapai. Dalam evaluasi perlu ditentukan terlebih dahulu jenis-jenis tes dan bentuk-bentuk tes yang digunakan. Hal ini sangat bergantung pada hakikat dan tujuan yang akan dicapai.
3. Menantukan Kegiatan Belajar-Mengajar
Setelah tujuan dan alat evaluasi diterapkan, langkah selanjutnya adalah menetapkan kegiatan belajar-mengajar, yaitu kegiatan yang harus digunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam menentukan kegiatan belajar mengajar hal yang harus dilakukan adalah:
a. Merumuskan semua kemungkinan kegiatan belajar yang diperlukan untuk mencapai tujuan.
b. Menetapkan kegiatan belajar yang harus dilakukan dan yang tidak harus dilakukan oleh siswa.
c. Menetapkan kegiatan belajar yang masih perlu dilaksanakan oleh siswa.
Setelah kegiatan belajar siswa ditetapkan, perlu dirumuskan pokok-pokok materi pembelajaran yang akan diberikan pada siswa.
4. Merencanakan Program KBM
Titik tolak dalam merencanakan program kegiatan pembelajaran adalah suatu pelajaran yang diambil dari kurikulum yang ditetapkan jumlah jam/SKS-nya dan diberikan pada kelas dalam semester tertentu. Pada langkah ini perlu disusun strategi proses pembelajaran dengan cara merumuskan kegiatan mengajar dan kegiatan belajar yang dirancang secara sistematis sesuai kelas. Metode pembelajaran yang akan digunakan dipilih sesuai dengan tujuan dan karakteristik materi yang disampaikan.
5. Pelaksanaan
Langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam pelaksanaan program ini adalah:
a. Mengadakan Pretest ( Tes Awal)
Fungsi tes awal ini adalah untuk memperoleh informasi tenteng kemampuan awal siswa sebelum mereka mengikuti kegiatan pembelajaran.
b. Menyiapkan Materi Pelajaran
Sebelum menyampaikan materi pelajaran, hendaknya guru menjelaskan dulu kepada siswa tujuan/kompetensi yang akan dicapai, sehingga mereka mengetahui kemampuan-kemampuan yang diharapkan setelah selesai pelajaran.
c. Mengadakan Posttest
Posttest diberikan setelah selesai mengikuti program pembelajaran. Tes ini berfungsi untuk menulai kemampuan siswa mengenai penguasaan materi pelajaran setelah pembelajaran dilaksanakan.
2. Model Dick and Carey (1991)
Model Dick and Carey, berorientasi pada hasil dan sistem. Karena dengan menerapkan model ini,maka akan menghasilkan bahan pembelajaran yang dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dan model pengembangan ini menerapkan langkah-langkah yang sistematis. Model Dick & Carey dimulai dengan mengenali tujuan pembelajaran, melakukan analisis pembelajaran, mengenali tingkah laku masukan dan karakteristik pembelajar, merumuskan tujuan performasi, mengembangkan strategi pembelajaran, mengembangkan dan memilih materi pembelajaran, mendesain dan melakukan penilaian normatif. Kemudian langkah terakhir ialah memperbaiki atau merevisi pembelajaran.
3. Model Kemp
Kemp mengembangkan model desain intruksional yang paling awal bagi pendidikan. Model Kemp memberikan bimbingan kepada siswanya untuk berpikir tentang masalah-masalah umum dan tujuan-tujuan pembelajaran.
Kelebihan:
Dalam model pembelajaran Kemp ini, di setiap melakukan langkah terdapat revisi terlebih dahulu guna menuju ke tahap berikutnya. Tujuannya ialah terdapat kekurangan di tahap tersebut, dapat dilakukan perbaikan sebelum melangkah ke tahap selanjutnya.
Kekurangannya:
Model pembelajaran Kemp condong ke pembelajaran klasikal atau pembelajaran di kelas. Oleh karena itu, peran guru sangat berpengaruh besar, karena mereka dituntut dalam rangka program pengajaran, instrument evaluasi, dan stategi pengajaran.
Ada 8 langkah-langkah model pembelajaran Kemp antara lain;
1. Menentukan Tujuan Pembelajaran Umum atau Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar, yaitu tujuan yang ingin dicapai dalam setiap pembelajaran.
2. Membuat analisis tentang karakteristik siswa. Analisis ini untuk mengetahui apakah latar belakang pendidikan dan sosial budaya siswa memungkinkan untuk mengikuti program, serta langkah-langkah apa yang perlu diambil.
3. Menentukan tujuan pembelajaran khusus atau indikator, yaitu tujuan yang spesifik, operasional, dan terukur. Dengan demikian, siswa dapat mengetahui apa yang harus dipelajari, bagaimana cara mengerjakan, dan apa ukurannya bahwa siswa telah berhasil. Dari segi guru, rumusan itu berguna dalam menyusun tes kemampuan dan pemilihan bahan yang sesuai.
4. Menentukan materi/bahan pelajaran yang sesuai dengan tujuan pembelajaran khusus.
5. Menentukan penjajagan awal (preassessment) atau pretest, yaitu untuk mengetahui sejauh mana siswa telah memnuhi persyaratan belajar. Dengan demikian, guru dapat memilih materi yang dibutuhkan dan diperlukan tanpa harus menyajikan materi yang tidak perlu dan siswa tidak cepat bosan.
6. Menentukan stategi belajar-mengajar dan sumber belajar yang sesuai. Kriteria umumnya yaitu: efisiensi, keefektifan, ekonomis, kepraktisan melalui suatu analisis alternative.
7. Koordinasi sarana penunjang yang diperlukan, meliputi biaya, fasilitas, peralatan, waktu, dan tenaga.
8. Mengadakan evaluasi, yaitu mengontrol dan mengkaji keberhasilan program secara keseluruhan yaitu siswa, program pembelajaran,instrument evaluasi, dan metode yang digunakan.
4. Model Banathy
Model pengembangan sistem pembelajaran ini berorientasi pada tujuan pembelajaran. Langkah-langkah pengembangan sistem pembelajaran terdiri dari 6 jenis kegiatan. Model desain ini bertitik tolak dari pendekatan sistem (system approach), yang mencakup keenam komponen (langkah) yang saling berinterelasi dan berinteraksi untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
Pada langkah terakhir para pengembang diharapkan dapat melakukan perubahan dan perbaikan sehingga tercipta suatu desain yang diinginkan. Model ini tampaknya hanya diperuntukan bagi guru-guru di sekolah, mereka cukup dengan merumuskan tujuan pembelajaran khusus dengan mengacu pada tujuan pembelajaran umum yang telah disiapkan dalam sistem.
Komponen-komponen tersebut menjadi dan merupakan acuan dalam menetapkan langkah-langkah pengembangan, sebagai berikut :
1. Merumuskan tujuan (formulate objectives);
2. Mengembangkan tes (develop test);
3. Menganalisis kegiatan belajar (analyzing learning task);
4. Mendesain sistem instruksional (design system);
5. Melaksanakan kegiatan dan mengetes hasil (implement and test output);
6. Mengadakan perbaikan (change to improve);
Sumber
http://goes-awal.blogspot.com/2010/10/model-pembelajaran-bela-h-banathy.html. Diakses tanggal 7 September 2011.
Rusman. 2011. Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalitas Guru. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Komentar