Teknik dan Komunikasi Penyiar Televisi – Radio – MC

Identitas Buku
Nama pengarang : Habib Bari
Judul buku : Teknik dan Komunikasi Penyiar Televisi – Radio – MC : Sebuah
Pengetahuan Praktis
Tahun terbit : 1995
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
BAB I
Pengertian Umum Penyiar

Penyiar adalah seseorang yang bertugas menyebarluaskan (syiar) suatu atau lebih informasi yang terjamin akurasinya dengan menggunakan radio dan televisi atau lainnya dengan tujuan untuk diketahui oleh pendengarnya, dilaksanakan, dituruti, dan dipahami.
Pemahaman ini diperlukan, untuk membedakan dengan mereka yang bergerak di bidang komunikasi yang juga menggunakan media elektronik seperti radio amatir, telepon, dan lain-lain.

BAB II
Syarat Seorang Penyiar

Karena tugasnya yang harus memiliki kemampuan untuk secara langsung menumbuhkan kepercayaan penonton atau pendengarnya terhadap segala informasi yang disampaikannya, maka syarat untuk menjadi seorang penyiar, antara lain :
• Sehat jasmani/tidak cacat tubuh (terutama untuk penyiar televisi dan MC).
• Sehat rohani (tidak terganggu jiwanya).
• Berintelegensi tinggi.
• Berpenampilan simpatik.
• Mampu berbicara dengan jelas dan baik.
• Bersuara (voice) yang menarik.
• Berpengetahuan luas, baik pengetahuan umum maupun pengetahuan bahasa.
• Sabar, tetapi cekatan dan lincah.
• Berwawasan luas.
• Memiliki rasa humor yang tinggi.
• Cepat dalam menyesuaikan diri dengan keadaan.
• Teguh.
• Disiplin.
• Kaya imajinasi.
• Jujur/tulus (sincere).

BAB III
Penyiar Sebagai Nara Sumber

Penyiar adalah nara sumber. Ia merupakan sumber segala informasi yang diberikan kepada penonton. Informasi yang diberikan haruslah nyata berdasarkan fakta yang ada. Itu sebabnya, setiap penampilannya haruslah dilandasi dengan ketelitian yang dipersiapkan. Kecerobohan seorang penyiar dapat merusak citranya secara menyeluruh. Sebab, apapun yang diucapkannya dianggap oleh penonton atau pendengarnya sebagai keterangan yang akurat dan terjamin kebenarannya. Penampilan penyiar secara sembrono, meski hanya dalam sebuah acara hiburan, akan merusak kepercayaan penonton.

BAB IV
Penyiar Sebagai Aktor

Penyiar sebagai aktor harus dapat mampu menampilkan dirinya dalam suatu forum. Penyiar sebagai aktor dituntut untuk berwajah ceria, dan gembira. Selain itu, penyiar sebagai aktor juga harus memperhatikan gerak dan gaya, baik gaya berdiri maupun gaya berjalan. Gaya bicara, ekspresi wajah, tekanan kata, intonasi, dan gerak tangan juga harus mendapat perhatian khusus.
Penampilan sebagai aktor haruslah selalu prima. Begitu juga seorang penyiar televisi dan MC. Kombinasi warna pakaian, tat arias, tata rambut, dan potongan baju haruslah cocok dan serasi dengan warna kulit pemakainya dan waktu penampilannya. Dengan demikian, ketika berhadapan dengan penonton, ia tidak merasa rendah diri.

BAB V
Penyiar Sebagai Profesi

Penyiar harus selalu siap dalam mencurahkan segala kemampuannya. Faktor yang dapat dilakukan dalam berlatih penyiar sebagai profesi yaitu ketekunan, kesabaran, antusiasme, kesanggupan kerjasama , kerja keras, dan latihan terus menerus. Penyiar sebagai profesi segala tingkah laku, tutur kata, gaya, bahasa, pengetahuan, intelegensi, dan pergaulan haruslah profesional.
Profesi penyiar adalah profesi khusus yang sangat diminati oleh banyak orang, karena dampak sosial dan psikologis yang akan mendatangkan kebahagiaan. Kebahagiaan tersebut dapat berwujud materi maupun kepuasan batin. Profesi penyiar adalah suatu profesi yang mahal harganya, bersifat khas, dan penuh tantangan.

BAB VI
Tugas Penyiar Televisi

Seperti yang telah disebutkan di atas, seorang penyiar mungkin harus melakukan tugas-tugasnya yang bermacam-macam. Tetapi, mungkin juga tidak. Artinya, seorang penyiar dapat saja menjalankan tugas untuk jenis pekerjaann yang khusus. Dengan kata lain, seorang penyiar memiliki spesialisasi.
Tugas-tugas penyiar :
• Sebagai kontinuiti (kesinambungan).
• Sebagai pembaca berita.
• Sebagai komentator.
• Sebagai reporter.
• Sebagai interviewer.
• Sebagai narator.
• Sebagai MC.

BAB VII
Kontak Pandang (Eye Contact)

Seorang penyiar harus berani menatap mata penontonnya atau lawan bicaranya. Hal ini sangat penting, selain untuk melancarkan jalannya komunikasi, juga untuk membangun kewibawaan penyiar.
Kontak pandang (eye contact) adalah sarana berkomunikasi yang sangat komunikatif. Kontak pandang yang dilakukan oleh penyiar akan memberikan kesan yang mendalam karena lawan bicara merasa dihormati dan diperhatikan oleh sang penyiar.

BAB VIII
Faktor Latihan

Seorang penyiar yang baik akan selalu memperhatikan kebutuhan latihan. Banyak hal yang harus selalu diperhatikan untuk mempertahankan dan meningkatkan kemampuannya dalam melaksanakan tugas.
Latihan-latihan itu, antara lain :
• Pernafasan.
• Pengucapan.
• Kelancaran.
• Intonasi.
• Menyusun kalimat.
• Membaca (koran, majalah, dan ilmu pengetahuan).
• Seni gerak tubuh.

BAB IX
Etis dan Etika

Penampilan seorang penyiar harus menarik atau menawan. Sumber dari sebuah penampilan yang menarik itu berada pada sikap dan perbuatan yang etis dan selalu memperhatikan etika pergaulan. Etis tidak hanya dalam cara berbusana saja, tetapi juga dalam cara berbicara dan tindak tanduk lainnya.
Bagi seorang penyiar, etika pergaulan menempati posisi yang utama. Karena profesinya, seorang penyiar dianggap sebagai tuntunan oleh masyarakat. Karena itu tingkah laku dan perbuatannya harus disesuaikan dengan budaya dan tatanan sekelilingnya.
Etika juga harus terwujud pada saat penyiar menyebutkan nama, jabatan, dan pangkat seseorang. Bila penyiar melakukan kesalahan dalam menyebutkan salah satu hal tersebut, ia dinilai telah melakukan hal yang tidak etis. Etikanya, bila seorang penyiar akan menyebutkan nama, pangkat, atau jabatan seseorang, ia harus mau melakukan checking atau bertanya kepada nara sumber, bahkan kalau perlu langsung kepada orang yang bersangkutan.

BAB X
Kontrol Emosi

Ada sebagian orang yang ingin berbicara secara cepat. Mereka tidak menyadari bahwa untuk berbicara cepat dibutuhkan kemampuan mengkoordinasikan dalam mengucapkan kata-kata dan kemampuan kecepatan dalam berpikir. Bahkan kadang-kadang tanpa berpikir mendalam mereka berusaha untuk menyampaikan pesan dengan cepat. Akibat dari sikap demikian, sering kali terjadi bahwa pembicaraan menjadi macet, bahkan tidak nyambung atau diulang-ulang.
Setiap orang yang berbicara, lebih-lebih bila ia seorang penyiar, haruslah selalu memanfaatkan pikirannya untuk melakukan kontrol emosinya atas kata-kata yang akan diutarakan. Dengan memberi peranan aktif kepada otak untuk mengontrol kalimat yang akan diucapkan itu, kata-kata dan maksud pembicaraan menjadi jelas, pembicaraan tidak macet, dan tidak terjadi pengulangan-pengulangan kalimat.

BAB XI
Penguasaan Bahasa

Seorang penyiar adalah komunikator. Sebagai komunikator, ia dituntut untuk dapat berbicara dengan suara jelas, materi jelas, dan cara penyampaian yang mudah ditangkap maksudnya. Pendek kata dalam tugasnya sebagai komunikator, ia dituntut menjadi seorang komunikator yang baik dalam membawakan pesannya bagi komunikan.
Sebagai seorang komunikator yang baik, ia harus mampu berbicara dengan bahasa yang digunakan oleh komunikan dengan baik dan komunikatif. Seorang penyiar harus dapat berbahasa dan mampu berbicara dengan baik, benar, dan menarik. Selain itu, ia harus memahami juga slang yang digunakan oleh kelompok komunikan setempat.
Di samping bahasa Indonesia dan bahasa daerah, pengetahuan mengenai bahasa asing juga penting dan perlu dikuasai. Terutama kata-kata yang sering sekali terkait erat dengan tugas penyiar televisi seperti nama tokoh, kota atau tempat, istilah-istilah khas dan lain-lain.
Kredibilitas penyiar antara lain diukur dari kemampuan pengucapan kata-kata dengan tepat, terlebih kata-kata yang berasal dari bahasa asing.

BAB XII
Persiapan Tugas

BAB XIII
Mengenal Mikrofon

Seorang penyiar, reporter, atau interviewer perlu mengenali karakter mikrofon yang akan dipergunakan sebelum melaksanakan tugasnya. Pengenalan mikrofon ini perlu dilakukan dengan maksud untuk mendukung kelancaran kerja dan agar penyampaian pesan dapat efektif sampai kepada penontonnya.




BAB XIV
Mengatasi Kondisi Berdebar

Pengalaman menunjukkan bahwa keadaan berdebar yang dialami seorang penyiar bisa disebabkan karena ia bergerak tergesa-gesa, sehingga denyut jantung menjadi lebih cepat, dapat pula disebabkan oleh kondisi psikologis si penyiar ketika ia menyadari tugas berat yang diembannya. Kondisi seperti ini mengakibatkan pernafasan kurang baik, suara labil, dan timbul sikap tidak percaya diri.
Untuk menghindari perasaan berdebar-debar yang diakibatkan oleh keadaan tergesa-gesa, secara preventif seorang penyiar harus selalu berada di dekat tempat tugasnya beberapa waktu sebelum melaksanakan pekerjaannya. Hal ini sekaligus sebagai orientasi lapangan dan upaya adaptasi terhadap situasi dan kondisi di sekitarnya yang secara psikologis akan membantu mengurangi debaran yang berlebihan. Upaya ini dilakukan untuk mendekatkan lingkungan dengan dirinya.

BAB XV
Lapang Dada

Untuk menjaga stabilitas ketenangan dan kepercayaan diri, seorang penyiar televisi dan MC dituntut untuk mempunyai sikap lapang dada. Sikap ini dapat dilatih secara sadar dengan selalu mengingat akibat yang bisa timbul apabila sikap ini tidak dimiliki.
Seorang penyiar harus arif dan bijaksana dalam menghadapi situasi apapun. Sebagai seorang yang bertugas “mengendalikan” jalannya acara, sangat diperlukan ketenangan jiwa, kredibilitas, dan kepercayaan diri.
Hal lain yang menuntut agar penyiar senantiasa berlapang dada adalah bila ada komentar menyakitkan yang tertuju kepada seorang penyiar atau MC. Komentar yang datang dari masyarakat penonton itu sangat beragam, seperti halnya sangat heterogennya penonton itu sendiri.
Belum lagi keterbatasan kemampuan seorang penyiar, baik keterbatasan di bidang ilmu, pengetahuan, pengalaman, dan lain-lain. Karena itu, seorang penyiar atau MC memerlukan sikap berlapang dada, pemaaf, berwawasan luas, peramah, ceria, lincah, punya sence of humor, optimistis, dan jangan terbawa arus.

BAB XVI
Suara

“Suara” yang dilahirkan melalui mulut seorang penyiar adalah lambang kepribadian dan keberadaan yang memilikinya. Sukses seorang penyiar yang disebabkan oleh suaranya lebih banyak disebabkan oleh bakat yang memang sudah dimiliki. Suara seseorang akan mempunyai makna jika kata yang diucapkan memperoleh tekanan secara tepat, mengucapkan kata secara tepat, intonasinya juga tepat. Kuncinya kepada tiga hal tersebut. Untuk itu seorang penyiar harus memahami makna kata atau kalimat yang diucapkannya.

BAB XVII
Permasalahan Dalam Menyampaikan Vokal

Meskipun kondisi pernafasan dan vokal baik, tetapi dapat saja suara yang muncul menjadi tidak enak untuk didengar. Mengapa? Hal itu disebabkan oleh cara penyampaian yang tidak baik. Dalam hal ini ada beberapa hal yang perlu diperhatikan :
• Penyampaian secara monoton.
• Pola titinada salah.
• Pernafasan.
• Gaya dan cara bicara.
• Aksen daerah.
• Berbicara terlalu cepat.
• Suara dada.
• Suara perut.




BAB XVIII
Upaya Memperbaiki Kualitas Suara

Salah satu hal penting dalam upaya untuk memperbaiki teknik vokal kita ialah sikap tubuh atau badan.
• Sikap badan
• Bernafas dengan perut
• Memperbaiki suara

BAB XIX
Vokal Abuse

Vokal abuse atau kesalahan dalam menggunakan suara atau juga gangguan suara adalah akibat dari menegangnya alat vokal kita. Kebanyakan terjadi pada tali suara yang mengalami iritasi. Vokal abuse ini dapat datang secara tiba-tiba dan biasanya terjadi pada saat tenggorokan dipaksa bekerja terlalu keras untuk bernyanyi atau berbicara.
Beberapa abuse dapat disebabkan oleh sejumlah perwujudan fisik antara lain :
• Bintil-bintil kecil pada pita suara dan polip.
• Penggunaan yang kelewat berat pada tali suara.
• Iritasi kronis.
Hal lain yang merupakan vokal abuse adalah pengambilan titinada yang terlampau rendah dan tidak normal.

BAB XX
Teknik Rileks

Seorang ahli penyakit tenggorokan, hidung, dan telinga dari Connecticut AS, dr. Holzer’s, mengatakan bahwa memberikan kesempatan beristirahat kepada tubuh atau badan dan aparatus suara banyak memberikan perasaan lega, mengurangi ketegangan pada mekanisme suara dan membiarkan suara kembali berfungsi lebih baik.
McKlosky menandaskan bahwa berlaku rileks adalah isyarat suatu kemajuan perkembangan suara. Di samping itu membuat rileks dan mengendorkan otot-otot pada lidah, rahang, kerongkongan, dan leher dapat mempengaruhi otot-otot pengontrol tali suara secara positif.

BAB XXI
Hubungan Suara Dengan Kondisi Dan Kepribadian

Suara penyiar berikut bagaimana cara penyiar menggunakannya dalam wacana/wicara, speech, adalah bagian terpenting, dari nilai kepribadian seseorang. Hal ini disebabkan suara seseorang menjadi indikasi kepribadian seseorang. Untuk mengindikasi seseorang atau kondisi seseorang bukan dengan kata-kata yang meluncur dari mulutnya, tetapi dari suara yang keluar dari mulutnya.

BAB XXII
Pengaruh Dalam

Apakah dengan memilih modal suara seperti itu sudah menjamin tugas yang dibebankan pada penyiar pasti benar? Belum. Masih ada hal lain yang perlu diperhatikan, yakni penghayatan atas acara yang dihadapi.
Kondisi suara seorang penyiar juga dapat dipengaruhi oleh kondisi badannya. Bila ia terlalu lelah atau sedang sakit, maka suara penyiar itu tidak akan keluar seperti yang diharapkan. Karena itu, faktor beristirahat secara cukup mutlak diperlukan.

BAB XXIII
Dialek

Di banyak negara, penyiar televisi ternyata dijadikan panutan dalam bertutur kata. Apalagi seorang penyiar sebuah stasiun televisi yang berkedudukan di ibu kota negara (pusat) yang direlay oleh stasiun televisi di daerah-daerah. Ia benar-benar dituntut untuk mampu menjadi teladan dalam bertutur kata.
Di samping itu, ada masalah lain yang tak kalah pentingnya, yakni “dialek”. Dialek yang di dalam berbahasa seolah-olah merupakan ciri khas bahasa suatu daerah yang harus dihindari. Apalagi bagi sebuah stasiun televisi yang berkedudukan di pusat yang akan direlay oleh televisi daerah.

BAB XXIV
Menyusun Kalimat

Dalam menyusun sebuah kalimat, yang terpenting ialah pesan yang disampaikan harus mudah ditangkap maksudnya oleh pendengar, dan tidak berbelit-belit sehingga mudah dicerna. Selain itu, penyiar dituntut berbicara efektif dan efisien. Meskipun kita berbicara panjang, kata-kata atau kalimat yang digunakan harus efektif dan efisien. Ini juga berarti ekonomis. Dan, kalimatnya pun harus menarik.
Pengulangan kata pada kalimat berikutnya dapat saja terjadi, tetapi harus diimbangi dengan ekspresi dan tekanan yang berbeda, sehingga nafas kata-kata itu menjadi lain. Setiap kata yang diucapkan harus mempunyai makna. Setidak-tidaknya sebuah kalimat yang dilontarkan harus punya makna yang jelas.

BAB XXV
Apakah Penyiar Radio Itu?

Penyiar radio adalah seorang petugas radio yang bekerja untuk dan dengan cara merangkai acara dan melakukan penyebaran informasi, ajakan, imbauan, menghibur, membentuk suasana, menimbulkan semangat dengan mengandalkan kemampuannya berbicara melalui radio siaran secara langsung maupun tidak langsung.
Penyiar radio merupakan bagian dari siaran itu sendiri, di samping fungsinya yang kadang-kadang bertindak sebagai produser atau pengarah acara pada saat-saat tertentu di sebuah stasiun radio siaran.



BAB XXVI
Apa Perbedaan Antara Penyiar Radio Dan Televisi?

Dalam beberapa hal ada kesamaan pokok antara penyiar radio dan televisi, yaitu sama-sama menggunakan sarana media elektronik untuk menyampaikan pesan, informasi, imbauan, ajakan, membentuk suasana kepada penonton dan pendengar.
Perbedaannya ialah :
Penyiar Televisi
• Tampil di hadapan audience dalam bentuk audio visual.
• Melakukan tugas langsung di bawah instruksi pengarah acara.
• Terbatas “hanya” melakukan tugas yang terencana sebelumnya.
• Ia merupakan bagian dari produksi itu sendiri.

Penyiar Radio
• Tampil di hadapan audience dalam bentuk auditif.
• Bertugas dengan berpedoman pada susunan acara yang disiapkan oleh perencana siaran.
• Pada saat bertugas, sering merangkap sebagai perencana, pengarah acara, pengisi acara sekaligus sebagai pembawa acara.
• Bidang tugasnya lebih luas daripada penyiar televisi, di antaranya “mewakili” Kepsta saat ia bertugas.

BAB XXVII
Memillih Penyiar Radio

Meskipun yang terutama diperlukan dari penyiar radio adalah kemampuannya menyampaikan pesan auditif kepada pendengar, tidak berarti segi penampilan dapat diabaikan begitu saja. Kalau di televisi segi penampilan merupakan sesuatu yang mutlak dan harus diperhitungkan, selain kemampuan dalam menyampaikan pesan secara lisan, maka di radio kemampuan menyampaikan pesan-pesan dan pengolahan suara merupakan bagian yang mutlak harus tergarap baik.
Syarat-syarat yang harus dipenuhi dan diperhatikan untuk menjadi seorang penyiar radio, adalah :
• Vokal yang baik.
• Kemampuan menumbuhkan imajinasi pendengar.
• Kekayaan khasanah kata.
• Kemahiran mengolah kata dan kalimat bahasa Indonesia.
• Dapat memastikan hal mana yang dibawakan secara rileks dan hal mana yang harus dibawakan secara serius.
• Menguasai budaya daerah setempat.
• Mengerti bahasa asing.
• Dapat menyusun rangkaian acara sendiri.
• Mempunyai jiwa kepemimpinan.
• Lincah dan cepat membuat keputusan tepat.
• Kaya inisiatif.
• Intelegensi.
• Humor.

BAB XXVIII
Persiapan Tugas

Sebelum melaksanakan tugasnya, seorang penyiar radio harus melakukan persiapan, baik persiapan mental maupun persiapan fisik. Hal mutlak yang harus dilakukan seorang penyiar adalah mempelajari susunan acara hari itu, khususnya susunan acara dalam waktu tugasnya. Paham dan menguasai seluruh acara dalam sehari atau sebagian dari rangkaian acara itu dimaksudkan untuk menyesuaikan langkah-langkah dalam menggunakan kata dan kalimat serta mengawal susunan acara secara tepat.





BAB XXIX
Tugas Ganda

Penyiar radio sering mempunyai tugas ganda, selain sebagai penyiar juga bertugas untuk pekerjaan lainnya. Hal demikian tidak terjadi di televisi. Tugas ganda itu, ialah :
• Sebagai penyiar dengan aneka jenis tugasnya sebagaimana diuraikan di halaman belakang buku ini.
• Sebagai pengarah acara.
• Sebagai perencana acara atau produser acara.
• Sebagai pengisi acara itu sendiri.

BAB XXX
Penjiwaan

Di depan sudah dijelaskan bahwa seorang penyiar radio melakukan tugasnya mengasuh berbagai jenis acara siaran yang beraneka macam karakternya. Berikut ini adalah uraian tentang bagaimana seorang penyiar bertugas melakukan kewajibannya menghadapi acara yang berbeda karakter dan cara penjiwaannya karena berbeda jenis tugasnya.
• Sebagai continuity announcer.
• Sebagai pembaca berita.
• Sebagai reporter.
• Sebagai narator.
• Sebagai interviewer.
• Komentator.

BAB XXXI
Pelaksanaan Tugas

Di depan telah diuraikan bagaimana seorang penyiar radio melakukan persiapan dalam melaksanakan tugasnya. Marilah sekarang kita beranjak melihat saat penyiar melaksanakan tugasnya.
• Konsentrasi.
• Mengatur pernafasan.
• Sikap duduk.
• Ucapan salam.
• Stasion call.

BAB XXXII
Syarat-Syarat Yang Harus Dipenuhi

• Vokal yang baik.
• Kemampuan menumbuhkan imajinasi.
• Kekayaan khazanah kata.
• Kemahiran mengolah kata.
• Mampu membedakan acara yang serius dan yang santai.
• Penguasaan seni budaya setempat.
• Mengerti bahasa asing.
• Dapat menyusun acara sendiri.
• Memiliki jiwa pemimpin.
• Lincah dan cepat membuat keputusan.
• Kaya inisiatif.
• Intelegensi.
• Humor.

BAB XXXIII
Master Of Ceremony (MC)

Sebagian orang menyebut bahwa penyiar yang membawakan acara yang telah disiapkan sebelumnya disebut sebagai Pembawa Acara. Sedangkan, Master of Ceremony (MC) bukanlah pembawa acara, tetapi pengatur acara. Ini hanyalah masalah istilah.
MC adalah seorang yang akan memimpin suatu rentetan acara secara teratur dan rapih. Kemampuannya akan sangat menentukan apakah sebuah acara akan berlangsung lancar atau tersendat-sendat. Karena itu, seorang MC harus benar-benar menguasai seluruh aspek yang akan mempengaruhi kelancaran pada saat itu. Ia adalah benar-benar seorang sutradara pada sebuah acara.
Syarat-syarat menjadi seorang MC atau Pembawa Acara :
• Memiliki intelegensi tinggi.
• Berkepribadian dan mempunyai sifat yang baik.
• Berpenampilan atraktif dan simpatik (santun dan menarik).
• Memiliki jiwa pemimpin.
• Berbahasa dengan baik.
• Berbicara komunikatif.
• Sabar.
• Cekatan.
• Mempunyai naluri antisipasi yang baik.
• Memiliki spontanitas yang baik.
• Memiliki rasa humor yang tinggi.
• Berpengetahuan umum luas.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pengertian Bunyi Bahasa (Fonologi)

Model-Model Pembelajaran (PPSI, Kemp, Banathy, Dick and Carey)

Hubungan Perkembangan Kognitif, Afektif dan Psikomotorik Dalam Kaitannya dengan Prestasi Belajar

Bentuk, Ragam dan Sifat Bimbingan dan Konseling

Resensi Novel : “Birunya Langit Cinta”