Psikolinguistik
Pengertian Psikolinguistik
Aitchison (1998:1) mendefinisikan psikolingguistik sebagai suatu “studi tentang bahasa dan minda”. Harley (2001:1) menyebutnya sebagai “studi tentang proses-proses mental dalam pemakaian bahasa”. Clark dan Clark (1977:4) menyatakan bahwa psikologi bahasa berkaitan dengan tiga hal utama: kompreheni, produksi dan pemerolehan bahasa. Dari beberapa pengertian diaats dapat disimpulkan bahwa psikolinguistik adalah ilmu yang mempelajari proses-proses mental yang dilalui oleh manusia dalam mereka berbahasa.
Psikolinguistik secara rinci mempelajari empat topik utama: (a) komprehensi, yaitu proses-proses mental yang dilalui oleh manusia sehingga mereka dapat menangkap apa yang dikatakan orang dan memahami apa yang dimaksud, (b) produksi, yakni proses-proses mental pada diri kita yang membuat kita dapat berujar seperti yang kita ujarkan, (c) landasan biologis serta neurologis yang membuat manusia bisa berbahasa, dan (d) pemerolehan bahasa, yakni, bagaimana anak memperoleh bahasa mereka.
Sejarah Psikolinguistik
Psikolinguistik merupakan gabungan antara dua ilmu: psikologi dan linguistik. Benih ilmu ini sudah ada sejak permulaan abab ke 20 ketika Wilhelm Wundt menyatakan bahwa bahasa dapat dijelaskan dengan dasar-dasar prinsip psikologis. Perkembangan ini dapat dibagi menjadi empat tahap (Kess, 1992): tahap normatif, tahap linguistic, tahap kognitif dan tahap teori psikologi, dan ilmu kognitif.
a. Tahap Formatif
Pada pertengahan abad ke-20 John W. Gardner seorang psikolog dari Carnegie Corporation, Amerika, mulai menggagas penggabungan kedau ilmu ini. Ini ini kemudian dikembangJkan oleh psikolog lain, John B. Carroll yang pada tahun 1951 menyelenggarakan seminar di Universitas Cornell untuk merintis keterkitan kedua disiplin ilmu ini. Hasil pertemuan itu membuat gema diantara ahli jiwa maupun ahli bahasa sehingga banyak penelitian yang kemudian dilakukan terarah pada kaitan antara psikologi dan linguistik (Osgood dan Sebeok, 1954). Pada saat itulah istilah psycholinguistics pertama kali dipakai.
b. Tahap Linguistik
Perkembangan ilmu linguistic semula beroreintasi pada aliran behaviorisme dan kemudian beralih pada ke mentalisme (yang sering disebut sebagai navisme) pada tahun 1957 dengan diterbitkannya buku Chomsky, Syntactic Structures, dan kritik tajam Chomsky terhadap teori behavioristik B. F Skinner (Chomsky 1959) telah membuat psikolinguistik sebagai ilmu yang banyak diminati orang. Hal ini makin bekembang karena pandangan Chomsky tentang universal bahasa makin mengarah pada pemerolehan bahasa, khususnnya “mengapa anak di mana pun juga memperoleh bahasa dengan cara yang sama”.
Kesamaan dalam strategi ini didukung juga dengan ilmu neurolinguistik dan neurobiologi. Dalam ilmu neurolinguistik bahwa manusia ditakdirkan memiliki otak yang berbeda dengan primate lain baik dalam struktur maupun fungsinya. Pada manusi ada bagian-bagian otak yang dikhususkan untuk kebahasaan.
Keterkaitan bahasa dengan neurobiology ini mendukung pandangan Chomsky yang mangatakan bahwa pertumbuhan bahasa pada manusia itu terprogram secara genetik.
c. Tahap Kognitif
Pada tahap ini psikolinguistik mulai mengarah pada peran kognisi dan landasan biologis manusia dalam pemerolehan bahasa. Pada tahan ini oaring juga mulai berbicara tentang peran biologi pada bahasa karena mereka mulai merasa biologi merupakan landasan dimana bahasa itu tumbuh. Chomsky dan Lenneberg mengatakan bahwa pertumbuhan bahasa seorang manusia itu terkait secara genetik dengan pertumbuhan biologinya.
d. Tahap Teori Psikolinguistik
Tahap akhir psikolinguistik tidak lagi berdiri sendiri sebagai ilmu yang terpisah dari ilmu-ilmu lain karena pemerolehan dan penggunaan bahasa manusia menyangkut banya cabang ilmu pengetahuan lain seperti. Psikolinguistik tidak hanya terdiri dari psiko dan linguistik tetapi menyangkut juga ilmu lain seperti neurologi, filsafat, primatologi, dan genetika.
Generasi-Genarasi Psikolinguistik
1. Psikolinguistik Generasi Pertama
Psikolinguistik generasi pertama ditandai oleh penulisan artikel Psycholinguistics : A Survey of Thery and Research Problems yang disunting oleh C. Osgoods dan Sebeok. Maka kedua tokoh ini dinobatkan sebagai tokoh psikolinguistik generasi pertama. Titik pandang Osgoods dan Sebeok dipengaruhi aliran behaviorisme. Tokoh lain psikolinguistik generasi pertama ini adalah Bloomfoeld dan Skinner. Menurut Parera (1996) dalam Abdul Chaer generasi pertama memiliki tida kelemahan:
Adanya sifat reaktif dari psikolinguistik tentang bahasa yang memandang bahwa bahasa bukanlah satu tindakan atau perbuatan manusiawi melainkan dipandang sebagai satu stimulus-respons.
Psikolinguistik bersifat atomistik. Sifat ini nampak jelas ketika Osgoods mengungkapkan teori pemerolehan bahasa bahwa jumlah pemerolehan bahasa adalah kemampuan untuk membedakan kata atau bentuk yang berbeda, dan kemampuan untuk melakukan generalisasi.
Bersifat individualis. Teorinya menekankah pada eprilaku berbahasa individu-individu yang terisolasi dari amsyarakat dan komunikasi nyata.
2. Psikolinguistik Generasi Kedua
Teori-teori generasi pertama ditolak oleh beberapa tokoh seperti Noam Chomsky dan George Miller. Menurut Mehler dan Noizet, psikologi generasi kedua telah menagatasi ciri-ciri atomistik psikolinguistik. Generasi ini berpendapat bahwa dalam proses berbahasa bukanlah butir-butir bahasa yang diperoleh, melaikan kaidah dan sistem kaidahnya. Di sini, orientasi psikologis digantikan oleh orientasi linguistik. Penggabungan antara Miller dan Chomsky meruapakan penggabungan model-model linguistik tatabahasa Chomsky yang relatif berbeda dengan proses-proses psikologi. Malah Mehler dan Noizet mengatakan bahwa psilinguistik generasi kedua anti-psikologi. Tokoh fase ini lebih mengarah pada manifestasi ujaran sebagai bentuk linguistik. G.S.Miller dan Noam Chomsky menyatakan beberapa hal tentang psikolinguistik generasi kedua ini dalam artikel “Some Preliminaries to Psycholinguistics” :
• dalam komunikasi verbal, tidak semua ciri-ciri fisiknya jelas dan terang, dan tidak semua ciri-ciri yang etrang dalam ujaran mempunyai representasi fisik.
• makna sebuah tuturan tidak boleh dikacaukan dengan apa yang ditunjukkan. Makna adalah sesuatu yang sangat kompleks yang menyangkut antar hubungan simbol-simbol atau lambang-lambang. Respons yang terpenggal-penggal terlalu menyederhanakan manka secara keseluruhan.
• struktur sintaksis sebuah kalimat terdiri atas satuan-satuan interaksi anatara makna kata yang terdapay dalam kalimat tersebut. Kalimat-kalimat itu tersusun secara hierarkis, tetapi belum cukup menjelaskan wujud luar linguistik.
• Jumlah kalimat dan jumlah makna yang dapat diejawantahkan tidak terbatas jumlahnya. Pengetahuan seseorang akan bahasa harus dikaitkan dengan kemampuan seseorang menyusun bahasa dalam sisitem sintaksis dan semantik.
• Harus dibedakan antara pendeksripsian bahasa denga pendeskripsian pemakaian bahasa. Seorang ahli psikolinguistik harus merumuskan model-model pengejawantahan bahasa yang dapat meliputi pengetahuan kaidah bahasa.
• Ada komponen biologis yang besar untuk menentukan kemampuan berbahasa. Kemampuan berbahasa ini tidak tergantung apada intelegensi dan besarnya otak, melainkan bergantung pada “manusia”.
3. Psikolinguistik Generasi Ketiga
Psikolinguistik generasi kedua menyatakan bahwa analisis mereka mengakui bahasa telah melampaui batas kalimat. Namun, pada kenyataannya, analisis mereka baru sampai pada tahap kalimat saja, belum pada wacana. Beberapa ciri psiklonguistik generasi ketiga ini adalah :
• Orientasi mereka kepada psikologi, tetapi bukan psikologi perilaku. Seperti yang diungkapkan Fresse dan Al Vallon (Prancis) dan psikolog Uni Soviet, telah terjadi proses serempak dari informasi psikologi dan linguistik.
• Keterlepasan mereka dari kerangka “psikolinguistik kalimat”, dan lebih mengarah pada “psikolnguistik situasi dan konteks”.
• Adanya pergeseran dari analisis proses ujaran yang abstrak ke satu analisis psikologis mengenai komunikasi dan pikiran,
Arti Penting Mempelajari Psikolinguistik
Mengajar apapun materi yang akan diajarkan kepada seseorang tidak dapat dipisahkan dari dengan pemahaman kejiwaan akan perserta didik yang akan diajarkan. Demikian pula halnya dengan menjadi guru bahasa psikolinguistik sr iangat berguna untuk menganalisi bagaimana cara mengajarkan bahasa dengan mudah dan tepat dengan menganalisis factor psikologis siswa dalam bidang kebahasaan.
Bagi saya mempelajari ketiga hal diatas selain memberi wawasan baru akan kayany ilmu pengetahuan, saya juga dapat semakin mengerti bahwa setiap ilmu yang ada itu saling mendukung. Dan belajar bahasa tidak dapat dipisahkan dari psikologi, manusia dianugrahi kemampuan berbahasa untuk berkomunikasi dan mengungkapkan pikiran jiwanya. Dan mengajarkan bahasa kepada oaring lain bukan saja berupa proses transfer ilmu melainkan kegiatn dinamis, hidup dan sesuai konteks.
Daftar Pustaka
Dardjowidjojo, Soenjono. 2010. Psikolinguistik, Pengantar Pemahaman Bahasa. Jakarta:Yayasan Obor Indonesia.
Aitchison (1998:1) mendefinisikan psikolingguistik sebagai suatu “studi tentang bahasa dan minda”. Harley (2001:1) menyebutnya sebagai “studi tentang proses-proses mental dalam pemakaian bahasa”. Clark dan Clark (1977:4) menyatakan bahwa psikologi bahasa berkaitan dengan tiga hal utama: kompreheni, produksi dan pemerolehan bahasa. Dari beberapa pengertian diaats dapat disimpulkan bahwa psikolinguistik adalah ilmu yang mempelajari proses-proses mental yang dilalui oleh manusia dalam mereka berbahasa.
Psikolinguistik secara rinci mempelajari empat topik utama: (a) komprehensi, yaitu proses-proses mental yang dilalui oleh manusia sehingga mereka dapat menangkap apa yang dikatakan orang dan memahami apa yang dimaksud, (b) produksi, yakni proses-proses mental pada diri kita yang membuat kita dapat berujar seperti yang kita ujarkan, (c) landasan biologis serta neurologis yang membuat manusia bisa berbahasa, dan (d) pemerolehan bahasa, yakni, bagaimana anak memperoleh bahasa mereka.
Sejarah Psikolinguistik
Psikolinguistik merupakan gabungan antara dua ilmu: psikologi dan linguistik. Benih ilmu ini sudah ada sejak permulaan abab ke 20 ketika Wilhelm Wundt menyatakan bahwa bahasa dapat dijelaskan dengan dasar-dasar prinsip psikologis. Perkembangan ini dapat dibagi menjadi empat tahap (Kess, 1992): tahap normatif, tahap linguistic, tahap kognitif dan tahap teori psikologi, dan ilmu kognitif.
a. Tahap Formatif
Pada pertengahan abad ke-20 John W. Gardner seorang psikolog dari Carnegie Corporation, Amerika, mulai menggagas penggabungan kedau ilmu ini. Ini ini kemudian dikembangJkan oleh psikolog lain, John B. Carroll yang pada tahun 1951 menyelenggarakan seminar di Universitas Cornell untuk merintis keterkitan kedua disiplin ilmu ini. Hasil pertemuan itu membuat gema diantara ahli jiwa maupun ahli bahasa sehingga banyak penelitian yang kemudian dilakukan terarah pada kaitan antara psikologi dan linguistik (Osgood dan Sebeok, 1954). Pada saat itulah istilah psycholinguistics pertama kali dipakai.
b. Tahap Linguistik
Perkembangan ilmu linguistic semula beroreintasi pada aliran behaviorisme dan kemudian beralih pada ke mentalisme (yang sering disebut sebagai navisme) pada tahun 1957 dengan diterbitkannya buku Chomsky, Syntactic Structures, dan kritik tajam Chomsky terhadap teori behavioristik B. F Skinner (Chomsky 1959) telah membuat psikolinguistik sebagai ilmu yang banyak diminati orang. Hal ini makin bekembang karena pandangan Chomsky tentang universal bahasa makin mengarah pada pemerolehan bahasa, khususnnya “mengapa anak di mana pun juga memperoleh bahasa dengan cara yang sama”.
Kesamaan dalam strategi ini didukung juga dengan ilmu neurolinguistik dan neurobiologi. Dalam ilmu neurolinguistik bahwa manusia ditakdirkan memiliki otak yang berbeda dengan primate lain baik dalam struktur maupun fungsinya. Pada manusi ada bagian-bagian otak yang dikhususkan untuk kebahasaan.
Keterkaitan bahasa dengan neurobiology ini mendukung pandangan Chomsky yang mangatakan bahwa pertumbuhan bahasa pada manusia itu terprogram secara genetik.
c. Tahap Kognitif
Pada tahap ini psikolinguistik mulai mengarah pada peran kognisi dan landasan biologis manusia dalam pemerolehan bahasa. Pada tahan ini oaring juga mulai berbicara tentang peran biologi pada bahasa karena mereka mulai merasa biologi merupakan landasan dimana bahasa itu tumbuh. Chomsky dan Lenneberg mengatakan bahwa pertumbuhan bahasa seorang manusia itu terkait secara genetik dengan pertumbuhan biologinya.
d. Tahap Teori Psikolinguistik
Tahap akhir psikolinguistik tidak lagi berdiri sendiri sebagai ilmu yang terpisah dari ilmu-ilmu lain karena pemerolehan dan penggunaan bahasa manusia menyangkut banya cabang ilmu pengetahuan lain seperti. Psikolinguistik tidak hanya terdiri dari psiko dan linguistik tetapi menyangkut juga ilmu lain seperti neurologi, filsafat, primatologi, dan genetika.
Generasi-Genarasi Psikolinguistik
1. Psikolinguistik Generasi Pertama
Psikolinguistik generasi pertama ditandai oleh penulisan artikel Psycholinguistics : A Survey of Thery and Research Problems yang disunting oleh C. Osgoods dan Sebeok. Maka kedua tokoh ini dinobatkan sebagai tokoh psikolinguistik generasi pertama. Titik pandang Osgoods dan Sebeok dipengaruhi aliran behaviorisme. Tokoh lain psikolinguistik generasi pertama ini adalah Bloomfoeld dan Skinner. Menurut Parera (1996) dalam Abdul Chaer generasi pertama memiliki tida kelemahan:
Adanya sifat reaktif dari psikolinguistik tentang bahasa yang memandang bahwa bahasa bukanlah satu tindakan atau perbuatan manusiawi melainkan dipandang sebagai satu stimulus-respons.
Psikolinguistik bersifat atomistik. Sifat ini nampak jelas ketika Osgoods mengungkapkan teori pemerolehan bahasa bahwa jumlah pemerolehan bahasa adalah kemampuan untuk membedakan kata atau bentuk yang berbeda, dan kemampuan untuk melakukan generalisasi.
Bersifat individualis. Teorinya menekankah pada eprilaku berbahasa individu-individu yang terisolasi dari amsyarakat dan komunikasi nyata.
2. Psikolinguistik Generasi Kedua
Teori-teori generasi pertama ditolak oleh beberapa tokoh seperti Noam Chomsky dan George Miller. Menurut Mehler dan Noizet, psikologi generasi kedua telah menagatasi ciri-ciri atomistik psikolinguistik. Generasi ini berpendapat bahwa dalam proses berbahasa bukanlah butir-butir bahasa yang diperoleh, melaikan kaidah dan sistem kaidahnya. Di sini, orientasi psikologis digantikan oleh orientasi linguistik. Penggabungan antara Miller dan Chomsky meruapakan penggabungan model-model linguistik tatabahasa Chomsky yang relatif berbeda dengan proses-proses psikologi. Malah Mehler dan Noizet mengatakan bahwa psilinguistik generasi kedua anti-psikologi. Tokoh fase ini lebih mengarah pada manifestasi ujaran sebagai bentuk linguistik. G.S.Miller dan Noam Chomsky menyatakan beberapa hal tentang psikolinguistik generasi kedua ini dalam artikel “Some Preliminaries to Psycholinguistics” :
• dalam komunikasi verbal, tidak semua ciri-ciri fisiknya jelas dan terang, dan tidak semua ciri-ciri yang etrang dalam ujaran mempunyai representasi fisik.
• makna sebuah tuturan tidak boleh dikacaukan dengan apa yang ditunjukkan. Makna adalah sesuatu yang sangat kompleks yang menyangkut antar hubungan simbol-simbol atau lambang-lambang. Respons yang terpenggal-penggal terlalu menyederhanakan manka secara keseluruhan.
• struktur sintaksis sebuah kalimat terdiri atas satuan-satuan interaksi anatara makna kata yang terdapay dalam kalimat tersebut. Kalimat-kalimat itu tersusun secara hierarkis, tetapi belum cukup menjelaskan wujud luar linguistik.
• Jumlah kalimat dan jumlah makna yang dapat diejawantahkan tidak terbatas jumlahnya. Pengetahuan seseorang akan bahasa harus dikaitkan dengan kemampuan seseorang menyusun bahasa dalam sisitem sintaksis dan semantik.
• Harus dibedakan antara pendeksripsian bahasa denga pendeskripsian pemakaian bahasa. Seorang ahli psikolinguistik harus merumuskan model-model pengejawantahan bahasa yang dapat meliputi pengetahuan kaidah bahasa.
• Ada komponen biologis yang besar untuk menentukan kemampuan berbahasa. Kemampuan berbahasa ini tidak tergantung apada intelegensi dan besarnya otak, melainkan bergantung pada “manusia”.
3. Psikolinguistik Generasi Ketiga
Psikolinguistik generasi kedua menyatakan bahwa analisis mereka mengakui bahasa telah melampaui batas kalimat. Namun, pada kenyataannya, analisis mereka baru sampai pada tahap kalimat saja, belum pada wacana. Beberapa ciri psiklonguistik generasi ketiga ini adalah :
• Orientasi mereka kepada psikologi, tetapi bukan psikologi perilaku. Seperti yang diungkapkan Fresse dan Al Vallon (Prancis) dan psikolog Uni Soviet, telah terjadi proses serempak dari informasi psikologi dan linguistik.
• Keterlepasan mereka dari kerangka “psikolinguistik kalimat”, dan lebih mengarah pada “psikolnguistik situasi dan konteks”.
• Adanya pergeseran dari analisis proses ujaran yang abstrak ke satu analisis psikologis mengenai komunikasi dan pikiran,
Arti Penting Mempelajari Psikolinguistik
Mengajar apapun materi yang akan diajarkan kepada seseorang tidak dapat dipisahkan dari dengan pemahaman kejiwaan akan perserta didik yang akan diajarkan. Demikian pula halnya dengan menjadi guru bahasa psikolinguistik sr iangat berguna untuk menganalisi bagaimana cara mengajarkan bahasa dengan mudah dan tepat dengan menganalisis factor psikologis siswa dalam bidang kebahasaan.
Bagi saya mempelajari ketiga hal diatas selain memberi wawasan baru akan kayany ilmu pengetahuan, saya juga dapat semakin mengerti bahwa setiap ilmu yang ada itu saling mendukung. Dan belajar bahasa tidak dapat dipisahkan dari psikologi, manusia dianugrahi kemampuan berbahasa untuk berkomunikasi dan mengungkapkan pikiran jiwanya. Dan mengajarkan bahasa kepada oaring lain bukan saja berupa proses transfer ilmu melainkan kegiatn dinamis, hidup dan sesuai konteks.
Daftar Pustaka
Dardjowidjojo, Soenjono. 2010. Psikolinguistik, Pengantar Pemahaman Bahasa. Jakarta:Yayasan Obor Indonesia.
Komentar