Baju Bernoda



Mungkinkah hidup tanpa perduli penampilan? Rasanya tidak. Tapi cukupkah hidup bertumpuh pada penampilan? Jawabannya: sama sekali tidak. Beranjak dari pemikiran itu, aku merasa tergerak hati untuk mencoba merubah penampilan gaya lamaku dengan sedikit lebih baik dari hari kemarin. Niatku pun muncul sebagai awal perencanaan perubahan hidupku. Rasanya lucu namun itulah yang aku hadapi dan itulah bagian hidup yang aku jalani. Sebagai mimpi awal yang mendiami jagad pemikiranku di awal perubahan itu, kumerencanakan membeli baju baru yang terindah buatku. Perencanaanku terasa bagai ombak yang mengecup bibir pantai, yang hanya sebentar lalu kembali ke laut alamnya. Tapi anganku berpaling dari rasa yang kualami itu. Sambil memandang jarum jam, anak mataku mengikuti arahnya berputar. Cukup singkat kulalui sampai waktunya pun tiba.
Senja pun tiba, cakrawala perlahan berkedip. Cahaya lampu kendaraan mulai menghiasi suasana senja itu. Iringan flute tukang parkir pun turut ambil bagaian meramaikan suasananya. Hentakan langkah kakiku perlahan bagai pasukan Kraton yang berjalan beriringan menuju kerajaan. Seketika itu pula kuusapkan mataku dengan jari telunjuk tangan kananku. Tanpa sengaja aku menoleh ke arah kanan dan mataku pun tertuju ke sana, ke distro yang bercat merah. Cahaya lampu seakan mengajakku untuk mendekati distro merah itu. Dari kejauhan kulihat sepotong baju kaos leher bundar berwarna putih, menampakan diri paling depan distro itu. Aku merasa ada rayuan dari baju itu, sehingga aku berdiri cukup lama di dekatnya. Jantungku berdebar amat kencang lebih cepat dari jarum mesin jahit yang berdekatan dengan distro itu.
Aku pun meraihnya dan kubawa ke ruangan yang berada di pojok distro itu untuk dicoba. Kubukakan baju kusam yang kupakai dan mengenakan baju putih nan bersinar itu di badanku. Kuangkat kepalaku, menatap kaca besar yang ada di depanku. Senyuman khasku ter-copy paste di depanku, pertanda aku sedang merasa bahagia. Kupandang mataku, ternyata ungkapan rasa setujuku, dengan kedipan mata yang jarang kuperlihatkan. Sesaat aku terdiam, seakan menanti sebuah jawaban tetapi hanya kulalui begitu saja. Pikiranku kosong dan seketika itu pula aku dikagetkan oleh bersin penjaga distro. Aku pun kembali menatap ke kaca yang ada di depanku. Ternyata baju baru yang aku pegang terdapat noda di bagian belakangnya. Aku hanya tersenyum dan kembali pulang.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pengertian Bunyi Bahasa (Fonologi)

Model-Model Pembelajaran (PPSI, Kemp, Banathy, Dick and Carey)

Hubungan Perkembangan Kognitif, Afektif dan Psikomotorik Dalam Kaitannya dengan Prestasi Belajar

Bentuk, Ragam dan Sifat Bimbingan dan Konseling

Resensi Novel : “Birunya Langit Cinta”