Pengantar Jurnalistik

Menulis Opini
1. Memahami Konteks
• Penulis adalah dosen, mahasiswa, pendidik, atau pribadi yang terlibat dalam sebuiah persoalan. Jika dibandingkan dengan pertandingan sepak bola, penulis mestinya terlibat membangun permainan, bukan penonton di pinggir lapangan. Dalam konteks menulis, mengkritiki sekaligus terlibat memperbaiki keadaan.

• Dalam dinamika reflektif, siapapun perlu berusaha memahami dan mengenal konteks latar belakang diri sendiri dan orang lain, peristiwa, atau tempat yang dihadapinya. Seorang guru (misalnya) yang menulis perlu mencoba mengenal konteks topik yang akan ditulisnya: lingkungan, kebiasaan, budaya, latar ekonomi, nilai-nilai tradisi yang dihidupi di tempat tertentu. Berusaha mengerti keprihatinan, masalah dan tantangan-tantangan yang dihadapi masyarakat pendidikan. Dengan demikian penulis dapat menentukan dengan tepat apa yang harus dan dapat dikembangkan mengenai sebuah masyarakat.

• Konteks untuk menyampaikan tulisan adalah wacana tentang nilai-nilai (values) yang ingin dikembangkan. Maksudnya agar pembaca menyadari nilai-nilai kemanusiaan yang ingin diperjuangkan. Nilai-nilai yang mestinya diperjuangkan seperti: persaudaraan, solidaritas, penghargaan terhadap sesama, tanggungjawab, kerja keras, kasih, kepentingan bersama, cinta lingkungan hidup.

• Konteks yang lain adalah lingkungan masyarakat yang mengusahakan suasana yang menghargai setiap orang, ditunjukkan kebaikannya, ditantang untuk melakukan yang benar, yang baik, dan yang indah. Idealnya, masyarakat sebagai bentuk kehidupan bersama merupakan tempat orang dipuji dan dihormati, tempat saling membantu, bekerjasama dengan semangat dan murah hati untuk menyatakan secara konkret melalui perkataan dan perbuatan idealisme bersama.

• Kebiasaan menulis mengandaikan ada tiga hal penting yakni pengetahuan, ketrampilan, dan keinginan. Covey (1994) menyebut pengetahuan sebagai apa yang harus dilakukan dan mengapa, keinginan sebagai motivasi atau dorongan untuk melakukan, sedangkan ketrampilan adalah bagaimana melakukannya.

2. Memulai Menulis
• Opini mengupas suatu masalah sebagai tanggapan terhadap persoalan yang aktual dengan tujuan untuk memberitahu, mempengaruhi, meyakinkan, atau menjernihkan persoalan yang kontroversial. Opini berawal dari masalah, tanggapan penulis dapat menyetujui, menolak, mengkritisi, memberikan alternatif, terhadap masalah tersebut.

• Menulis artikel opini untuk koran – majalah – atau media cetak (intern/ lingkup terbatas) mesti mengambil sudut pandang yang unik dan cerdas, serta menggugah rasa ingin tahu pembaca. Karya demikian bukan berarti menulis secara njlimet. Bentuk tulisan yang disajikan sebagai sarana komunikasi, menerjemahkan masalah yang rumit ke dalam bahasa yang dimengerti secara umum.

• Empat hal penting sebagai panduan awal untuk memulai menulis adalah
- kepada siapa tulisan akan disajikan - media apa (koran, majalah) dan yang mana (nama media, lokal/ nasional) - gaya penulisan apa yang paling tepat - seberapa lama tulisan itu dibaca oleh pembaca

• Memublikasikan tulisan di media massa berarti mendedikasikan ide untuk pembaca awam, membagikan ilmu kepada mereka yang bukan ahli tetapi membutuhkan ilmu tersebut. Untuk itu, yang perlu diperhitungkan oleh penulis adalah mengaitkan isi tulisannya dengan kondisi atau peristiwa aktual di masyarakat, mengaitkan dengan kegiatan sehari-hari, memperkenalkan ilmu atau temuan baru. Penyampaian ide dapat memanfaatkan struktur umum sebuah tulisan opini yakni masalah – evaluasi – solusi.

• Pembukaan yang menarik mesti diikuti pemaparan dalam tubuh tulisan secara fokus, sesuai tema yang disitir dalam pembuka. Berbagai alur pemaparan dapat dipilih, entah kronologis, proses, deduksi, maupun induksi. Penting untuk diingat, tulisan yang berhasil biasanya fokus, hanya mengatakan satu hal, dan tidak bertele-tele, ”Less is more”, kata Hemingway, pendek mudah diingat.

• Karena didedikasikan kepada pembaca yang umumnya awam, penulis perlu mengurangi istilah-istilah asing, bahkan kalau perlu istilah asing ditinggalkan, Kalau memungkinkan diterjemahkan, bisa juga dicarikan definisi atau sinonimnya. Istilah asing hanya digunakan sejauh hal itu mudah digunakan dan dipahami pembaca. Jauhkan dari pemikiran bahwa menggunakan istilah asing sama dengan elit.

• Surat penolakan redaktur dapat menjadi sarana untuk mengenali syarat-syarat opini yang baik : ” ... kami menilai artikel tersebut tidak dapat dimuat di harian KOMPAS. Pertimbangan kami, diskusi kurang berimbang, pembahasan hanya dari satu segi sedangkan segi lainnya kurang ditampilkan. Harapan kami, Anda masih bersedia menulis lagi untuk melayani masyarakat melalui KOMPAS, dengan topik atau tema tulisan yang aktual dan relevan dengan persoalan dalam masyarakat, disajikan secara menarik …”


Jurnalistik
1. Kegiatan menyiapkan, mencari, mengumpulkan, mengolah, menyajikan, dan menyebarkan berita melalui media berkala kepada khalayak seluas-luasnya dengan secepat-cepatnya.
2. Media massa, khususnya media cetak, adalah alat komunikasi yang bersifat satu arah. Walaupun sebenarnya media cetak bisa melakukan komunikasi dua arah, tenggat waktu dialog tidak spontan-seketika, maka lebih banyak bersifat satu arah. (h.7. Dewabrata, AM, 2004)

3. Harold Laswell, mengemukakan model sederhana komunikasi:
Siapa (who)
Pesannya apa (says what)
Saluran yang digunakan (in what channel)
Kepada siapa (to whom)
Apa dampaknya (with what effect)

Sembilan Prinsip Jurnalisme
1. Kewajiban pertama kepada kebenaran
2. Loyalitas pertama kepada warga masy.
3. Inti jurnalisme: disiplin verifikasi
4. Jurnalis: memiliki kebebasan dari narasumber
5. Jurnalis: pemantau bebas thdp kekuasaan
6. Jurnalisme: menyediakan ruang kritik & komentar publik
7. Jurnalisme: membuat yang penting jadi menarik
8. Jurnalis: berita proporsional dan komprehensif
9. Mempunyai kewajiban pada suara hati

Penyajian jurnalistik

1. rubrik = ruang = kapling=lahan
2. 3 kelompok besar
a. berita (news)
b. opini (views)
c. iklan (advertising)

3. Alasan pemilahan berdasar etika jurnalistik: tidak mencampur berita sebagai fakta obyektif dengan opini yang subyektif


Rubrik
1 .“Rubrik ibarat menu-menu dalam sebuah pesta prasmanan. Dan hidangan dalam pesta itu adalah majalah.”
2. Rubrik berasal dari kata Latin, ruber yang berarti: merah.
3. Penyekat-penyekat dengan kain/pita merah untuk menandai buku satu dengan buku lain. Batas, atau halaman pemisah buku dengan pita merah itu, kemudian berkembang menjadi rubrik.

Rubrikasi produk jurnalistik
1. Berita
2. Tajuk rencana
3. Karikatural
4. Pojok
5. Artikel : tulisan opini > praktis, ringan, analisis
6. Kolom
7. Surat pembaca

Berita dan Nilai Berita (Ishwara, 2005)
Fakta obyektif: berdimensi tunggal – wartawan sekedar pelapor – tidak mencoba bergerak lebih jauh, melampaui situasi –
Media :tidak sekedar membawa berita –menjelaskan berita
Adil: lengkap, relevan, jujur, terus terang


Bentuk Berita
• Berita lugas dan berita halus
• Feature: bright-kecil-anekdot, sidebar, sketsa pribadi-profil, profil organisasi-proyek, newsfeature, pengalaman pribadi, wawancara

Jenis berita
• Berita yang terpusat pada peristiwa yang khas menyajikan peristiwa hangat yang baru terjadi, tidak diinterpretasikan, tidak dihubungkan dengan situasi dan peristiwa yang lain.
• Berita dengan proses interpretasikan (laporan khusus, feature ...)


Jenis teras berita
• Teras berita menempati alinea pertama, mencerminkan pokok berita. Sedapat mungkin satu kalimat saja.
• Teras penyimpulan:
“Kepala Negara mengisi hari liburnya dengan kegiatan santai di Kebun Raya dan Taman Safari Bogor, Minggu (14/9).
• Teras pernyataan :
“Kapolri menegaskan, pihaknya akan mengusut tuntas kasus BLBI hingga semua terungkap.
• Teras kontras :
“ Bogor, yang berjuluk kota hujan, untuk pertama kalinya dalam sebulan terakhir ini dilanda kemarau. Warga merasakan kesulitan mendapatkan air bersih.”
• Teras menjerit :
“Tidak ...!” Demikian teriak histeris terdakwa AP, mendengar putusan hakim yang memvonisnya dengan hukuman penjara seumur hidup.
• Teras kutipan :
“Penyebar isu menyesatkan harus diusut dan dihukum,” demikian dikatakan Kepala Negara, kemarin, menanggapi munculnya isu-isu yang meresahkan masyarakat belakangan ini”


Teras menurut penonjolan salah satu unsur berita
• Teras Apa (what): “Gedung Islamic Centre Bandung (what) diresmikan penggunaannya oleh Gubernur Jawa Barat kemarin”.
• Teras Siapa (who): “Gubernur Jawa Barat (who) meresmikan penggunaan Gedung Islamic Centre Bandung kemarin”.
• Teras Dimana (where): “Di Gedung Islamic Centre Bandung (where) tengah berlangsung pameran busana Muslimah dan bazar buku-buku Islam.”
• Teras Kapan (when): “Mulai besok (when) para nasabah 16 bank yang terlikuidasi dapat mencairkan uang simpanannya di bank-bank yang ditelah ditunjuk.”
• Teras Mengapa (why): “Untuk memulihkan kondisi fisik yang kelelahan (why), Kepala Negara akan beristirahat selama 10 hari atas ajuran tim dokter.”
• Teras Bagaimana (how):” Melalui pendidikan dan pelatihan wartawan (how), PWI terus berupaya meningkatkan profesionalisme anggotanya.”

Berita adalah
• laporan tentang suatu kejadian yang dapat menarik perhatian pembaca.
• laporan tercepat dari suatu peristiwa atau kejadian faktual, penting,
dan menarik bagi sebagian besar pembaca,
serta menyangkut kepentingan mereka.
(Romli, 2005)

Berita disampaikan dengan ragam bahasa jurnalistik, yakni populer,
menggunakan rangkaian kata-kata yang mudah dicerna dalam waktu
singkat. Unsur-unsur berita yakni siapa, apa, mengapa, di mana, kapan,
bagaimana, dan juga berbagai keterangan lainnya mesti disusun dengan runut.
Ada kecenderungan umum bahwa orang tak senang membaca berita yang susah
Dimengerti. Padahal, berita ditulis untuk dibaca. Kalau mereka yang diharapkan
supaya membaca saja sudah tak mau membaca, lalu untuk apa berita ditulis?

(Dewabrata, 2004)

Sebuah berita disusun dan dilaporkan berdasarkan obervasi yang cermat. Ishwara (2005)
menyarankan langkah-langkah dasar:
1. Siapa (who): Dapatkan nama lengkap dari orang-orang yang terlibat dan selalu mencek ejaannya untuk ketelitian.
2. Apa (what): Dapatkan cerita tentang hal yang terjadi. Dalam beberapa berita, seperti berita polisi, anda mungkin ingin tahu urutan kejadiannya. Anda tidak perlu menulis beritanya secara kronologis, tetapi anda perlu mengerti jalan ceritanya.
3. Kapan (when): Catatlah hari dan waktu dari peristiwa itu.
4. Di mana(where): Dapatkan lokasi kejadian dan gambarkanlah.
5. Mengapa (why): Mengerti apa yang menjadi penyebab peristiwa itu. Apa yang menyebabkan konflik dan, bila ada, bagaimana pemecahannya?
6. Bagaimana (how): Cari lebih banyak informasi tentang peristiwa itu. Bagaimana hal itu bisa terjadi?
7. Lalu apa (so what): Apa dampak terhadap orang-orang yang terlibat dalam peristiwa ini? Apa pula dampaknya bagi pembaca?
Unsur-unsur yang mempengaruhi suatu fakta atau gagasan sehingga dapat dijadikan berita adalah :
1. Penting (significance), yaitu kejadian yang dapat mempengaruhi orang banyak atau kejadian yang punya dampak terhadap kehidupan para pembaca.
2. Besar (magnitude), yaitu kejadian yang menyangkut angka-angka berarti bagi kehidupan orang banyak atau kejadian yang dapat berakibat dijumlahkan dalam rangka menarik buat pembaca.
3. Waktu (timeless), yaitu kejadian yang menyangkut hal-hal yang baru terjadi atau baru ditemukan.
4. Dekat (proximity), yaitu kejadian yang dekat bagi pembaca. Kedekatan ini bisa bersipat geografis ataupun emosional.
5. Tenar/populer, luar biasa (prominence), menyangkut hal-hal yang terkenal atau sangat terkenal oleh pambaca.
6. Manusiawi (human interest), yaitu kejadian yang memberikan sentuhan perasaan bagi para pembaca, kejadian yang menyangkut orang biasa dalam situasi luar biasa atau orang besar dalam situasi biasa.

Media massa adalah suatu istilah yang mulai dipergunakan pada tahun 1920-an untuk mengistilahkan jenis media yang secara khusus didesain untuk mencapai masyarakat yang sangat luas. Dalam pembicaraan sehari-hari, istilah ini sering disingkat menjadi media.

Jenis-jenis media masa
Secara tradisional jenis-jenis media massa adalah: surat kabar , majalah , radio , televisi , film (layar lebar).

Seiring dengan perkembangan teknologi dan sosial budaya, telah berkembang media-media lain yang kemudian dikelompokkan ke dalam media massa seperti internet dan telepon selular.

Pengaruh media massa pada budaya
Menurut Karl Erik Rosengren pengaruh media cukup kompleks, dampak bisa dilihat dari:
• skala kecil (individu) dan luas (masyarakat)
• kecepatannya, yaitu cepat (dalam hitungan jam dan hari) dan lambat (puluhan tahun/ abad) dampak itu terjadi.

Pengaruh media bisa ditelusuri dari fungsi komunikasi masa, Harold Laswell pada artikel klasiknya tahun 1948 mengemukakan model sederhana yang sering dikutip untuk model komunikasi hingga sekarang, yaitu :
• Siapa (who)
• Pesannya apa (says what)
• Saluran yang digunakan (in what channel)
• Kepada siapa (to whom)
• Apa dampaknya (with what effect)
• Model ini adalah garis besar dari elemen-elemen dasar komunikasi.

Dari model tersebut, Laswell mengidentifikasi tiga dari keempat fungsi media.

Fungsi-fungsi media massa pada budaya
• Fungsi pengawasan (surveillance), penyediaan informasi tentang lingkungan.
• Fungsi penghubungan (correlation), dimana terjadi penyajian pilihan solusi untuk suatu masalah.
• Fungsi pentransferan budaya (transmission), adanya sosialisasi dan pendidikan.

Fungsi hiburan (entertainment) yang diperkenalkan oleh Charles Wright yang mengembangkan model Laswell dengan memperkenalkan model dua belas kategori dan daftar fungsi. Pada model ini Charles Wright menambahkan fungsi hiburan. Wright juga membedakan antara fungsi positif (fungsi) dan fungsi negatif (disfungsi).

Pengaruh media massa pada pribadi
Secara perlahan-lahan namun efektif, media membentuk pandangan pemirsanya terhadap pribadinya dan seseorang seharusnya berhubungan dengan dunia sehari-hari.

Pertama, media memperlihatkan pada pemirsanya mengenai standar hidup layak bagi seorang manusia, dari sini pemirsa menilai apakah lingkungan mereka sudah layak, atau apakah ia telah memenuhi standar itu - dan gambaran ini banyak dipengaruhi oleh yang pemirsa lihat pada media.

Kedua, penawaran-penawaran yang dilakukan oleh media bisa jadi mempengaruhi yang pemirsanya inginkan, sebagai contoh media mengilustrasikan kehidupan keluarga ideal, dan pemirsanya mulai membandingkan dan membicarakan kehidupan keluarga tersebut, kehidupan keluarga ilustrasi itu terlihat begitu sempurna sehingga kesalahan mereka menjadi menu pembicaraan sehari-hari pemirsanya, atau mereka mulai menertawakan perilaku tokoh yang aneh dan hal-hal kecil yang terjadi pada tokoh tersebut.

Ketiga, media visual dapat memenuhi kebutuhan pemirsanya akan kepribadian yang lebih baik, pintar, cantik/ tampan, dan kuat. Contohnya anak-anak kecil dengan cepat mengidentifikasikan mereka sebagai penyihir seperti Harry Potter, atau putri raja seperti tokoh Disney. Bagi pemirsa dewasa, proses pengidolaaan ini terjadi dengan lebih halus, mungkin remaja ABG akan meniru gaya bicara idola mereka, meniru cara mereka berpakaian. Sementara untuk orang dewasa mereka mengkomunikasikan gambar yang mereka lihat dengan gambaran yang mereka inginkan untuk mereka secara lebih halus. Mungkin saat kita menyisir rambut kita dengan cara tertentu kita melihat diri kita mirip "gaya rambut lupus", atau menggunakan kacamata a'la "catatan si boy".

Keempat, bagi remaja dan kaum muda, mereka tidak hanya berhenti sebagai penonton atau pendengar, mereka juga menjadi "penentu", mereka menentukan arah media populer saat mereka berekspresi dan mengemukakan pendapatnya.
Penawaran yang dilakukan oleh media bisa jadi mendukung pemirsanya menjadi lebih baik atau mengempiskan kepercayaan dirinya. Media bisa membuat pemirsanya merasa senang akan diri mereka, merasa cukup, atau merasa rendah dari yang lain . ***


Jurnalistik
1. Kegiatan menyiapkan, mencari, mengumpulkan, mengolah, menyajikan, dan menyebarkan berita melalui media berkala kepada khalayak seluas-luasnya dengan secepat-cepatnya.
2. Media massa, khususnya media cetak, adalah alat komunikasi yang bersifat satu arah. Walaupun sebenarnya media cetak bisa melakukan komunikasi dua arah, tenggat waktu dialog tidak spontan-seketika, maka lebih banyak bersifat satu arah. (h.7. Dewabrata, AM, 2004)

3. Harold Laswell, mengemukakan model sederhana komunikasi:
Siapa (who)
Pesannya apa (says what)
Saluran yang digunakan (in what channel)
Kepada siapa (to whom)
Apa dampaknya (with what effect)

Sembilan Prinsip Jurnalisme
1. Kewajiban pertama kepada kebenaran
2. Loyalitas pertama kepada warga masy.
3. Inti jurnalisme: disiplin verifikasi
4. Jurnalis: memiliki kebebasan dari narasumber
5. Jurnalis: pemantau bebas thdp kekuasaan
6. Jurnalisme: menyediakan ruang kritik & komentar publik
7. Jurnalisme: membuat yang penting jadi menarik
8. Jurnalis: berita proporsional dan komprehensif
9. Mempunyai kewajiban pada suara hati

Penyajian jurnalistik

1. rubrik = ruang = kapling=lahan
2. 3 kelompok besar
a. berita (news)
b. opini (views)
c. iklan (advertising)

3. Alasan pemilahan berdasar etika jurnalistik: tidak mencampur berita sebagai fakta obyektif dengan opini yang subyektif


Rubrik
1 .“Rubrik ibarat menu-menu dalam sebuah pesta prasmanan. Dan hidangan dalam pesta itu adalah majalah.”
2. Rubrik berasal dari kata Latin, ruber yang berarti: merah.
3. Penyekat-penyekat dengan kain/pita merah untuk menandai buku satu dengan buku lain. Batas, atau halaman pemisah buku dengan pita merah itu, kemudian berkembang menjadi rubrik.

Rubrikasi produk jurnalistik
1. Berita
2. Tajuk rencana
3. Karikatural
4. Pojok
5. Artikel : tulisan opini > praktis, ringan, analisis
6. Kolom
7. Surat pembaca

Berita dan Nilai Berita (Ishwara, 2005)
Fakta obyektif: berdimensi tunggal – wartawan sekedar pelapor – tidak mencoba bergerak lebih jauh, melampaui situasi –
Media :tidak sekedar membawa berita –menjelaskan berita
Adil: lengkap, relevan, jujur, terus terang

Bentuk Berita
• Berita lugas dan berita halus
• Feature: bright-kecil-anekdot, sidebar, sketsa pribadi-profil, profil organisasi-proyek, newsfeature, pengalaman pribadi, wawancara

Jenis berita
• Berita yang terpusat pada peristiwa yang khas menyajikan peristiwa hangat yang baru terjadi, tidak diinterpretasikan, tidak dihubungkan dengan situasi dan peristiwa yang lain.
• Berita dengan proses interpretasikan (laporan khusus, feature ...)


Jenis teras berita
• Teras berita menempati alinea pertama, mencerminkan pokok berita. Sedapat mungkin satu kalimat saja.
• Teras penyimpulan:
“Kepala Negara mengisi hari liburnya dengan kegiatan santai di Kebun Raya dan Taman Safari Bogor, Minggu (14/9).
• Teras pernyataan :
“Kapolri menegaskan, pihaknya akan mengusut tuntas kasus BLBI hingga semua terungkap.
• Teras kontras :
“ Bogor, yang berjuluk kota hujan, untuk pertama kalinya dalam sebulan terakhir ini dilanda kemarau. Warga merasakan kesulitan mendapatkan air bersih.”
• Teras menjerit :
“Tidak ...!” Demikian teriak histeris terdakwa AP, mendengar putusan hakim yang memvonisnya dengan hukuman penjara seumur hidup.
• Teras kutipan :
“Penyebar isu menyesatkan harus diusut dan dihukum,” demikian dikatakan Kepala Negara, kemarin, menanggapi munculnya isu-isu yang meresahkan masyarakat belakangan ini”


Teras menurut penonjolan salah satu unsur berita
• Teras Apa (what): “Gedung Islamic Centre Bandung (what) diresmikan penggunaannya oleh Gubernur Jawa Barat kemarin”.
• Teras Siapa (who): “Gubernur Jawa Barat (who) meresmikan penggunaan Gedung Islamic Centre Bandung kemarin”.
• Teras Dimana (where): “Di Gedung Islamic Centre Bandung (where) tengah berlangsung pameran busana Muslimah dan bazar buku-buku Islam.”
• Teras Kapan (when): “Mulai besok (when) para nasabah 16 bank yang terlikuidasi dapat mencairkan uang simpanannya di bank-bank yang ditelah ditunjuk.”
• Teras Mengapa (why): “Untuk memulihkan kondisi fisik yang kelelahan (why), Kepala Negara akan beristirahat selama 10 hari atas ajuran tim dokter.”
• Teras Bagaimana (how):” Melalui pendidikan dan pelatihan wartawan (how), PWI terus berupaya meningkatkan profesionalisme anggotanya.”

Berita adalah
• laporan tentang suatu kejadian yang dapat menarik perhatian pembaca.
• laporan tercepat dari suatu peristiwa atau kejadian faktual, penting,
dan menarik bagi sebagian besar pembaca,
serta menyangkut kepentingan mereka.
(Romli, 2005)

Berita disampaikan dengan ragam bahasa jurnalistik, yakni populer,
menggunakan rangkaian kata-kata yang mudah dicerna dalam waktu
singkat. Unsur-unsur berita yakni siapa, apa, mengapa, di mana, kapan,
bagaimana, dan juga berbagai keterangan lainnya mesti disusun dengan runut.
Ada kecenderungan umum bahwa orang tak senang membaca berita yang susah
Dimengerti. Padahal, berita ditulis untuk dibaca. Kalau mereka yang diharapkan
supaya membaca saja sudah tak mau membaca, lalu untuk apa berita ditulis?

(Dewabrata, 2004)

Sebuah berita disusun dan dilaporkan berdasarkan obervasi yang cermat. Ishwara (2005)
menyarankan langkah-langkah dasar:
1. Siapa (who): Dapatkan nama lengkap dari orang-orang yang terlibat dan selalu mencek ejaannya untuk ketelitian.
2. Apa (what): Dapatkan cerita tentang hal yang terjadi. Dalam beberapa berita, seperti berita polisi, anda mungkin ingin tahu urutan kejadiannya. Anda tidak perlu menulis beritanya secara kronologis, tetapi anda perlu mengerti jalan ceritanya.
3. Kapan (when): Catatlah hari dan waktu dari peristiwa itu.
4. Di mana(where): Dapatkan lokasi kejadian dan gambarkanlah.
5. Mengapa (why): Mengerti apa yang menjadi penyebab peristiwa itu. Apa yang menyebabkan konflik dan, bila ada, bagaimana pemecahannya?
6. Bagaimana (how): Cari lebih banyak informasi tentang peristiwa itu. Bagaimana hal itu bisa terjadi?
7. Lalu apa (so what): Apa dampak terhadap orang-orang yang terlibat dalam peristiwa ini? Apa pula dampaknya bagi pembaca?
Unsur-unsur yang mempengaruhi suatu fakta atau gagasan sehingga dapat dijadikan berita adalah :
1. Penting (significance), yaitu kejadian yang dapat mempengaruhi orang banyak atau kejadian yang punya dampak terhadap kehidupan para pembaca.
2. Besar (magnitude), yaitu kejadian yang menyangkut angka-angka berarti bagi kehidupan orang banyak atau kejadian yang dapat berakibat dijumlahkan dalam rangka menarik buat pembaca.
3. Waktu (timeless), yaitu kejadian yang menyangkut hal-hal yang baru terjadi atau baru ditemukan.
4. Dekat (proximity), yaitu kejadian yang dekat bagi pembaca. Kedekatan ini bisa bersipat geografis ataupun emosional.
5. Tenar/populer, luar biasa (prominence), menyangkut hal-hal yang terkenal atau sangat terkenal oleh pambaca.
6. Manusiawi (human interest), yaitu kejadian yang memberikan sentuhan perasaan bagi para pembaca, kejadian yang menyangkut orang biasa dalam situasi luar biasa atau orang besar dalam situasi biasa.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

FONOLOGI BAHASA INDONESIA Masnur Muslich

Model-Model Pembelajaran (PPSI, Kemp, Banathy, Dick and Carey)

Bahasa Jurnalistik (Drs. AS Sumadiria M. Si.)

Kalimat Efektif

FONOLOGI: FONETIK Oleh:Marsono Gadjah Mada University Press. 2008