ENTERITIS KARENA PROTOZOA PADA ANJING

Enteritis adalah proses radang usus berjalan akut atau kronis akan menyebabkan peningkatan peristaltik usus, kenaikan jumlah sekresi kelenjar pencernaan serta penurunan proses penyerapan cairan maupun penyerapan sari-sari makanan didalamnya. Radang usus primer maupun sekunder ditandai dengan menurunnya nafsu makan, menurunnya kondisi tubuh, dehidrasi dan diare. Perasaan sakit karena adanya radang usus bersifat bervariasi, tergantung pada jenis hewan yang menderita serta derajat radang yang dideritanya (Subronto, 1995).

Etiologi
Radang usus dapat dibedakan oleh berbagai agen etiologik, baik yang bekerja secara terpisah atau secara bersama-sama (Subronto, 1995).
Enteritis oleh protozoa antara lain :
Eimeria canis, Isospora bigemina, Isospora rivolta, Isospora canis, Balantidium coli. Cryptosporidium diperkirakan juga termasuk protozoa yang menyebabkan koksidiosis akut (Subronto, 2006).

Gejala-gejala
Rasa sakit ditandai dengan kegelisahan. Diare merupakan gejala yang selalu dijumpai dalam radang usus. Tinja yang cair dengan bau yang tajam mungkin bercampur dengan darah, lendir atau reruntuhan jaringan usus. Pada radang yang berlangsung kronik, terjadi kekurusan dan tinja jarang yang bersifat cair, berisi darah, lendir atau reruntuhan jaringan yang jumlahnya mencolok. Kurangnya cairan didalam usus akan dijumpai radang usus yang disertai dengan konstipasi, dan tinja bersifat kering. Radang usus akut selalu disertai dengan oligo uria atau anuria, dan disertai dengan menurunnya nafsu makan, anoreksia total maupun parsial. Pada radang kronik biasanya nafsu makan tidak mengalami perubahan(Subronto, 1995).
Akibat kehilangan cairan yang berlebihan, penderita akan mengalami penurunan berat badan dalam waktu singkat dengan tanda dehidrasi yang mencolok. Dehidrasi yang mencapai lebuih dari 10% dapat mengancam kehidupan penderita dalam waktu 1-2 hari dan dapat mengakibatkan kematian karena shock.

Pemeriksaan patologi anatomis
Pemeriksaan tinja sangat penting dilakukan untuk menentukan penyebab radang usus dan diare. Perlu diketahui bahwa isolasi virus, kuman, atau parasit, belum pasti meyakinkan bahwa agen-agen tersebut merupakan penyebab primer radang usus.
Pemeriksaan darah penderita enteritis akut biasaya menunjukkan adanya hemokonsentrasi karena dehidrasi. Perubahan atas jaringan tubuh lainnya tidak ditemukan kecuali tanda adanya dehidrasi dan terganggunya peredaran darah.


Diagnosa
Diagnosa tentatif diambil bila tidak ditemukan penyakit tersifat penyebab diare. Pemeriksaan laboratorium sangat diperlukan untuk menentukan penyebab radang usus, selanjutnya dengan mengamati gejala klinis dan identifikasi ookista dalam sampel feses menggunakan larutan sucrose dan alpha flotation atau pengecan khusus misalnya pengecatan asam cepat untuk Cryptosporidium. Diagnosa banding adalah infeksi-infeksi enteric akibat virus dan penyakit-penyakit intestinal kibat parasit yang lain (Ancylostoma sp).



Terapi
Pengobatan ditujukan untuk mengatasi penyebab primernya, Rasa sakit yang terus menerus dapat dikurangi dengan pemberian analgesika, atau tranquilizer. Pemberian cairan faali maupun elektolit mutlak diberikan untuk mengganti cairan yang hilang. Pemberian antibiotik dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya infeksi sekunder. Selanjutnya untuk terapi terhadap protozoa sendiri dapat di pergunakan :
• Sulfadimethoxine 55 mg/kg per oral pada hari pertama kemudian 27,5 mg/kg selama 4 hari atau hingga anjing tidak menunjukkan gejala infeksi isospora dan pada pemeriksaan sampel feses negatif ookista.
• Sulfadiazine 30 mg/kg per oral tiap hari sampai 14 hari.
• Tribison 15 – 30 mg/kg per oral dua kali sehari.
• Tortrazunil 7 mg/kg 2 – 5 hari.




































DAFTAR PUSTAKA

Subronto, 1995, Ilmu Penyakit Ternak I, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta
Subronto, 2006, Ilmu Penyakit Infeksi Parasit dan Mikroba pada Anjing dan Kucing, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta




































MAKALAH
PENYAKIT ORGANIK HEWAN KECIL
ENTERITIS KARENA PROTOZOA PADA ANJING




Disusun oleh :

DANCE NIXON FANGGIDAE EKH /429
CLARA ..........EKH/
MARSUDI EKH/523
REVANDI L. SIREGAR EKH/512
DEWI INDRIANA EKH/501


FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Linguistik Historis Komparatif

FONOLOGI: FONETIK Oleh:Marsono Gadjah Mada University Press. 2008

Resensi Novel : “Birunya Langit Cinta”

FONOLOGI BAHASA INDONESIA Masnur Muslich

Model-Model Pembelajaran (PPSI, Kemp, Banathy, Dick and Carey)