PANDANGAN MARXIAN TENTANG DEMOKRASI: Dari Marx ke Laclau, via Gramsci
PSIRB 301, Marxisme: Religi, Politik & Ideologi. Dosen: George J. Aditjondro
Handout 1b
PANDANGAN MARXIAN TENTANG DEMOKRASI:
Dari Marx ke Laclau, via Gramsci
----------------------------------------------------------------------------
George Junus Aditjondro
KARL MARX (1818-1883):
= negara adalah alat kelas yang berkuasa;
= demokrasi liberal berakhir di gerbang pabrik;
= kaum proletar (= buruh) merupakan kekuatan revolusioner yang utama, sebab mereka tidak akan kehilangan apa-apa selain belenggunya sendiri;
= kaum petani bagaikan sekarung kentang, adalah kelompok sosial yang tidak punya kesadaran kelas, tidak punya kekuatan revolusioner, sehingga tidak perlu diikutsertakan dalam perjuangan melawan kapitalisme dan menciptakan masyarakat baru yang adil dan makmur;
= kekuasaan atas negara harus direbut melalui revolusi, tapi bilamana pranata-pranata politik sudah siap, kekuasaan bisa direbut (oleh kaum proletar/buruh) lewat cara parlementer;
= gerakan anarkis, yakni sosialisme komunitarian, harus dilawan.
V.I. LENIN (1870-1924):
= kekuasaan atas negara harus direbut melalui revolusi,
sebab para pemilik modal yang didukung oleh negara
tidak akan melepaskan kekuasaannya atas alat-alat produksi
secara sukarela;
= revolusi yang benar hanya bisa sukses apabila didasari pada teori yang benar; kaum buruh tidak menguasai teori secara benar, sehingga mereka harus dipimpin oleh para cendekiawan revolusioner dalam satu partai pelopor yang didasarkan pada teori Marxian yang benar. Itulah yang disebut ‘diktatur proletariat’;
= kepemimpinan soviet (dewan-dewan buruh) secara de facto diambil alih oleh kepemimpinan partai (tunggal), Partai Komunis, yang dianggap merupakan penubuhan (embodiment) dari kelas pekerja;
= anarkisme Bakunin merupakan musuhnya yang utama;
= dalam perjuangan melawan imperialisme, Lenin menyetujui kerjasama dengan gerakan pan-Islamisme, setelah disadarkan oleh Tan Malaka tentang semangat anti-kapitalisme dan anti-kolonialisme yang ada dalam gerakan Islam di Asia Tenggara, yang berbeda dengan feodalisme Islam di Asia Tengah;
J.I. STALIN (1879-1953):
= diktatur proletariat dipimpin oleh PKUS; PKUS dipimpin oleh Komite Sentral (CC); Komite Sentral dipimpin oleh Sekjen PKUS; Stalin de facto menjadi diktator USSR;
= selain memusuhi pemikir-pemikir di bidang-bidang IPA yang dianggap “ilmuwan borjuis”, dilawan oleh Stalin; begitu pula Trotsky yang memperjuangkan revolusi yang permanen.
ANTONIO GRAMSCI (1891-1937):
= menentang elitisme para cendekiawan yang memimpin Revolusi Oktober dan kemudian menjadi elit yang menguasai USSR melalui Komite Sentral PKUS;
= sejak memimpin Partai Sosialis Italia, sudah menentang elitisme para cendekiawan kiri, dengan jalan:
(a). merumuskan teori yang mendobrak dikotomi antara pekerjaan otak (mental) dan otot (manual), serta membuat diferensiasi antara ‘intelektual tradisional’, yang secara tradisional dicetak oleh lembaga-lembaga pendidikan tinggi, yang umumnya berfihak kepada kepentingan borjuasi, dan ‘intelektual organik’, yang secara organik lahir dari setiap kelas, atau merupakan intelektual tradisional yang “menyeberang” ke kelas pekerja & kelas-kelas yang terpinggirkan yang lain (subaltern classes);
(b). negara menguasai rakyatnya, tidak hanya melalui represi atau kontrol oleh alat-alat kekuasaan negara, tapi juga melalui “persetujuan” (consent) rakyat karena mereka telah menginternalisir kebudayaan/ideology/pemikiran dominant, yang disebut “hegemoni”;
(c). perjuangan untuk menciptakan suatu masyarakat baru yang sosialistik tidak hanya perlu dilangsungkan di arena politik (“perang benteng”), tapi juga melalui penciptaan “hegemoni tandingan” di arena kebudayaan (“perang parit”);
(d). dalam proses penciptaan hegemoni tandingan itu, pemikiran kaum proletar perlu dilibatkan, melalui ‘dewan-dewan pabrik’ (consigli de fabricca) yang didirikan di lingkungan pabrik FIAT (Turino): dewan-dewan pabrik itu mengontrol partai, sehingga elitisme para pemimpin partai yang berlatarbelakang borjuis dapat diminimalisir’
(e). kaum petani di Italia Selatan, perlu sejak awal dilibatkan dalam revolusi politik dan revolusi budaya untuk menciptakan “manusia baru” melalui aliansi-aliansi buruh & tani.
ERNESTO LACLAU (1935 - ) & CHANTAL MOUFFE (1943 - ):
= dengan mempelajari revolusi-revolusi anti-kapitalisme yang berlangsung di dunia, termasuk di pusat-pusat kekuasaan kapitalisme global, berbagai faham dasar Marxisme dikoreksi dengan memanfaatkan pemikiran Gramsci, misalnya:
(a) kaum proletar (= buruh) tidak dapat dianggap sebagai kekuatan satu-satunya, atau kekuatan utama, untuk membangun suatu masyarakat yang sosialistik;
(b) kapitalisme global tidak hanya melahirkan antagonisme antara modal dan pekerja, tapi juga berbagai antagonisme lain, misalnya, antagonisme antara produsen dan konsumen (yang tidak hanya menganut nilai-nilai utilitarianisme terhadap produk industri, tapi juga nilai-nilai lain), antagonisme lingkungan, antagonisme jender, antagonisme antara pencinta damai dan pencinta uang hasil industri perang, dll;
(c) berbagai antagonisme itu melahirkan berbagai perjuangan baru untuk melawan kapitalisme global dan menciptakan dunia yang adil dan damai, yang secara spontan bergerak berbarengan melawan dominasi modal dan melawan perselingkuhan antara modal dan negara: itulah perjuangan demokrasi radikal;
(d) dalam pemikiran Laclau yang sejajar dengan pemikiran Martha Fuentes & Andre Gunder Frank, kerjasama antara Marxisme dan aliran-aliran sosialisme yang lain, termasuk anarkisme dan utopianisme, dianjurkan.
Yogya, 29 Januari 2007
Handout 1b
PANDANGAN MARXIAN TENTANG DEMOKRASI:
Dari Marx ke Laclau, via Gramsci
----------------------------------------------------------------------------
George Junus Aditjondro
KARL MARX (1818-1883):
= negara adalah alat kelas yang berkuasa;
= demokrasi liberal berakhir di gerbang pabrik;
= kaum proletar (= buruh) merupakan kekuatan revolusioner yang utama, sebab mereka tidak akan kehilangan apa-apa selain belenggunya sendiri;
= kaum petani bagaikan sekarung kentang, adalah kelompok sosial yang tidak punya kesadaran kelas, tidak punya kekuatan revolusioner, sehingga tidak perlu diikutsertakan dalam perjuangan melawan kapitalisme dan menciptakan masyarakat baru yang adil dan makmur;
= kekuasaan atas negara harus direbut melalui revolusi, tapi bilamana pranata-pranata politik sudah siap, kekuasaan bisa direbut (oleh kaum proletar/buruh) lewat cara parlementer;
= gerakan anarkis, yakni sosialisme komunitarian, harus dilawan.
V.I. LENIN (1870-1924):
= kekuasaan atas negara harus direbut melalui revolusi,
sebab para pemilik modal yang didukung oleh negara
tidak akan melepaskan kekuasaannya atas alat-alat produksi
secara sukarela;
= revolusi yang benar hanya bisa sukses apabila didasari pada teori yang benar; kaum buruh tidak menguasai teori secara benar, sehingga mereka harus dipimpin oleh para cendekiawan revolusioner dalam satu partai pelopor yang didasarkan pada teori Marxian yang benar. Itulah yang disebut ‘diktatur proletariat’;
= kepemimpinan soviet (dewan-dewan buruh) secara de facto diambil alih oleh kepemimpinan partai (tunggal), Partai Komunis, yang dianggap merupakan penubuhan (embodiment) dari kelas pekerja;
= anarkisme Bakunin merupakan musuhnya yang utama;
= dalam perjuangan melawan imperialisme, Lenin menyetujui kerjasama dengan gerakan pan-Islamisme, setelah disadarkan oleh Tan Malaka tentang semangat anti-kapitalisme dan anti-kolonialisme yang ada dalam gerakan Islam di Asia Tenggara, yang berbeda dengan feodalisme Islam di Asia Tengah;
J.I. STALIN (1879-1953):
= diktatur proletariat dipimpin oleh PKUS; PKUS dipimpin oleh Komite Sentral (CC); Komite Sentral dipimpin oleh Sekjen PKUS; Stalin de facto menjadi diktator USSR;
= selain memusuhi pemikir-pemikir di bidang-bidang IPA yang dianggap “ilmuwan borjuis”, dilawan oleh Stalin; begitu pula Trotsky yang memperjuangkan revolusi yang permanen.
ANTONIO GRAMSCI (1891-1937):
= menentang elitisme para cendekiawan yang memimpin Revolusi Oktober dan kemudian menjadi elit yang menguasai USSR melalui Komite Sentral PKUS;
= sejak memimpin Partai Sosialis Italia, sudah menentang elitisme para cendekiawan kiri, dengan jalan:
(a). merumuskan teori yang mendobrak dikotomi antara pekerjaan otak (mental) dan otot (manual), serta membuat diferensiasi antara ‘intelektual tradisional’, yang secara tradisional dicetak oleh lembaga-lembaga pendidikan tinggi, yang umumnya berfihak kepada kepentingan borjuasi, dan ‘intelektual organik’, yang secara organik lahir dari setiap kelas, atau merupakan intelektual tradisional yang “menyeberang” ke kelas pekerja & kelas-kelas yang terpinggirkan yang lain (subaltern classes);
(b). negara menguasai rakyatnya, tidak hanya melalui represi atau kontrol oleh alat-alat kekuasaan negara, tapi juga melalui “persetujuan” (consent) rakyat karena mereka telah menginternalisir kebudayaan/ideology/pemikiran dominant, yang disebut “hegemoni”;
(c). perjuangan untuk menciptakan suatu masyarakat baru yang sosialistik tidak hanya perlu dilangsungkan di arena politik (“perang benteng”), tapi juga melalui penciptaan “hegemoni tandingan” di arena kebudayaan (“perang parit”);
(d). dalam proses penciptaan hegemoni tandingan itu, pemikiran kaum proletar perlu dilibatkan, melalui ‘dewan-dewan pabrik’ (consigli de fabricca) yang didirikan di lingkungan pabrik FIAT (Turino): dewan-dewan pabrik itu mengontrol partai, sehingga elitisme para pemimpin partai yang berlatarbelakang borjuis dapat diminimalisir’
(e). kaum petani di Italia Selatan, perlu sejak awal dilibatkan dalam revolusi politik dan revolusi budaya untuk menciptakan “manusia baru” melalui aliansi-aliansi buruh & tani.
ERNESTO LACLAU (1935 - ) & CHANTAL MOUFFE (1943 - ):
= dengan mempelajari revolusi-revolusi anti-kapitalisme yang berlangsung di dunia, termasuk di pusat-pusat kekuasaan kapitalisme global, berbagai faham dasar Marxisme dikoreksi dengan memanfaatkan pemikiran Gramsci, misalnya:
(a) kaum proletar (= buruh) tidak dapat dianggap sebagai kekuatan satu-satunya, atau kekuatan utama, untuk membangun suatu masyarakat yang sosialistik;
(b) kapitalisme global tidak hanya melahirkan antagonisme antara modal dan pekerja, tapi juga berbagai antagonisme lain, misalnya, antagonisme antara produsen dan konsumen (yang tidak hanya menganut nilai-nilai utilitarianisme terhadap produk industri, tapi juga nilai-nilai lain), antagonisme lingkungan, antagonisme jender, antagonisme antara pencinta damai dan pencinta uang hasil industri perang, dll;
(c) berbagai antagonisme itu melahirkan berbagai perjuangan baru untuk melawan kapitalisme global dan menciptakan dunia yang adil dan damai, yang secara spontan bergerak berbarengan melawan dominasi modal dan melawan perselingkuhan antara modal dan negara: itulah perjuangan demokrasi radikal;
(d) dalam pemikiran Laclau yang sejajar dengan pemikiran Martha Fuentes & Andre Gunder Frank, kerjasama antara Marxisme dan aliran-aliran sosialisme yang lain, termasuk anarkisme dan utopianisme, dianjurkan.
Yogya, 29 Januari 2007
Komentar