Jagungisasi, Jangan Ulang Kegagalan Jatropha

Jumat, 29 Januari 2010 | 07:47 WITA
GAGASAN Gubernur NTT, Drs. Frans Lebu Raya dan wakilnya, Ir. Esthon Foenay untuk menjadikan Propinsi NTT sebagai propinsi jagung, patut didukung. Sudah cukup banyak dana yang digelontorkan untuk menerapkan program itu.
Tahun 2009, Pemprop NTT melalui Dinas Pertanian dan Perkebunan mendapat alokasi dana APBD murni untuk pengembangan jagung sebesar Rp 9,98 miliar. Dana itu sebagian besar sudah terserap di kabupaten/kota di NTT yang menjadi lokasi pengembangan jagung.

Alokasi dana tersebut sebagian digunakan untuk intensifikasi jagung komposit pada lahan seluas 1.690 hektar di 10 kabupaten di NTT. Tapi antara laporan pemerintah dengan fakta di lapangan masih menyisakan masalah, seperti yang terjadi di Kabupaten Sikka.

Dana itu juga dialokasikan dalam bentuk bantuan keuangan bagi sejumlah kelompok petani. Bantuan keuangan itu telah disalurkan langsung oleh Biro Keuangan Setda NTT kepada sejumlah kelompok tani di Kabupaten Kupang, TTS, TTU dan Belu. Masing-masing memperoleh Rp 600 juta. Sedangkan kelompok tani di Kabupaten Alor, Flotim, Sikka dan Lembata, masing- masing memperoleh bantuan sebesar Rp 125 juta. Besaran bantuan dana disesuaikan dengan analisa kebutuhan kelompok petani penerima dan luas lahan yang dipersiapkan untuk pengembangan jagung.

Selain bantuan dana dari propinsi tersebut, demi memperlancar aktivitas di lokasi pengembangan jagung, pemerintah daerah juga menyiapkan dana Rp 4,8 miliar untuk pengadaan traktor. Dan traktor itu didistribusikan ke kabupaten yang menjadi pusat pengembangan jagung.

Di tahun 2010, alokasi dana APBD untuk pengembangan jagung menurun menjadi hanya Rp 1 miliar lebih. Mengapa? karena tahun ini tidak ada biaya pengadaan alat-alat pertanian seperti traktor.

Dinas pertanian mengupayakan alat yang tersedia difungsikan oleh petani untuk perluasan areal lahan sehingga produksinya bakal meningkat.

Dinas Pertanian dan Perkebunan Propinsi NTT juga menggiatkan Gerakan Masyarakat Agrobisnis Jagung alias "Gema Agung". Kegiatan safari ini dilaksanakan pada awal musim tanam, yakni selama bulan Oktober hingga November 2009. Tujuannya melihat langsung persiapan petani, termasuk kebutuhan akan bibit dan pupuk. Namun, apa lacur? Di Kabupaten Sikka tim safari Gema Agung tidak melirik bibit jagung yang kualitasnya rendah serta kebutuhan pupuk dasar yang hingga saat ini masih belum ada di tangan petani. Patut dipertanyakan, apa kerjanya tim safari Gema Agung? Apa sekadar jalan-jalan menggunakan SPPD, pulang dan diam?

Menurut Kadis Pertanian dan Perkebunan NTT, Ir. Piet Muga, tujuan safari mendorong para petani menanam tepat pada awal musim tanam. Upaya percepatan peningkatan produksi dan agribisnis jagung untuk kecukupan pangan dan mendorong peningkatan pendapatan masyarakat tani di wilayah Propinsi NTT. Tapi hasilnya masih menyisakan masalah sehingga kinerja tim safari yang terbagi dalam enam rayon lokasi yang menjadi kantong-kantong produksi jagung, patut dipertanyakan.

Terlepas dari persoalan yang dihadapi petani di desa- desa. Kita berharap program unggulan pemerintah propinsi saat ini betul-betul mengena dan berhasil mendongkrak pendapatan masyarakat NTT. Kita berharap pola pikir petani yang menanam jagung hanya untuk konsumsi, dapat merubah pola pikir ke peningkatan pendapatan. Artinya, produksi jagung tidak hanya untuk makan, tapi dijual untuk meningkatkan ekonomi rumah tangga.

Pertanyaannya, apakah pasarnya menguntungkan? Ini pekerjaan berat bagi instansi teknis. Masalah pertanian yang dihadapi selama ini, selain masalah bibit, pupuk dan tingkat produksi, juga masalah pasca-panen. Pemerintah melalui dinas teknis terkait harus membuka akses pasar yang baik dan dengan harga yang pantas agar petani bergairah.

Jangan mengulangi tragedi jatropha dimana masyarakat digalakkan menanam jatropha, pemerintah mengucurkan dana sedemikian besar untuk proyek ini, namun hasilnya nol besar. Jatropha "tidak punya harga". Dengan kata lain, tidak ada jaminan harga yang pantas sehingga masyarakat tidak bergairah menanam.

Nah, kegagalan dalam proyek jatropha ini hendaknya menjadi pelajaran bagi pemerintah dalam melaksanakan program jagungisasi. *

Komentar

Postingan populer dari blog ini

FONOLOGI BAHASA INDONESIA Masnur Muslich

Model-Model Pembelajaran (PPSI, Kemp, Banathy, Dick and Carey)

Bahasa Jurnalistik (Drs. AS Sumadiria M. Si.)

Kalimat Efektif

FONOLOGI: FONETIK Oleh:Marsono Gadjah Mada University Press. 2008