Linguistik Historis Komparatif

I. Perbedaan linguistik historis, sejarah linguistik, dan linguistik historis komparatif
LinguistiK Historis
Linguistik historis adalah satu pendekatan dan metode dalam setiap cabang linguistikn yang mempelajari dan meneliti pergeseran dalam jangka pendek dan perubahan-perubahan dalam jangka panjang, komponen fonologi, komponen morfologi, komponen sintaksis, dan komponen semantik satu atau beberapa bahasa. Jadi, Linguistik historis membicarakan perkembangan bahasa atau bahasa-bahasa sejak mula adanya sampai sekarang, jadi hal yang berhubungan dengan sejarah bahasa itu.
Sejarah Linguistik
Sejarah linguistik dimaksudkan sebagai uraian kronologis tentang perkembangan linguistik dari masa ke masa, dari periode ke periode.
Linguistik Historis Komparatif
Linguistik historis komparatif memperbandingkan bahasa-bahasa dari periode ke periode yang lain. Linguistik historis komparatif bertujuan untuk mengelompokkan bahasa-bahasa atas rumpun-rumpun dan berusaha menemukan sebuah bahasa purba atau proto language yang menurunkan bahasa-bahasa tersebut. linguistik juga menentukan arah penyebaran baahasa-bahasa.
Abad ke-19 dianggap sebagai abad mulai majunya linguistik, terutama mengenai linguistik historis komparatif. Meskipun perhatian sarjana masih tertuju pada perbandingan bahasa, namun orang telah mulai memikirkan otonomitas linguistik sebagai ilmu. Meskipun perhatian orang hanya tertuju pada bahasa tertulis, namun orang juga sudah mempersoalkan asal-usul bahasa.


II. Tokoh-Tokoh Linguistik Historis Komparatif

1. E. B Condillac
Tahun 1746 ia menerbitkan karangan yang berjudul Essai Sur L’ Originale Des Connoissances Humanies yang mempersoalkan bahasa. Dia berpendapat bahwa asal mula bahasa berpangkal pada bunyi-bunyi alamiah berupa teriakan-teriakan karena emosi yang kuat. Teriakan ini dihubungkan dengan perasaan sederhana yang menyertainya yang kemudian menjadi bunyi bermakna karena selalu diulang. Oleh karena terlalu banyak hal yang ingin dinyatakan pembicara, maka bunyi itu pun makin banyak jumlahanya.
2. Johann Gotfried Herder (1744-1804)
Herder mengemukakan teori baru tentang asal mula bahasa. Dia berpendapat bahwa bahasa timbul karena suatu dorongan hati yang berakar dari kesadaran dan kecerdasan manusia. Karena kesadaran dan kecerdasan itulah maka manusia dapat menirukan pelbagai bunyi untuk menyertai kesan, gerak, dan emosi. Bahasa manusia mula-nula berupa nyanyian, jadi terdiri dari segala bunyi yang langsung atau tidak langsung berasal dari bunyi yang ada di sekitarnya.
3. Friedrich von Schlegel dan A. W Schlegel
Tahun 1808 Friedrich von Schlegel menerbitkan buku berjudul Uber die Sprache und Weisheit der Inder. Dalam karangannya ia menekankan studi perbandingan “struktur dalam” bahasa (bidang morfologi) untuk menjelaskan hubungan genetik bahasa. Beliaulah yang memperkenalkan tata bahasa perbandingan/ Vergleichende Grammatik. Yang diperbandingkan adalah bentuk infleksi dan derivasi dari bahasa Sanskrit, Yunani, Latin, Indo-Eropa lainnya. Dari hasil perbandingan ternyata persamaan itu bukan berasal dari peminjaman, melainkan karena persamaan asal, yang menurut pendapatnya bahawa bahasa Sansekerta lebih tua jika dibandingkan bahasa lain. Menurut Friedrich von Schlegel ada dua kelompok bahasa yakni:
a. Bahasa yang bermacam-macam makna yang ditentukan oleh perubahan bunyi dalam root (= bahasa fleksi)
b. Bahasa yang bermacam-macam makna disebabkan oleh afiks (bhs. Afiks)
Berdasarkan pengelompokan ini F. von Schalegel membuat klasifikasi bahasa atas: bahasa fleksi, bahasa afiks, bahasa Tionghoa (bahasa yang partikelnya membentuk makna baru).
Dalam pertumbuhannya, bahasa mulai dari bahasa Tionghoa, lalu menjadi bahasa afiks, dan terakhir menjadi bahasa fleksi. Pendapat ini diambil alih oleh saudaranya, A. W. Schlegel (1767-1845) dan membuat klasifikasi bahasa menjadi
a. Bahasa tanpa struktur tata bahasa
b. Bahasa yang menggunakan afiks
c. Bahasa yang berfleksi
Bahasa fleksi dibaginya lagi menjadi
a. Bahasa sintetis
b. Bahasa analitis
Bahasa sintetis tak dapat diteliti lagi asal mulanya sedangkan bahasa analitis tercipta pada zaman sejarah.
4. Wilhelm von Humboldt (1767-1835)
Humboldt adalah penegak pertama linguistik umum. Beliau adalah ahli tata Negara, filologi klasik, filsafat dan belletri (sastra indah). Dari tahun 1802-1819 Humboldt menjadi diplomat Prusia anatara lain menjadi duta di Roma, menteri agama di Berlin, bahkan menjadi utusan ke Kongres Wina.
Pandangannya tentang bahasa dapat di baca pada bukunya yang berujudl Ueber die Kawisprache auf der Insel Java. Pandangannya bersifat historis dan filosofis. Beliau beranggapan bahwa bahasa tidaklah terjadi karena sangat dibutuhkan. Berbahasa merupakan keinginan batin manusia karena manusia adalah makhluk bernyanyi yang menghubungkan pikiran dengan bunyi.
Selanjutnya beliau mengatakan bahwa: “Tiap perbuatan menimbulkan kesan”. Tiap kesan menjadi objek pemikiran. Tiap objek pemikiran menjadi objek pernyataan. Untuk tiap objek pernyataan harus dicarikan cara menyatakan yakni dengan bahasa. Tiap bentuk pernyataan (= bahasa) kembali kea lam pikiran. Jadi, bahasa bukanlah pekerjaan (= ergon) melainkan kegiatan (= energia). Bahasa merupakan pekerjaan jiwa yang selalu diulang untuk menggunakan bunyi-bunyi yang berartikulasi guna menyatakan pikiran.
Bahasa itu sendiri berwujud dua, yakni bentuk, form atau aussere lautform atau artikulierte laut, dan makna, meaning atau innere form= bentuk batin. tentang innere form (bentuk batin), Humboldt membedakan dua substansi, yakni das Bestandige dan das Gleichformig. Keduanya terletak dalam jiwa manusia. Das Bestandige adalah dorongan jiwa yang didalamnya ada bagian-bagian yang saling berhubungan dan berimbang. Untuk itu ia berpendapat bahwa setiap bahasa mempunyai sistem dan karena itu tak ada bahasa yang primitif dan tak ada bahasa yang istimewa.
Humboldt membuat juga klasifikasi bahasa yang didasarkannya pada lautfrom. Untuk itu dia membagi bahasa atas empat jenis:
a. Bahasa monosilabel, bahasa yang hanya terdiri dari root dan tak mengalami perubahan bentuk.
b. Bahasa aglutinasi (inggris, agglutinate= meletakan, merekatkan, menjadi satu, gluten= perekat), bahas temple-menempel. Perubahan bentuk diperoleh dari melekatkan afiks.
c. Bahasa fleksi, bahasa yang mengenal konyugasi, kasus.
d. Bahasa inkorporsai (Inggris, In corporate= memasukan ke dalam). Sifat bahasa ini yakni patient dimasukkan kedalam bentuk kata kerja.

5. R. K. Rask (1787-1832)
Tahun 1818 terbit bukunya yang berjudul Undersogelse om det gamle nordiske eller is landske Sprongs Oprindelse (= penyelidikan tentang asal mula bahasa Nur kuno atau Islandia). Pendapat Rask yang sangat penting adalah pergeseran bunyi-bunyi di dalam bahasa-bahasa Jerman yang kemudian dikonkretkan oleh J. Grimm sehingga dapat dikatakan bahwa Grimm adalah penerusnya.
Rask berpendapat bahwa kalau ada persamaan antar dua bahasa, maka hal itu disebabkan oleh kekeluargaan bahasa tersebut.
6. Franz Boop
Beliau adalah seorang tokoh dalam ilmu perbandingan bahasa-bahasa Ido-Jerman. Tujuan Boop yang pertama yakni meneliti asal mula akhiran kata kerja yang menurut pendapatnya semua akhiran bentuk kata kerja berasal dari bagian-bagian yang tadinya terlepas dari pokok kata sedangkan bagian yang selalu ada ialah perkataan sein.
Dalam usaha menemukan bentuk asal, Boop menggunakan trias-teori yang menyatakan bahwa tiap kalimat sebenarnya terdiri dari tiga bagian, yakni: subjek, predikat, dan kopula. Tentang hal bunyi Boop terpengaruh oleh Grimm dengan menyatakan bahawa bahasa primitif hanya mempunyai tiga jenis bunyi, yakni /a, i, u/. perubahan bunyi disebabkan oleh sesuatu yang mekanis dan ia sendiri mengira bahwa perubahan itu bergantung pada “beratnya” akhiran.
Sehubungan dengan klasifikasi bahasa Boop membagi bahasa atas tiga jenis:
a. Bahasa-bahasa tanpa akar dan tanpa tenaga pembentuk, jadi tidak memiliki organisme tata bahasa, misalnya bahasa Tionghoa.
b. Bahasa-bahasa dengan akar kata yang terdiri dari satu suku kata, mempunyai organisme tata bahasa.
c. Bahasa-bahasa dengan akar kata terdiri dari dua suku kata dan konsonan mutlak.

7. Jacob Grimm (1785-1863)
Karangannya Deutsche Grammatika merupakan permulaan studi linguistik German dari Jerman. Dari dialah berasal klasifikasi dalam bentuk kata kerja lemah dan kata kerja kuat bahasa Jerman, pengertian Ablaut dan Umlaut. Dalam bukunya yang kedua dikenal dengan hukum Grimm. Hukum ini membahas mengenai Lautverschiebung. Hukum ini sangat penting dalam bidang bahasa. Tahun 1822 Deutsche Grammatik terbit untuk kedua kalinya. Grimm membuat teori berdasarkan pikiran Rasmus Rask, mengenai Lautverschiebung., yaitu:
1) Jika bahasa Gothik mempunyai f, maka bahasa Indo-Eropa lainnya mempunyai bunyi p; sebuah bunyi p akan menjadi b dalam bahas lainnya; sebuah bunyi th akan menjadi t dan bunyi t akan menjadi d dan sebagainya.
2) Grimm menggambarkan Lautverschiebung dari bunyi beraspirata bahasa Indo-Eropa menjadi tak beraspirata dan menjadi bunyi bersuara menjadi tak bersuara, bh, dh, gh menjadi b, d, g, dan b,d, g menjadi p, t, k.

8. A. Schleicher (1821-1868)
Beliau adalah ahli linguistik. Meskipun bahasa yang betul-betul dikenalnya adalah bahasa Slavia dan Lithaunia (= salah satu bahasa Baltis), mempelajari bahasa Ceko dan dapat berbicara dalam bahasa Rusia.
Schleicher berpendapat bahwa pertumbuhan bahasa bersifat historis, tetapi pertumbuhan itu didapati dalam alam dengan bentuk yang semurni-murninya. Pentingnya Schleicher bagi kemajuan linguistik terletak dalam dua hal yakni:
a. Memulai dengan rekonstruksi bentukan asli bahasa Indo-Jerman dengan jalan membanding-bandingkan dengan bahasa lain yang dikenalnya,
b. Menentukan asal mula timbulnya bahasa-bahasa Indo-Jerman. Dianngapnya bahawa bahasa Indo-Jerman asal itu tinggal di Asia Tengah yang kemudian berubah karena perceraian bangsa.

Indo-Jerman
Utara
Selatan Slavia
Asia Jerman Bahis
Iran Sanskerta
Schleicher menyebut dirinya seorang Glottiker dan dengan menerapkan konsepsi Botani dalam linguistic, ia mengemukakan Stammbaumtheorie (= teori pohon). Jadi, ada bahasa induk yang dinamainya Grundsprahe dan dari bahasa induk dapat ditelusuri bahasa purba atau yang disebutnya Ursprache. Berdasarkan klasifikasinya bahasa dibagi atas tiga jenis, yakni :
a) Bahasa isolasi (misalnya tionghoa)
b) Bahasa aglutinasi inklusif bahasa inkorporasi
c) Bahasa fleksi

Menurut pendapatnya, tiap bahasa terdiri dari:
a) Makna (= bedeutung, matter, contents, root)
b) Bentuk (= beziehung, from)
Dan berkembang dari bahasa isolasi ke aglutinasi, lalu ke fleksi.


DAFTAR PUSTAKA
Nababan, P. W. J. 1984. Sosiolinguistik: Suatu Pengantar. Jakarta: Gramedia
Parera, Jos. Daniel. 1987. Studi Lingistik Umum dan Historis Bandingan. Jakarta: Erlangga
Pateda, Mansoer. 1988. Linguistik (Sebuah Pengantar). Bandung: Angakasa

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Model-Model Pembelajaran (PPSI, Kemp, Banathy, Dick and Carey)

Subjek Pendidikan

Hubungan Perkembangan Kognitif, Afektif dan Psikomotorik Dalam Kaitannya dengan Prestasi Belajar

Pengertian Bunyi Bahasa (Fonologi)