Jurnalistik untuk Remaja (Buku Pintar Wartawan Sekolah)

Jurnalistik merupakan kegiatan yang menyenangkan. Kegiatan ini bisa dilakukan siapa saja, termasuk anak-anak dan remaja.
Saat ini, kegiatan jurnalistik sudah menjadi salah satu tren di kalangan siswa di sekolah.
Buku ini memandu para siswa remaja untuk mengembangkan bakat jurnalistiknya.

Buku ini pun menjelaskan cara menulis berita, feature, resensi, membentuk redaksi media, teknik penyuntingan, pengenalan tata letak, dan menyajikan laporan pengamatan dengan baik. Sebagai panduan praktis, buku ini dapat digunakan oleh siapa saja yang ingin merintis penerbitan media cetak, khususnya di sekolah.

Penulis : Bambang



Pengalaman dari Latihan Jurnalistik: KETIKA REMAJA MASJID BELAJAR MEMBUAT BERITA

Oleh Yusriadi

Minggu 9 Maret 2008. Pagi sekali saya sudah berangkat ke Kampus STAIN Pontianak, Jalan Suprapto Pontianak. Saya menuju tempat pelatihan jurnalistik bagi remaja masjid se- kota Pontianak yang diselenggarakan Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) STAIN Pontianak, bekerja sama dengan Borneo Tribune dan Badan Komunikasi Pemuda Remaja Masjid Indonesia (BKPRMI) Kota Pontianak.

Jadwal saya menyampaikan materi pukul 08.00 WIB. Hardianti dan Ambaryani, panitia pengarah pelatihan memberikan jadwal untuk saya hingga pukul 15.00 WIB. Kira-kira 8 jam. Materinya ada tiga. Penulisan berita, pengiriman berita, dan rencana follow up.
Saya akur saja. Saya tidak bisa menolak permintaan mereka. Lagian, gagasan pelatihan juga muncul dari perbincangan kami. Yanti dan Ambar, merespon. Mereka membawa gagasan itu dalam rapat LPM. Di LPM, Yanti dan Amar adalah pengurus. Yanti berpangkat redaktur pelaksana di Warta STAIN, media terbitan LPM. Sedangkan Ambar, adalah bendahara. Tukang hitung duit.

Tetapi, karena “kesian”, Yanti mengubah jadwal. Jadi, waktu saya dipendekkan. Satu sesi pagi dan satu sesi lagi setelah Zhuhur. Sesi kedua diisi dengan quiz. Panitia membagikan doorprize kepada peserta yang dapat menjawab 3 pertanyaan dari belasan pertanyaan yang disusun panitia. Siang, saya akan menyampaikan materi tentang pengiriman berita ke media.

Sesi pertama pagi itu agak molor. Dari jadwal jam 08.00, acara baru terlaksana lebih kurang 30 menit kemudian. Waktu itu peserta bisa dihitung dengan telunjuk. Padahal peserta terdaftar 23 orang. “Ada yang izin karena ada kegiatan lain,” kata Erni, panitia pelaksana.

Septian Utut membuka sesi. Dia jadi moderator.
Seperti yang diminta saya lebih banyak mengajak peserta praktik. Karya peserta dibedah. Dikomentari.

Ya, lumayan. Beberapa di antaranya sudah cukup bagus –untuk ukuran pemula. Ada peserta yang kelihatannya sudah memiliki feeling; hidung mereka sudah tajam mencium mana yang layak diberitakan dan mana yang tidak. Misalnya ada yang mengangkat berita soal orang yang terdampar di masjid. Ada yang menulis soal pencuri sandal yang tertangkap di masjid. Ada yang menulis soal perseteruan di masjid. Saya memuji ketajaman itu.

Hanya saja karena belum terlatih, umumnya peserta tidak dapat membuat judul yang sesuai dengan isi. Ibarat kata orang, judul kemana, paragraf kemana.
Karena itulah pada sesi ini saya lebih banyak mengajak peserta bagaimana membuat paragraf pertama yang sesuai dengan judul.

Mula-mulai saya memberikan contoh. Lalu, peserta diminta membuat paragraf pertama dengan tema yang sudah ditentukan. Isi paragraf pertama ini antara 20-30 kata, atau dua sampai tiga kalimatn. Waktunya 10 menit.

Tugas ini umumnya dikerjakan dengan baik. Sekali lagi saya takjub. Hasilnya lumayan bagus. Saya pikir, formula seperti ini bisa digunakan untuk pelatihan selanjutnya, bahkan mungkin diadopsi di kelas KPI nanti.
Lebih menakjubkan lagi, semangat mereka. Mereka menunjukkan minat yang besar untuk mencoba menulis.

Tak terasa jam 10.40. Waktu saya habis.

Tetapi, sebelum cabut, saya minta mereka memberikan tanggapan setelah latihan itu. Beberapa peserta menyampaikan bahwa mereka sangat berkesan dengan latihan pagi itu. “Saya mendapat ilmu baru,” kata Toifur, peserta yang paling aktif selama sesi saya.
Peserta lain memberitahukan setelah latihan singkat mereka jadi merasa bisa membuat berita.

Ada juga yang membandingkan anggapan sebelum ini.
“Rupanya membuat berita ada aturan tersendiri,”

Peserta lain berkomentar, mereka baru tahu kalau membuat paragraf pertama harus mengacu pada judul. Yang mereka ketahui, judul mengacu pada inti karangan. Bagian inti tidak harus di paragraf awal. Bisa di awal, bisa di tengah, dan bisa di bagian akhir karangan.

Saya puas mendengar komentar mereka. Komentar-komentar ini mencerminkan tingkat pemahaman mereka pada materi pelatihan. Lebih dari itu komentar ini sebenarnya mengikat mereka. Sebab, saya akan bertanya pada mereka; setelah tahu, apa yang akan dibuat?

***

Dan memang pertanyaan itu saya ajukan juga pada mereka. Bukan di sesi 2, seperti yang saya bayangkan. Pertanyaan itu saya ajukan pada peserta saat berdialog dengan mereka di kantor Redaksi Borneo Tribune, sore hari Minggu itu.

Dalam kunjungan pasca pelatihan, saya mendampingi AA Mering dan Fakun menerima kehadiran mereka. AA Mering adalah redaktur utama di Borneo Tribune. Sedangkan Fakun adalah kepala bagian Pracetak Borneo Tribune. Mering menjelaskan tata kerja redaksi. Dia juga mengundang mereka menjadi penulis. “Tribune ingin menerapkan konsep citizen journalisme. Setiap orang boleh menulis di Tribune,” katanya.

Sedangkan Fakun menjelaskan soal produksi koran. Mulai proses menata halaman, print out, membuat plat, hingga proses pencetakan.

Setelah mereka berdua selesai menjelaskan bagian kerja masing-masing, saya mengajukan pertanyaan kepada seluruh peserta. Satu per satu mereka diminta mengungkapkan apa yang akan dibuat setelah pelatihan.

Ada yang menjawab dengan jelas. Ada yang menjawab dengan ungkapan umum.
Ada yang ingin menjadi wartawan. Ada yang ingin menjadi penulis.
Kesan saya mereka menunjukkan kemauan melakukan sesuatu. Mereka ingin menerapkan ilmu yang diperoleh.

Mereka ada semangat.

Saya tersenyum mendengar semangat-semangat itu. Menyenangkan. Saya membayangkan andai saja semangat itu bisa dipelihara. Andai mereka semua menjadi penulis.


Semarang & Sekitarnya
07 Desember 2009
Belajar Jurnalistik ala Remaja
SEMARANG - Tim Suara Merdeka Edisi Minggu, khususnya rubrik ’’SwaraMuda’’, mengadakan workshop mengenai jurnalistik bagi para remaja. Kegiatan bertema “Jurnalistik untuk Remaja” tersebut digelar di ruang sidang redaksi Jalan Raya Kaligawe Km 5, Minggu (6/12) kemarin.

Acara ini tidak hanya untuk memberi edukasi jurnalistik secara umum kepada remaja yang berminat menyelami dunia wartawan maupun dunia tulis-menulis, namun sekaligus memberi kesempatan bagi mereka untuk andil dan mengisi beberapa rubrik yang tersedia di halaman SwaraMuda.

Acara dihadiri sekitar 60 remaja dari berbagai sekolah dan universitas. Peserta tidak hanya berasal dari kota Semarang, ada juga yang datang dari Salatiga dan Sragen.

Workshop yang berlangsung sehari itu terbagi menjadi dua sesi. Sesi pertama diisi Saroni Asikin yang menyampaikan materi Jurnalistik Remaja, dan sesi kedua oleh Triyanto Triwikromo dengan materi Praktik Reportase.

Materi yang disampaikan Saroni adalah dasar jurnalistik, serta bagaimana penggunaan gaya bahasa remaja yang masih sesuai dengan kaidah Bahasa Indonesia.

Praktik

Sementara Triyanto Triwikromo lebih mengajak para peserta untuk praktik.
Membuat beberapa contoh berita, dan bagaimana menggunakan kata-kata. Untuk memotivasi peserta, dia memberikan semacam kuis, bagi siapa yang paling cepat menjawab pertanyaan, dan jawabannya benar, disediakan hadiah.

Meski hari ini (Senin, 7/12) adalah hari ujian bagi siswa-siswi SMA dan SMP, sebagian besar peserta yang merupakan siswa yang masih duduk di bangku sekolah, tetap semangat mengikuti acara. Ada beberapa peserta yang terpaksa tidak ikuti sampai acara selesai, karena harus mengikuti les pelajaran.

Peserta yang berasal dari luar kota tak kalah antusiasnya mengikuti workshop ini. “Walaupun datang sendirian dari Salatiga, sebenarnya aku juga ngajakin teman-temanku untuk ikut acara ini.”

“Dan dari acara ini, aku ingin mendapatkan bekal, karena nantinya mau jadi penulis,” ungkap Nur Fajriana (19), mahasiswi Unnes. (K19-18)





Jurnalistik untuk pelajar
Posted Januari 28, 2010
Filed under: pendidikan |

Oleh : Wawan Rusmawan
Salah satu pilihan kegiatan siswa dari ektra kurikuler adalah penerbitan sekolah. Yakni aktivitas siswa mengelola penerbitan majalah dinding, buletin sekolah atau penerbitan yang sejenis dengan itu . Umumnya para siswa yang berminat kepada ilmu jurnalistik ini tentu memiliki perhatian yang cukup besar terhadap maju mundurnya majalah atau buletin sekolah.
Dari pengamatan penulis terhadap penerbitan ini di beberapa sekolah di Cimahi dan kab Bandung . Hampir setiap sekolah telah memiliki majalah dinding(mading), buletin sekolah. baik dari yang paling bagus sampai ke yang sederhana pengelolaanya. Para siswa menerbitkan mading atau buletin sekolah untuk lingkungannya dengan berbagai variasai tulisan ,baik karya para siswa sendiri maupun tulisan berupa kliping yang berasal dari koran,atau majalah bahkan dari internet yang menarik untuk dibaca para siswa lainnya

Sebagai calon-calon jurnalis di masa depan , para siswa yang terlibat dalam penerbitan sekolah ini , rajin melakukan perbaikan terhadap penerbitan majalah atau buletin sekolahnya. Para pengurusnya terus membaca , bertanya bahkan ada juga yang ikut pelatihan jurnalistik agar ilmu jurnalistiknya bisa diterapkan di majalah atau buletin sekolahnya. Bahkan para redaktur penerbitan ini tak segan-segannya minta saran dan pendapat dari pelajar lainya agar majalah atau buletin yang dikelolanya bisa berkembang. Dengan cara begitu para siswa bisa terus melakukan perbaikan dari bwrbagai kelemahan terhadap terbitan yang dikelola di sekolahnya. Selain itu para siswa yang bergiat dalam kegiatan jurnalistik ini bisa mendapat kepuasan untuk berkarya dan bagi mereka pun aktivitas ini bisa menanbah pengetahuan dan pengalaman.
Memang akses bagi para siswa mengembangkan kegiatan membaca dan menulis sebagai upaya menyalurkan hobinya tak sebatas di sekolah saja. Para siswa bisa menebarkan karyanya lewat media cetak yang ada. Untuk siswa SD bisa menyalurkan tulisannya ke Pikiran Rakyat minggu rubrik Percil, untuk para siswa SMA, SMP bisa menyalurkannya ke Belia suplemen Pikiran Rakyat terbitan Selasa , Rubrik Belia atau juga bisa ke Gala Media serta media cetak lainya yang menampung karya para siswa atau remaja.
Perhatian para praktisi jurnalis, penulis terhadap para siswa yang meminati hobi menulis atau terjun di dunia jurnalistik cukup besar hal itu tercermin dari buah pena mereka yang mengajak para pelajar untuk belajar atau menekuni dunia jurnalistik. Buku- buku jurnalistik yang bisa dibaca antara lain : Bambang Trim dengan karyana Jurnalistik untuk remaja, Prof Drs. M . Atar Semi .dengan bukunya Berlatih Menjadi Wartawan Kecil, Dra. Vero Sudiati Cs. dengan bukunya menjadi wartawan Muda.
Selain itu, sejumlah buku jurnalistik patut pula dibaca para siswa yang gemar menulis dan bergerak di dalam kegiatan penerbitan sekolah. Buku Cara gampang jadi wartawan( AA Kunto A) , Jurnalistik Terapan ( Asep Syamsul M Romli), Kaliumat Jurnalistik (A.M.Dewabrata), Paragraf Jurnalistik (Dr .R. Kunjana Rahardi, M.Hum). Buku ini tentu saja akan menambah wawasan siswa dan bisa menjadi motivasi untuk memahami dunia jurnalistik.
Bahkan untuk menambah pengetahuan,wawasan para siswa kerap diadakan pelatihan jurnalistik (citizen journalist) bagi para pelajar ,baik yang diberikan oleh perorangan ,kelompok organisasai atau pun media cetak. Aktifitas ini terus berlangsung di berbagai kota khususnya di Bawa Barat. Surat kabar terbesar di Jawa Barat yakni Pikiran Rakyat telah beberapa kali menggelar kegiatan Jurnalistik diberbagai sekolah di kota-kota di jawa barat. Dan tentu saja kegiatan ini mendapat respon yang cukup baik dari para pelajar.
Untuk menguji kreatifitas siswa dalam bidang jurnalistik ini ada beberapa pihak termasuk beberapa sekolah yang mengadakan perlombaan membuat majalah dinding ( Mading ). Kegiatan lomba ini dikuti berbagai sekolah. Tentu saja dalam lomba seperti ini hanya para peserta yang kreatfilah yang mampu menjadi pemenang kegiatan lomba.
Keterlibatan siswa dalam kegiatan jurnalistik merupakan hal yang positif . Kegiatan tersebut sebagai wahana menyalurkan hasrat dan bakat para siswa untuk mengasah kemampuannya dalam membaca ,berwawancara mengamati dan menulis. Kegiatan mereka memang perlu mendapat dukungan agar potensi mereka bisa berkembang dengan baik.***
Penulis. Pengajar ekonomi, Alumni Pendidikan Kewartawanan YDI Bandung 87. Anggota AGP. PGRI. Jawa Barat.







PROPOSAL KEGIATAN

LEMBAGA PENGEMBANGAN SUMBER DAYA INSANI (LaPSI)

PELATIHAN JURNALISTIK PRAKTIS


A. PENDAHULUAN

Jurnalistik telah banyak memberi kontribusi bagi perkembangan media massa. Berkat jurnalistik, kemajuan teknologi bisa dibaca oleh banyak orang. Jurnalistik merupakan dunia yang mengasyikkan dan memberi banyak manfaat terutama untuk pengambangan skill. Pelajar dan mahasiswa pun perlu dikenalkan dan diakrabkan dengan dunia jurnalistik.

Sebagai bagian dari kelompok terdidik, pelajar dan mahasiswa juga harus memiliki kemampuan dalam mengembangkan potensi dalam dirinya. Salah satunya adalah dalam dunia tulis menulis. Jurnalistik sebagai bagian dari dunia tulis menulis memberi kesempatan kepada pelajar di dalam meningkatkan skills sebagai pelajar. Salah satunya adalah skills dalam mengelola dunia jurnalistik.

Perlunya pelajar dalam mendalami jurnalistik, khususnya jurnalistik media (koran, majalah) akan membawa dampak positif. Salah satunya adalah ketrampilan mereka di dalam mengelola media massa. Dengan memiliki ketrampilan di dalam mengelola media massa, maka peluang remaja untuk terjun di dalam dunia jurnalistik akan terbuka lebar.

Jurnalitik merupakan bagian dari dunia pelajar yang tidak asing lagi. Di sekolah mereka telah dikenalkan tulis menulis dan pembuatan karya ilmian maupun esai. Dengan dasar kemampuan yang telah ditanamkan di sekolah kepada siswa akan memudahkan pelajar di dalam mengenal dunia jurnalistik dalam tingkat yang lebih maju.

Adanya program pelatihan kepenulisan: ”Menjadi Jurnalis itu Gampang! merupakan salah satu ikhtiar dalam rangka mengembangkan skills remaja di Indonesia dalan dunia jurnalistik/kepenulisan. Materi dalam pelatihan jurnalistik ini tidak membebani pelajar dengan tema-tema yang berat, namun diupyakan peserta meraa senang dan enjoy di dalam mengikuti pelatihan. Dengan Pelatihan ini diharapkan akan memunculkan remaja dan pelajar yang memiliki kemampuan di dalam mengelola media massa secara handal untuk semakin mempercepat pencapaian tujuan organisasi atau pergerakan..


B. NAMA KEGIATAN

Kegiatan ini bernama “Pelatihan Jurnalistik Praktis”



C. ORGANISASI PELAKSANA

1. LaPSI (Lembaga Pengembangan Sumber Daya Insani)

2. PIP PD IPM LAMONGAN

3. Majalah KUNTUM : Jl. Sidikan Gg Wijaya Kusuma Sorogenen UH VI/66 RT 33 RW 09 Umbulharjo Yogyakarta Telp: (0274) 7494822. Email: majalah_kuntum@yahoo.com


D. TEMA KEGIATAN

Tema kegiatan ini adalah “Menjadi Jurnalis? Mau?


E. WAKTU PELAKSANAAN.

Hari : Sabtu

Tanggal: 2-3 Mei 2009

Tempat : SMA Muhammadiyah 1 Babat


F. TUJUAN KEGIATAN

1. Mengenalkan kepada pelajar tentang seluk-beluk dunia jurnalistik.

2. Menumbuhkan kecerdasan dan kreativitas pelajar melalui tradisi jurnalistik.

3. Siswa memiliki kemampuan mengelola media cetak.


G. TARGET KEGIATAN

1. Pelajar memiliki skills dalam pengelolaan media cetak.

2. Meningkatkan kemampuan jurnalis kaum muda secara otonom dan mandiri

3. Mampu membuat media massa sendiri, minimal buletin.


H. TARGET PESERTA

Target peserta kegiatan adalah pelajar tingkat SMA, SMK, dan MA dan mahasiswa se Kab. Lamongan.


I. JENIS KEGIATAN

Kegiatan ini bernama pelatihan Jurnalistik untuk Pelajar dan Remaja


J. MATERI PELATIHAN

Adapun materi yang diberikan sbb:

1. Pelatihan menulis berita

2. Pelatihan menulis features.

3. Pelatihan mengelola keredaksian.

4. Bedah Buku ”Jurnalistik, mudah dan menyenangkan!”


K. Jadwal Pelatihan

Terlampir

L. Susunan Panitia

Terlampir

M. Rincian Anggaran Dana

Terlampir




N. Penutup

Demikianlah proposal ini kami buat, besar harapan kami agar proposal ini dapat berjalan sesuai dengan maksud dan tujuannya. Atas perhatian dan partisipasinya kami ucapkan terimakasih.

Yogyakarta, 1 April 2009


Ketua,




Ria Eka Lestari
Sekretaris,



Andik Setiawan








Lampiran


STRUKTUR KEPANITIAAN


Pelindung : PP IPM



Orgaizing Commite

Ketua Panita :

Sekretaris :

Bendahara : Amelia

Penggalangan Dana : LaPSI


Devisi-devisi


Kefasilitatoran : Tim LaPSI

Tim Majalah Kuntum

Kesekretariatan : PD IRM Gunungkidul


Publikasi, Dekorasi,

dan Dokumentasi : PD IPM Ponorogo





Lampiran


JADWAL PELATIHAN JURNALISTIK

“Menjadi Junalis Itu Gampang!”


No
Waktu
Kegiatan
Tema
Pemateri/Fasilitator
Keterangan


Hari pertama





1
10.00-10.30
Pembukaan

Fasilitator
Games

2
10.30-12.00
Materi 1
Bedah Buku “JURNALISTIK, MUDA DAN MENYENAGKAN”
LAPSI


3
12.30-13.00
Materi 2
Mengenal Jagat Jurnalist
KUNTUM



Hari kedua





1
13.00-14.00
Matrei 3
Menulis Berita
KUNTUM
Praktik

2
14.00-14.30
Materi 4
Menulis Features
Kuntum
Praktik

3
14.30-16.30
Materi 5
Manajemen Keredaksian
Kuntum
Kelompok

4
16.30-17.00
Penutupan
Pesan kesan
Fasilitator
Pembagian Sertifikat












Lampiran,


Anggaran Dana




Acara

Honor Pembicara 4 Orang x 200.000 : 800,000,00

Telp dan Transportasi : 300,000,00

Copy Makalah Peserta : 200,000,00

Jumlah : 1,300,000,00 \


Akomodasi dan Publikasi

Sewa Gedung : 200,000,00

Publikasi media (spanduk dan pamlet) : 200,000,00

Dokumentasi : 50,000,00

Seminar Kit Peserta 5000×70 : 350,000,00

Jumlah : 800,000,00


Konsumsi

Makan/snack Peserta @10,000,00×70 : 700,000,00

Aqua : 200,000,00

Jumlah : 900,000,00


Sertifikat

Jumlah 100 Eks x @ 1000 : 100,000,00

Jumlah : 100,000,00


Jumlah Total : 3,100,000,00

(Tiga Juta Seratus Rupiah)




Jurnalistik Tingkatkan Kemampuan Menulis Siswa

Sebanyak 38 pengurus OSIS SMAN 1 Toho, Kabupaten Pontianak, Selasa (17/3), kemarin, mengikuti Diklat Kepemimpinan dan Jurnalistik yang diadakan sekolah dalam rangka meningkatkan jiwa kepemimpinan, serta pemahaman jurnalistik bagi para siswanya.

Kegiatan yang merupakan implementasi dari renstra SMAN 1 Toho yang tertuang dalam program kerja Waka Kesiswaan. Dijelaskan Kepala Sekolah SMAN 1 Toho, Jundang, S.Pd, merupakan upaya pembinaan dan pelatihan pengurus OSIS dalam rangka menambah pengetahuan dasar kepemimpinan, pengorganisasian, serta meningkatkan pengetahuan jurnalistik yang dinilai bermanfaat meningkatkan kemampuan menulis para siswanya.

"Pelatihan jurnalistik bagi pengurus OSIS ini, merupakan bentuk pembinaan guna mengetahui seluk beluk pengetahuan jurnalistik. Juga diharapkan bisa mengembangkan bulletin sekolah, madding maupun pengembangan karir bagi siswa yang berbakat dan berkeinginan menjadi penulis atau wartawan jika mereka memasuki dunia kerja," kata Jundang, didampingi Waka Kesiswaan, Ajerin Karim.

Pelatihan jurnalistik tersebut, menghadirkan narasumber dari dua media harian di Kalbar, yaitu Kepala Biro Berkat Kabupaten Pontianak, Dian Sastra, dan Kepala Biro Borneo Tribune Kabupaten Pontianak, Johan Wahyudi.

Pelatihan tersebut, berjalan menarik banyak pertanyaan yang diajukan peserta tentang materi cara menulis berita yang layak tayang di surat kabar. Seperti berita straight news dengan rumus popular jurnalistik 5W + 1H, feature, menentukan lead, angle, serta teknik-teknik dasar jurnalistik lainnya dan dilanjutkan praktek lapangan dan penulisan berita.

"Manfaat jurnalis sangat besar, bisa memberikan pendidikan bagi khalayak ramai, hiburan, serta menjadi alat kontrol sosial dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara," kata Dian Satra, menerangkan manfaat jurnalistik.

Dari pelatihan jurnalistik, salah seorang siswa, Betty, mengatakan dirinya baru memahami proses pembuatan berita di media massa , serta teknik-teknik cara penulisan.

"Pengetahuan jurnalistik ini, sangat bermanfaat bagi kami. Selain mengajarkan kaidah menulis yang baik, serta menumbuhkan minat membaca," katanya.








Menjadikan Jurnalistik Ekstrakulikuler Wajib

Penilaian Pembaca: / 3
BurukTerbaik Ditulis Oleh Syaiful Mustaqim
29-10-2009,
Dalam kurikulum terbaru yakni Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), salah satu aspek penilaiannya adalah menulis. Keahlian menulis dapat menjadikan siswa memahami dan mempraktikkan secara langsung teori-teori menulis sehingga kehadiran ekstrakulikuler Jurnalistik setidaknya membantu siswa dalam memahami pelajaran bahasa.

Ekskul Jurnalistik sekolah di Jepara masih jarang ditemukan. Pasalnya, keberadaan ekskul di berbagai sekolah masih menjadi kepentingan birokrasi almamater dan belum mementingkan siswa. Hal ini berakibat siswa yang aktif di ekskul masih sebatas menggugurkan kewajiban yang dibuktikan dengan kehadiran. Mestinya lebih dari itu, ekskul merupakan upaya untuk menyalurkan bakat dan minat.

Semestinya, kegiatan ekstra di sekolah mampu memberikan life skill (kemampuan hidup). Apalagi tidak semua lulusan sekolah belum tentu meneruskan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Maka, dengan skill yang dimilikinya itu diharapkan menjadi bekal hidup. Sehingga eskul jurnalistik merupakan salah satu diantara kegiatan ekstra yang dapat menyalurkan bakat dan minat siswa.

Di kota Kudus, Pati, dan Semarang misalnya keberadaan ekskul jurnalistik plus penerbitannya sudah banyak bermunculan. Sehingga, Gradasi: majalah sekolah milik SMK N 11 Semarang pernah menyabet juara I lomba penerbitan majalah sekolah se-Jawa Tengah yang diselenggarakan Univeritas Negeri Semarang (Unnes).

Gradasi memang lain daripada yang lain. Majalah bulanan ini sudah memberanikan diri lepas dari pendanaan sekolah. Artinya mencari funding dari luar. Selain itu kontributor tulisan diberikan honor dan majalah ini juga bisa ditemukan di toko-toko buku. Majalah Suara HA pun demikian. Majalah MTs Hasyim Asy’ari Bangsri, Jepara ini pernah memenangi lomba penerbitan madrasah se-Jawa Tengah yang diadakan oleh Departemen Agama Provinsi. Kini, kedua majalah tersebut eksis hingga sekarang.

Setidaknya Gradasi dan Suara HA layak jika dijadikan tauladan seluruh sekolah yang ada di Jepara sebab dengan majalah sekolah almamater akan dikenal di publik luas baik di tingkatan kabupaten, provinsi maupun nasional.

Menjadikan Ekskul Wajib
Selama ini belum ada sekolah di Jepara yang berani mewajibkan jurnalistik sebagai ekskul wajib. Sebaliknya, sekolah malah mewajibkan ekskul lain seperti: pramuka, komputer atau yang lain daripada jurnalistik. Dengan mewajibkan jurnalistik saya kira ekskul-ekskul lain juga akan dikenal entah di lingkup internal sekolah maupun lingkup yang lebih luas. Setidaknya dengan kehadiran majalah sekolah seluruh kegiatan sekolah akan ter-cover dalam penerbitan tersebut.

Manfaatnya pun juga banyak. Manfaat dari majalah sekolah yakni mulai bidang redaksi, sirkulasi, tata usaha, desain grafis, hingga advertising (periklanan). Bidang redaksi, misalnya, siswa dapat belajar untuk menjadikan sebuah tulisan menarik untuk di baca dan juga dapat belajar menjadi reporter ataupun wartawan.

Sementara, dibidang sirkulasi, siswa bisa belajar memasarkan medianya kepada pembaca sesuai deadline. Bagian tata usaha, siswa dapat memenej surat keluar dan masuk dengan baik. Tak hanya itu, siswa pun dapat mempraktekkan pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK). Konkritnya aktivis pers sekolah dapat mendesain sebuah media sesuai dengan keinginan yang meliputi proses lay out, pra cetak, cetak dan menjadi sebuah majalah.

Dalam bidang periklanan, siswa dapat mempraktikkan mencari dan mendapatkan iklan dari berbagai sponsor. Setidaknya bisa belajar bernegosiasi dan secara langsung belajar berwirausaha. (Hery Nugroho: 2008: 49)

Yang terpenting, koran harian ini dalam setiap minggunya terdapat rubrik remaja. Meminjam istilah Hery Nugroho banyak siswa yang antusias untuk mengirimkan tulisannya, namun itu tidak terjadi bagi pelajar di Jepara. Pasalnya, masih jarang saya temui penulis pelajar yang berasal dari Jepara. Indikasinya, keberadaan ekskul jurnalistik masih dipandang sebelah mata oleh sekolah yang berakibat pada keinginan mereka untuk bisa menulis, sebab tidak ada yang memberi perhatian apalagi support.

Dari pengalaman saya mendampingi jurnalis pelajar di Jepara nyatanya memang di sekolah tempat mereka menempuh studi belum ada sebuah wadah dalam hal ini ekskul jurnalistik. Bagi saya itu tak menjadi masalah yang terpenting mereka tetap enjoy ketika belajar jurnalistik dengan saya.

Toh nyatanya, meski belum ada dukungan dari pihak sekolah namun tiga dari anak didik saya berhasil memenangi Lomba Penulisan Cerpen SMA se-Jepara. Artinya, sebenarnya banyak bakat terpendam, karena memang belum adanya wadah sehingga jika tidak dimanfaatkan bakat-bakat itu akan muspra begitu saja.

Maka, saya tetap optimis untuk senantiasa mendampingi mereka belajar jurnalistik. Ada secercah harapan semoga nantinya dengan kegigihan mereka akan muncul calon jurnalis muda masa depan.

Jelas, kehadiran ekskul jurnalistik di sekolah mempunyai manfaat yang sangat besar terhadap siswa. Permasalahan yang muncul, seringkali birokrasi sekolah masih beorientasi pada hasil Ujian Nasional. Akibatnya, kegiatan ekstrakulikuler seringkali terjebak pada sistem yang ada di sekolah. Di saat liburan, semesteran, dan pelaksaanan Ujian kegiatan ekskul juga menjadi korban untuk ikut serta diliburkan.

Semestinya kehadiran jurnalistik merupakan sebuah solusi terhadap problematika yang dihadapi oleh siswa, yakni setelah lulus nantinya siswa bisa memanfaatkan skill yang dimilikinya saat ini.

Nah, sudah saatnya sekolah-sekolah di Jepara segera memutuskan untuk mewajibkan jurnalistik sebagai ekskul wajib. Sehingga, nantinya banyak muncul calon-calon jurnalis muda masa depan dan mereka juga yang aktif untuk menulis di berbagai media. Semoga!

Syaiful Mustaqim, penggiat Smart Institute Jepara

Komentar

Wan Rusmawan mengatakan…
blog yang cukup menarik.Makasih juga tulisan saya ikut dipublikasikan di blog ini oleh bung Wesak Wela, semoga bermanpaat bagi para pembaca. salam dari orang Cimahi. http://sobat-kita.blogspot.com
Ary Janoe. mengatakan…
Ok mas Wan Rusmawan.... karena tulisanya sangat penting makanya saya pun ikut mempublikasikannya... ma kasih mas...
salam hangat dari Jogja..

Postingan populer dari blog ini

Model-Model Pembelajaran (PPSI, Kemp, Banathy, Dick and Carey)

Pengertian Bunyi Bahasa (Fonologi)

Hubungan Perkembangan Kognitif, Afektif dan Psikomotorik Dalam Kaitannya dengan Prestasi Belajar

Kalimat Efektif

Subjek Pendidikan