FONOLOGI: FONETIK Oleh:Marsono Gadjah Mada University Press. 2008

PENDAHULUAN

Fonetik adalah ilmu yang menyelidiki bunyi bahasa tanpa melihat fungsi bunyi itu sebagai pembeda makna dalam suatu bahasa. Kata lain Fonetik adalah ilmu yang menyelidiki dan berusaha merumuskan secara teratur tentang hal ikhwal bunyi bahasa.
Menurut segi bunyi bahasa, fonetik dapat dibagi menjadi tiga jenis sebagai berikut :
1. Fonetik Organis: fonetik yang mempelajari mekanisme alat-alat bicara yang ada dalam tubuh manusia menghasilkan bunyi bahasa.
2. Fonetik Akustis: mempelajari bunyi bahasa dari segi bunyi sebagai gejala fisis.
3. Fonetik Auditoris: mekanisme telinga menerima bunyi bahasa sebagai getaran udara.
Awal mula terjadinya bunyi → adanya udara dari paru-paru. Udara dihisap ke dalam paru-paru dan dihembuskan keluar pada saat bernafas. Udara yang dihembuskan kemudian mendapatkan hambatan diberbagai tempat alat bicara dengan berbagai cara, dan terjadilah bunyi bahasa. Empat macam proses terjadinya bunyi bahasa yaitu proses mengalirnya udara, proses fonasi, proses artikulasi, dan proses oro-nasal.
Bagian-bagian alat-alat bicara sebagai paru-paru, batang tenggorok, pangkal tenggorok, pita suara, krioid, tiroid, Aritenoid, dinding rongga kerongkongan, epiglotis, akar lidah, punggung lidah-lidah belakang – pangkal lidah, tengah lidah, daun lidah, ujung lidah, anak tekak, langit-langit keras, gusi dalam, gusi belakang, ceruk gigi, lengkung kaki gigi, gigi atas, gigi bawah, bibir atas, bibir bawah, mulut, rongga mulut, rongga hidung.
Fungsi dari alat-alat bicara sebagai berikut :

1) Paru-paru
Fungsi pokok paru-paru adalah untuk pernafasan. Bernafas ialah mengalirkan udara ke dalam paru-paru, proses ini disebut menarik nafas, mengeluarkan udara yang kotor disebut menghembuskan nafas.
2) Pangkal tenggorok
Rongga pada ujung pipa pernafasan rongga ini terdiri dari empat komponen yaitu tulang rawan krikoid, dua tulang rawan aritenoid, sepasang pita suara, dan tulang rawan tiroid. Fungsi utama pita suara adalah pintu klep yang mengatur pengawasan arus udara antara paru-paru dengan mulut/hidung.
- Celah diantara sepasang pita suara dalam peristiwa membuka dan menutupnya pita suara disebut glotis.
- Glotis dibedakan atas empat posisi yaitu terbuka lebar, terbuka, tertutup dan tertutup rapat. Terbuka lebar → normal, terbuka dalam : tak bersuara, tertutup : bersuara, tertutup rapat : bunyi hamzah
- Proses menggetarkan pita suara disebut fonasi.
- Epiglotis terletak pada pintu masuk pangkal tenggorok berfungsi untuk melindungi masuknya makanan/minuman ke batang tenggorok.
3) Rongga kerongkongan
Rongga yang terletak diantara pangkal tenggorok dengan rongga mulut dan rongga hidung. Fungsi utamanya adalah sebagai saluran makanan dan minuman. Bunyi bahasa yang dihasilkan disebut bunyi faringal.
4) Langit-langit lunak
Bunyi bahasa yang dihasilkan langit-langit lunak disebut bunyi velar. Bunyi yang dibentuk oleh pangkal lidah disebut dorsal.
5) Langit-langit keras
Bunyi yang dihasilkan langit-langit keras disebut palatal, Gabungan yang pertama menjadi apiko palatal, yang kedua menjadi medio palatal.
6) Gusi dalam
Bunyi yang dihasilkan oleh gusi disebut alveolar. Bunyi yang dihasilkan dengan hambatan ujung lidah dengan gusi disebut bunyi apliko alveolar.
7) Gigi
Bunyi yang dihasilkan oleh gigi disebut dental. Bunyi yang dihasilkan hambatan gigi atas dengan bibir bawah disebut labiodental, hambatan gigi atas dengan ujung lidah disebut apikodental.
8) Bibir
Fungsi sebagai pintu penjaga rongga mulut. Bunyi yang dihasilkan oleh bibir disebut labial.
9) Lidah
Fungsi sebagai alat perasa dan untuk memindahkan makanan yang akan/sedang dikunyah. Bunyi dihasilkan oleh ujung lidah apikal. Bunyi yang dihasilkan dengan hambatan tengah lidah disebut medial. Bunyi yang dihasilkan oleh daun lidah disebut labial.
Bunyi-bunyi dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
1. Vokal, konsonan dan semi vokal
Vokal terjadi bila tidak ada hambatan pada alat bicara, dan tidak ada artikulasi bunyi disebut konsonan jika terjadi dibentuk dengan menghambat arus udara pada sebagian alat bicara jadi ada artikulasi.
Bunyi semi vokal ialah bunyi secara praktis termasuk konsonan ketika belum menjadi konsonan murni.
2. Nasal dan Oral
Bunyi nasal adalah bunyi karena keluarnya udara melalui rongga hidung. Bunyi oral adalah bunyi karena keluarnya udara dari rongga mulut.
3. Keras dan lunak
Bunyi bahasa dibedakan atas bunyi keras/fortis dan lunak/lenis. Pembedaan ini didasarkan pada ada tidaknya ketegangan kekuatan arus udara pada waktu bunyi itu diartikulasikan.
Dalam bahasa Inggris dan Prancis bunyi letup hambat tak bersuara [ p, t, k ] serta gesekan tak bersuara [ f, s, j ] adalah keras/Forces, dan yang bersuara [ b, d, g, v, z, 3 ] adalah lunak. Dalam Bahasa Jawa letup tak bersuara [ p, t, t, c, k ] dan gesekan [ s ] adalah keras, sedangkan bunyi letup bersuara [ b, d, d, j, g ], nasal [ m, n, n, n ], likuida [ r, l ], serta semivokal [ w, y ] adalah lunak [ S ] adalah vokal lunak.
4. Bunyi panjang dan pendek
Vokal dapat dibagi atas vokal panjang dan pendek. Tanda untuk panjang biasanya dengan tanda garis pendek di atas atau dengan titik dua di sebelah kanan bunyi panjang itu. Misal, [ a ] panjang ditulis [ a : ] / [ a ], [ u ] panjang ditulis [ u : ] / [ u ], [ l ] panjang ditulis [ l : ].
5. Bunyi Rangkap dan Tunggal
Bunyi rangkap adalah bunyi yang terdiri dari dua bunyi dan terdapat dalam satu suku kata. Bunyi tunggal adalah dua suku kata yang berbeda bukan bunyi rangkap. Bunyi rangkap vokal disebut diftong, sedangkan bunyi tunggal vokal disebut monoftong. Ciri gugus konsonan adalah cara diartikulasikan/tempat artikulasi kedua konsonan itu saling berbeda.
Diftong dibedakan menjadi dua yaitu diftong naik dan diftong turun. Diftong naik [ oi, al ] dan [ a V ]. Diftong turun [ ia, ua ]
6. Bunyi Nyaring dan Tidak Nyaring
Bunyi berdasarkan derajat kenyaringan itu adalah tinjauan menurut aspek auditoris. Derajat kenyaringan juga ditentukan oleh besar kecilnya ruang resonansi pada waktu bunyi itu diucapkan. Bunyi dari vokal yang beruntun tidak nyaring seperti [ I, u, i, u, a ].
7. Bunyi dengan Arus Udara Egresif dan Bunyi dengan Arus Ingresif
Pembentukan bunyi itu dilaksanakan dengan arus udara keluar dari paru-paru disebut egresif. Bahasa-bahasa tertentu dapat juga bunyi itu terbentuk dengan arah udara masuk ke dalam paru-paru ingresif.
Arus udara egresi dibagi 2 yaitu egresif pulmonik dan egresif glotalik.
1. Egresif pulmonik ialah bunyi yang terbentuk dengan arus udara egresif dengan mekanisme pulmonik.
2. Egresif glotalik ialah bunyi yang terbentuk dengan arus udara egresif dengan mekanisme glotalik.
Arus udara ingresif dibagi 2 yaitu ingresif glotalik dan ingresif velarik :
1. Ingresif glotalik adalah bunyi bahasa yang terbentuk dengan arus udara ingresif dengan mekanisme glotalik.
2. Ingresif velarit adalah bunyi yang terbentuk dengan arus udara ingresif dengan mekanisme velarik.

KLASIFIKASI VOKAL
Seorang ahli fonetik dari Inggris, memperkenalkan sistem vokal kardinal. Vokal kardinal adalah bunyi vokal yang mempunyai kualitas bunyi tertentu, keadaan lidah dan bentuk bibir tertentu yang telah dipilih dalam suatu rangka gambar bunyi. Vokal kardinal diberi lambang [ i, e, ε , a, a ) o, u ].
Vokal dapat diklasifikasikan berdasarkan tinggi rendahnya lidah, bagian lidah yang bergerak, struktur, dan bentuk bibir.
1. Tinggi Rendahnya, Lidah dapat dibagi atas
a. Vokal tinggi → [ i, u ]
b. Vokal madya → [ e, ε, d, o, j ]
c. Vokal rendah[ a, a ]Bagian lidah bergerak
vokal depan, vokal tengah, vokal belakang.
2. Struktur
Struktur ialah keadaan tabungan posisional artikulator aktif dengan artikulator pasif. Struktur vokal dibedakan atas vokal tertutup, semi tertutup, semi terbuka, terbuka.
3. Bentuk bibir
Bentuk bibir waktu vokal diucapkan dibedakan atas :
a. Vokal bulat
b. Vokal vetral
c. Vokal tak bulat
BAB VIII
MONOFTONG

Monoftung/vokal murni ialah bunyi vokal tunggal yang terbentuk dengan kualitas alat bicara tidak berubah dari awal hingga akhir artikulasinya dalam sebuah suku kata. Secara praktis monoftong adalah vokal tunggal, diftong adalah vokal rangkap.
- Kesepuluh vokal monoftong sebagai berikut :
a. [ i ] → ini, ibu, kita, cari, lari
b. [ I ] = pinggir, kerikil
c. [ e ] = ekor, eja, enak
d. [ ε ] = nenek, leher
e. [ a ] = ada, apa, pada
f. [ a ] = emas, elang
g. [ J ] = otot, tokoh
h. [ o ] = oto, toko
i. [ U ] = ukur, urus
j. [ u ] = udara, utara
BAB IV
DIFTONG


Ciri Diftong ialah waktu diucapkan posisi lidah yang satu dengan yang lain saling berbeda.
a. Diftong Naik adalah jika vokal yang kedua diucapkan dengan posisi lidah lebih tinggi daripada yang pertama.
Tiga jenis diftong naik yaitu
1. Diftong naik – menutup – maju misal pakal, pandai [ a I ].
2. Diftong naik – menutup – maju misal amboi, sepoi-sepoi [ o i ]
3. Diftong naik – menutup – mundur misal saudara, saudagar [ a U ]
b. Diftong Turun → Jika justru posisi lidah yang kedua diucapkan lebih rendah dari yang pertama.




BAB X
KLASIFIKASI KONSONAN

Secara praktis dibedakan menurut :
a. Cara dihambat
b. Tempat hambatan
c. Hubungan posisional antara penghambat-penghambatnya
d. Bergetar tidaknya pita suara
1. Konsonan Hambat Letup
Ialah konsonan yang terjadi dengan hambatan penuh arus udara kemudian hambatan itu dilepaskan secara tiba-tiba.
Konsonan ini dapat diperinci menjadi :
a) Konsonan hambat letup bilabial
Konsonan hambat letup bilabial terjadi hambatan antara artikulator pasif dan aktif (bibir atas dengan bibir bawah).
b) Konsonan hambat letup apiko-dental
Terjadi bila penghambat artikulator aktifnya ialah ujung lidah dan artikulator pasifnya ialah gigi atas.
c) Konsonan hambat letup apiko-alveolar
Konsonan hambat letup apiko alveolar terjadi bila penghambat artikulator aktifnya adalah ujung lidah dan artikulator pasifnya adalah gusi.
d) Konsonan hambat letup apiko palatal
Konsonan hambat letup apiko palatal terjadi bila artikulator aktifnya adalah ujung lidah dan artikulator pasifnya langit-langit keras.
e) Konsonan hambat letup medio – palatal
Konsonan hambat letup medio-palatal terjadi bila artikulator aktifnya adalah tengah lidah dan artikulator pasifnya adalah langit-langit keras.
f) Konsonan hambat letup dorso-velar
Konsonan hambat letup dorso velar terjadi bila artikulator aktifnya ialah pangkal lidah dan artikulator pasifnya langit-langit lunak.

g) Konsonan hamzah
Konsonan hamzah terjadi dengan menekan rapat yang satu terhadap yang lain pada seluruh panjangnya pita suara, langit-langit lunak beserta anak tekaknya di keataskan, sehingga arus udara terhambat beberapa saat.
2. Konsonan Nasal (Nasals)
Konsonan nasal/sengau ialah konsonan yang dibentuk dengan menghambat rapat jalan udara dari paru-paru melalui rongga mulut.
Konsonan dapat diperinci menjadi :
a. Konsonan nasal bilabial
b. Konsonan nasal apiko-alveolar
c. Konsonan nasal medio palatal
d. Konsonan nasal dorso-velar
3. Konsonan Paduan
Konsonan paduan adalah konsonan hambat jenis khusus.
Tempat artikulasinya ialah ujung lidah dengan gusi bagian belakang.
4. Konsonan Sampingan
Konsonan sampingan dapat terbentuk dengan menutup arus udara di tengah rongga mulut. Tempat artikulasinya ujung lidah dengan gusi.
5. Konsonan geseran
Konsonan geseran adalah konsonan yang dibentuk dengan menyempitkan jalannya arus udara yang dihembuskan dari paru-paru. Konsonan Geseran dapat dibedakan : konsonan geseran lobio-dental, konsonan geseran apiko-dental, konsonan geseran apiko-palatalm konsonan geseran lomino-alveolar, konsonan geseran apiko-pre palatal, konsonan geseran dorso-velar, konsonan geseran laringal.
6. Konsonan Getar
Konsonan getar ialah konsonan yang dibentuk dengan menghambat jalannya arus udara yang dihembuskan dari paru-paru secara berulang.
Konsonan getar dibedakan menjadi 2 yaitu konsonan getar apiko-alvelar konsonan getar uvular.


7. Konsonan Sentuhan
Konsonan sentuhan ialah konsonan yang pembentukannya hampir sama dengan getar tetapi proses bergetar hanya terjadi satu kali. Tempat artikulasinya ialah ujung lidah dengan gusi belakang.
8. Konsonan Sentuhan Kuat
Ialah konsonan yang pembentuk pada prinsipnya sama dengan konsonan sentuhan.
9. Semi-vokal
Hubungan posisional antar penghambat dalam mengucapkan semi-vokal adalah renggang terbentang. Menurut tempat hambatannya ada dua jenis semi-vokal yaitu semi-vokal bilabial dan labiodental, semi-vokal medio palatal.

BAB XI
PENGARUH BUNYI, TRANSKRIPSI DAN TRANSUTERASI

1. Pengaruh-mempengaruhi Bunyi
Pengaruh-mempengaruhi ditinjau dari dua segi yaitu akibat dari pengaruh-mempengaruhi bunyi, dan tempat artikulasi. Akibat dari pengaruh-mempengaruhi bunyi disebut proses asimilasi.
Menurut arahnya asimilasi dapat dibagi menjadi 2 yaitu :
1) Asimilasi progresif → terjadi bila arah pengaruh bunyi itu ke depan.
2) Asimilasi regresi → terjadi bila arah pengaruh bunyi itu ke belakang.
Menurut tempat artikulasinya, maka proses pengaruh bunyi karena artikulasi penyerta dibagi menjadi :
1) Labialisasi → pembulatan bibir pada artikulasi primer.
2) Retrofleksi → penarikan ujung lidah ke belakang pada artikulasi primer.
3) Palatalisasi → pengangkatan daun lidah ke arah langit-langit keras pada artikulasi primer.
4) Velarisasi → pengangkatan pangkal lidah ke arah langit-langit lunak.
5) Glotalisasi → proses penyerta hambatan pada glotis sewaktu artikulasi primer diucapkan.
2. Pengaruh Bunyi karena Distribusi
Pengaruh bunyi karena distribusi menyebabkan proses sebagai berikut :
- Aspirasi
- Pelepasan
- Paduanisasi
3. Transkripsi dan Transliterasi
Transkripsi ialah penulisan tuturan dengan tujuan untuk menyarankan : lafal bunyi, fonem, morfem/tulisan sesuai dengan ejaan yang berlaku dalam suatu bahasa. Transkripsi dibagi atas :
1. Transkripsi fonetis [ .... ]
2. Transkripsi fonemis / .... /
3. Transkripsi morfemis { .... }
4. Transkripsi ortografis yaitu penulisan pengubahan menurut huruf dan ejaan yang menjadi tujuannya.
5. Transliterasi
Transliterasi ialah penggantian huruf demi huruf dari abjad yang satu ke abjad yang lain tanpa menghiraukan lafal bunyi kata bersangkutan.

BAB XII
BUNYI SUPRA SEGMENTAL

Bunyi suprasegmental ialah bunyi yang menyertai bunyi segmental. Bunyi suprasegmental dapat diklasifikasikan sebagai berikut.
1. Panjang / Kuantitas
Panjang menyangkut lamanya bunyi diucapkan tanda untuk panjang ialah dengan [ .... ] atau [ .... ]
2. Nada
Nada menyangkut tinggi rendahnya suatu bunyi nada dapat dibedakan menjadi lima yaitu :
a. Nada naik yaitu nada yang meninggal [ ... ]
b. Nada daftar ditandai dengan [ ... ]
c. Nada turun yaitu nada merendah ditandai dengan [ ... ]
d. Nada turun naik yaitu nada yang merendah kemudian meninggi ditandai dengan [ ... ]
e. Nada naik turun yaitu nada yang meninggi kemudian merendah ditandai dengan [ ... ]
3. Tekanan
Tekanan menyangkut keras lunak (lemah)nya bunyi. Tekanan dibedakan atas tekanan keras yang ditandai dengan [ ! ...] (didepan atas sebelah kiri dari suku kata yang mendapatkan tekan keras) dan tekanan lunak (lemah)
4. Jeda / Persendian
Jeda menyangkut perhentian bunyi dalam bahasa. Menurut tempatnya jeda dapat dibedakan menjadi empat ditandai sebagai berikut :
a. Jeda antar suku kata dalam kata ditandai dengan [ + ]
b. Jeda antar kata dalam frasa ditandai dengan [ / ]
c. Jeda antar frasa dalam klausa ditandai dengan [ / / ]
d. Jeda antar kalimat dalam wacana ditandai dengan [ # ]



Nama: Fullbertus Garia Janu

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PENDEKATAN, METODE, TEKNIK, DAN PROSEDUR DALAM PEMBELAJARAN BAHASA

Model-Model Pembelajaran (PPSI, Kemp, Banathy, Dick and Carey)

Kalimat Efektif

Hubungan Perkembangan Kognitif, Afektif dan Psikomotorik Dalam Kaitannya dengan Prestasi Belajar

Membangun Kekuatan Rakyat Samora Machel